Menuju konten utama

Saat Laba Bank Himbara Tumbuh Melambat di Awal 2025

Ekspansi kredit yang melandai, lemahnya daya beli, hingga perang dagang dinilai hambat pertumbuhan laba Himbara di awal 2025. Bagaimana kuartal selanjutnya?

Saat Laba Bank Himbara Tumbuh Melambat di Awal 2025
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menghimbau masyarakat untuk waspada dengan modus kejahatan perbankan. (FOTO/dok. BRI)

tirto.id - Kuartal pertama 2025 tak sepenuhnya manis bagi bank-bank milik negara (Himbara). Kendati masih mencatatkan pertumbuhan laba, namun perlambatan mulai terasa jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Bahkan, laba PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengalami penyusutan. Secara tahunan (year on year/yoy), laba bersih bank bersandi BBRI tersebut turun 13,92 persen dari Rp15,88 triliun di kuartal pertama 2024 menjadi Rp13,80 triliun pada periode Januari-Maret lalu.

Hanya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) yang mencetak pertumbuhan laba lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, meski secara nominal angkanya masih jauh di bawah tiga bank Himbara lainnya.

Perlambatan ini terjadi di tengah melandainya pertumbuhan kredit serta tekanan pada kualitas aset yang membuat bank menaikkan cadangan kerugian penurunan nilai (CPKN).

Secara keseluruhan, penyaluran kredit Himbara hingga akhir Maret 2025 sebenarnya tumbuh lebih tinggi dari rata-rata sektor perbankan, yakni 10,34 persen berbanding 9,16 persen. Namun, jika disandingkan dengan kuartal I 2024 yang tumbuh 13,96 persen, laju kredit mereka di tahun ini cenderung lebih langsam.

Lambatnya ekspansi kredit ini, menurut Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, tak lepas dari berbagai faktor yang terjadi sepanjang tiga bulan terakhir, mulai dari penurunan daya beli hingga dampak perang dagang. Imbasnya terhadap kualitas aset pun tergambarkan dari penurunan rasio NPL Coverage di sebagian besar anggota Himbara.

Sebagai informasi, rasio NPL Coverage menunjukkan seberapa besar cadangan yang disiapkan bank untuk menutup potensi kerugian dari kredit bermasalah. Makin tinggi angkanya, makin besar pula kemampuan bank menghadapi risiko gagal bayar dari nasabahnya.

Di Bank BRI, rasio NPL Coverage pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 200,60 persen atau turun dari 215,0 persen di periode sama tahun lalu. Sementara di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk angkanya terkoreksi menjadi 299 persen, dari 368 persen pada kuartal I 2024.

Hal serupa terjadi di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), yang mencatat rasio NPL Coverage sebesar 255,8 persen atau lebih rendah dibanding posisi kuartal I 2024 di level 330,2 persen.

Sedangkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) belum mengungkapkan data rasio NPL Coverage untuk kuartal I 2025, namun perseroan menargetkan peningkatan rasio ini menjadi 160 persen sepanjang tahun. Adapun sepanjang 2024, rasio tersebut justru turun dari 155,2 persen pada 2023 menjadi 115,4 persen.

Meski demikian, menurut Trikosa, prospek pemulihan tetap terbuka di kuartal selanjutnya. “Bila melihat intensitas perang dagang yang mulai melandai, di mana Trump mulai melunak ke Cina, maka kuartal II akan lebih baik,” ujarnya kepada Tirto, Rabu (30/4/2025).

Perkuat Dana Murah

Di tengah kondisi menantang tersebut, keempat bank pelat merah juga masih menjaga sisi pendanaannya masing-masing dengan konsisten memperkuat basis dana murah atau CASA (current account savings account). Hal tersebut dinilai penting untuk bisa memberikan ruang lebih bagi Himbara dalam menjaga profitabilitas di tengah naiknya tekanan CKPN.

Bank Mandiri, misalnya, mempertahankan rasio CASA tertinggi di antara bank Himbara lainnya, yakni 77,1 persen dari total DPK sebesar Rp1.748 triliun. Dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.748 triliun–naik 11,12 persen yoy–rasio CASA Bank Mandiri mencapai 77,1 persen. Dana murah tersebut meningkat 8,89 persen dibandingkan periode kuartal I 2024.

“Optimalisasi platform digital Livin’ dan Kopra mempercepat pertumbuhan CASA, memperkuat pondasi pendanaan berbasis dana murah yang efisien dan berkelanjutan. Kami memanfaatkan digitalisasi untuk mengoptimalkan akuisisi dana murah dan meningkatkan efisiensi biaya dana,” ujar Direktur Utama Mandiri Darmawan Junaidi dalam Paparan Kinerja Kuartal I 2025 Bank Mandiri, Selasa (29/4/2025).

Tak mau kalah, BNI menunjukkan performa positif dalam menjaga rasio CASA yang meningkat menjadi 70,5 persen. Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena mengatakan, total DPK perusahaan yang tumbuh 5 persen yoy menjadi Rp819,6 triliun sebagian besar dihimpun dari dana murah yang naik 6,3 persen yoy–terutama pada produk tabungan yang tumbuh solid sebesar 10,2 persen yoy menjadi Rp257,8 triliun dan giro tumbuh 3,4 persen yoy menjadi Rp320 triliun.

”Keberhasilan digitalisasi dengan hadirnya aplikasi wondr by BNI dan BNIdirect telah berkontribusi terhadap peningkatan CASA, sehingga rasio dana murah meningkat menjadi 70,5 persen terhadap total DPK atau tertinggi dari empat kuartal sebelumnya,” ujar Paolo.

Selanjutnya, ada BRI yang berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.421,6 triliun—tumbuh tipis 0,38 persen yoy—, dengan rasio CASA mencapai 65,77 persen atau setara dengan Rp934,95 triliun. Pencapaian CASA BRI, yang meningkat dibandingkan porsi kuartal I 2024 sebesar 61,66 persen, itu salah satunya didukung pertumbuhan transaksi digital super app BRImo–yang telah mencapai 40,28 juta user atau meningkat 20,26 persen yoy.

Menurut Direktur Utama BRI Hery Gunadi, dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Keuangan Kuartal I 2025, BRImo telah melayani 1,2 miliar transaksi finansial (naik 25,5 persen yoy) dengan volume sebesar Rp1.599 triliun (meningkat 27,79 persen yoy).

Adapun BTN, yang rasio CASA-nya masih menjadi yang terendah di antara Himbara, pun mengalami peningkatan dari 49,9 persen di kuartal I 2024 menjadi 51,1 persen pada akhir Maret lalu. Bank yang terkenal dengan layanan KPR-nya ini mencatat pertumbuhan DPK sebesar 7,5 persen yoy menjadi Rp384,70 triliun di mana dana murahnya mengalami kenaikan 10,1 persen menjadi Rp196,67 triliun.

“BTN tetap menjalankan strateginya secara konsisten di tengah persaingan likuiditas dan biaya dana yang masih mahal, sehingga Perseroan mampu mencetak kinerja yang positif pada tiga bulan pertama tahun 2025,” jelas Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (1/5/2025).

Motor Penggerak Ekonomi

Ekonom IPB University Mangasa Augustinus Sipahutar mengatakan, di luar kemampuan mempertahankan profitabilitas tersebut, tantangan utama yang dihadapi Himbara saat ini memaksimalkan perannya sebagai motor penggerak ekonomi dan sektor-sektor produktif dalam negeri.

Penyaluran kredit ke pelaku UMKM, misalnya, menjadi makin krusial mengingat kelompok ini merupakan tulang punggung perekonomian nasional. “Bagaimana bank-bank Himbara berusaha membuat situasi ekonomi, khususnya usaha-usaha yang, katakan lah, bisa mendorong ke konsumsi, usaha kecil menengah, itu bisa tetap eksis di market? Karena apa? Karena memang populasinya ini dominan di segmen itu,” ungkapnya saat dibungi Tirto, Kamis (1/5/2025).

Ia menyoroti risiko yang bisa muncul dari gejolak geoekonomi, terutama jika tren suku bunga tinggi berlanjut mengikuti arah kebijakan The Federal Reserve. Dalam konteks tersebut, bank-bank Himbara diharapkan mampu mengambil langkah adaptif dan selaras dengan arah kebijakan Bank Indonesia, agar tidak justru memperbesar risiko kredit macet dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kalau (resiko kredit macet membesar) itu terjadi, perbankan berada dalam kondisi yang sangat tidak baik dan ekonomi nasional juga akan mengalami hal yang sama,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai bahwa kinerja Himbara masih berada dalam jalur yang positif. Ini tercermin dari pertumbuhan laba, ekspansi kredit, serta kualitas aset yang relatif terjaga diiringi rasio permodalan kuat dan likuiditas yang memadai. “Sehingga, sustainability kinerja ke depan juga dapat diperkirakan terjaga dengan baik,” katanya secara tertulis, dikutip Kamis (1/5/2025).

Ia mengungkap, indikator-indikator likuiditas seperti AL/NCD dan AL/DPK masing-masing berada di 116,76 persen dan 26,35 persen per Februari 2025—jauh di atas ambang batas minimal. Demikian pula dengan Liquidity Coverage Ratio yang tercatat masih di angka 210,14 persen.

Sementara itu, kualitas kredit tetap dalam kendali, dengan NPL gross sebesar 2,22 persen dan NPL net 0,81 persen. Loan at Risk (LaR) berada di kisaran 9,77 persen, lebih rendah dari posisi setahun sebelumnya maupun dari level pra-pandemi.

“OJK senantiasa melakukan pengawasan yang efektif guna turut menjaga kinerja keuangan Bank Himbara dapat berkontribusi positif, sebagai agen pembangunan dan penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” tutup Dian.

Baca juga artikel terkait HIMBARA atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana