Menuju konten utama

Profil Raja Ampat Papua, Kasus Nikel, & Fakta The Last Paradise

Profil Raja Ampat salah satu kabupaten di Papua yang memiliki keindahan alam luar biasa dan berpotensi rusak karena tambang nikel.

Profil Raja Ampat Papua, Kasus Nikel, & Fakta The Last Paradise
Sejumlah jurnalis berfoto di puncak Piaynemo Island, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (14/20/2018). ANTARA FOTO/Darwi Fatir

tirto.id - Ramai di media sosial kampanye Save Raja Ampat untuk menolak pertambangan nikel yang terjadi di sejumlah pulau di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Para aktivis pegiat lingkungan menolak tambang tersebut karena berpotensi besar merusak alam Raja Ampat yang mendapat julukan The Last Paradise atau Surga Terakhir Indonesia.

Greenpeace mengungkapkan tambang nikel di lima pulau kecil di Raja Ampat telah merusak lebih dari 500 hektare hutan dan mengancam 75% terumbu karang terbaik dunia di kawasan tersebut. Aktivitas tambang juga dinilai melanggar UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Profil Raja Ampat Papua yang Mendapat Julukan The Last Paradise

Raja Ampat adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Papua Barat Daya dengan ibu kota kabupaten yang terletak di Waisai. Menurut laman rajampatkab.go.id, kabupaten ini memiliki 610 pulau, termasuk kepulauan Raja Ampat.

Empat pulau terkenal di Raja Ampat adalah Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lain tidak berpenghuni dan belum memiliki nama. Kabupaten ini memiliki total luas 67.379,60 km² dengan rincian luas daratan 7.559,60 km² dan luas lautan 59.820,00 km².

Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten baru menurut UU No. 26 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3 Mei tahun 2002.

Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di Tanah Papua. Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong. Pemkab Raja Ampat mulai efektif pada 9 Mei 2003 yang ditandai dengan pembukaan selubung papan nama oleh Gubernur Papua, (almarhum) Yaap Salosa.

5 Fakta Soal Raja Ampat Papua

Raja Ampat memiliki sejumlah fakta-fakta unik yang memikat masyarakat, tak hanya Indonesia, tetapi juga dunia.

PERLUASAN JARINGAN TELKOMSEL DAERAH WISATA

Dua kapal bersiap berlabuh di dermaga Piaynemo Island, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (14/20/2018). ANTARA FOTO/Darwin Fatir

1. Keindahan Alam Raja Ampat

Hal yang paling terkenal dari Raja Ampat adalah keindahan alamnya. Raja Ampat dikenali dengan keindahan laut dan pemandangan yang menakjubkan.

Pulau ini diakui sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati terumbu karang terbesar di dunia. Dengan lebih dari 550 varietas karang yang berbeda, 700 jenis moluska, dan 1.427 spesies ikan yang berbeda, wilayah ini merupakan pusat keanekaragaman hayati laut yang signifikan.

Tujuh puluh lima persen dari seluruh spesies karang yang diketahui dapat ditemukan di perairan sekitar Kepulauan Raja Ampat, yang merupakan rumah bagi beberapa spesies paling beragam di dunia.

2. Kabupaten Raja Ampat Merupakan Wilayah Kepulauan

Salah satu keunikan lain Raja Ampat adalah kabupaten ini terdiri dari ratusan pulau. Kabupaten ini terdiri dari kurang lebih 600 buah pulau besar dan kecil, yang termasuk ke dalam pulau besar di antaranya adalah Pulau Salawati, Pulau Butanta, Pulau Misool, dan Pulau Waigeo yang merupakan pulau non vulkanik, berbukit-bukit yang sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis yang lebat.

Pulau-pulau kecil yang tersebar di antara pulau besar tersebut ada yang merupakan pulau karang dan pulau non-vulkanik yang banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa dan semak belukar.

Menyelam di Raja Ampat

Penyelam melihat keindahan alam bawah laut di Raja Ampat. Ullstein Bild / Getty Images

3. Budaya di Raja Ampat

Kabupaten Raja Ampat memiliki beragam budaya, salah satunya adalah Wala, tradisi lisan berupa nyanyian yang dibawakan bersamaan dengan gerakan tarian. Tradisi Wala dikenal oleh suku Matbat, yang merupakan suku asli dari pulau Misool dan tradisi Wala hanya digelar pada acara tertentu saja.

Tradisi ini sempat hampir punah, karena tidak dipelihara oleh penduduk lokal. Namun pada 8 Oktober 2019, tradisi Wala diakui sebagai budaya nasional dan telah dituangkan dalam bentuk sertifikat yang ditandangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Effendy Muhadjir di Jakarta.

4. Suku dan Agama di Raja Ampat

Penduduk kabupaten Raja Ampat pada tahun 2019 berjumlah 93.918 jiwa dengan rincian 50.292 jiwa laki-laki dan 43.626 perempuan. Penduduk terbanyak berada di ibukota kabupaten, yakni kota Waisai, sebanyak 32.499 jiwa.

Penduduk kabupaten Raja Ampat mayoritas memeluk agama Kristen. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri 2024, pemeluk agama Kristen berjumlah 63,96%, dimana 62,57% adalah Protestan dan sebagian kecil Katolik yakni 1,39%. Pemeluk agama Islam juga cukup signifikan berjumlah 35,95%, kemudian Hindu 0,08%, dan Buddha 0,01%.

Etnis asli kabupaten ini termasuk suku Ma'ya (Laganyan, Wawiyai, Kawei), Matbat, Ambel Waren, serta suku lainnya yang tersebar di setiap pulau-pulau Raja Ampat.

5. Kenapa Raja Ampat Dijuluki The Last Paradise?

Fakta kelima mengenai Raja Ampat adalah julukan The Last Paradise. Menurut laman Papua Paradise, salah satu alasan Raja Ampat mendapat julukan itu adalah karena memiliki keanekaragaman hayati yang spektakuler dan sebanding dengan Galapagos dan Madagaskar.

Dengan lebih dari 550 spesies karang, 1.427 spesies ikan, dan lebih dari 700 jenis moluska yang berbeda, tidak dapat disangkal bahwa daerah ini adalah keajaiban alam mutlak. Terletak tepat di tengah-tengah segitiga karang, yang dialiri oleh arus Lintas Indonesia, tidak ada lingkungan yang lebih mendukung bagi kehidupan laut untuk berkembang di seluruh kepulauan.

Banyak orang mengatakan ketika mereka mengunjungi Raja Ampat, tidak ada tempat lain yang seperti itu di dunia. Satwa liar, penduduk setempat, dan pemandangan yang unik semuanya bersatu untuk menciptakan tempat yang tidak akan pernah terlupakan.

Kasus Tambang Nikel di Raja Ampat

Kasus pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua mendapat kecaman dari sejumlah pihak karena dikhawatirkan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Mengingat Raja Ampat merupakan salah satu lokasi wisata unggulan di Indonesia, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun asing.

Viral sebuah video yang menampilkan seorang aktivis Greenpeace menyuarakan penolakan terhadap tambang nikel di Raja Ampat dalam agenda Indonesia Minerals Conference & Expo di sebuah hotel di Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Selasa (3/6/2025).

Setelah video itu mencuat, warganet mulai menyerukan tagar Save Raja Ampat yang viral hingga hari ini, Sabtu (7/6/2025). Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menghentikan sementara aktivitas tambang nikel PT Gag Nikel di Raja Ampat, terhitung mulai Kamis (5/6), menyusul penolakan dari aktivis lingkungan dan masyarakat sipil karena dinilai mengancam ekosistem.

"Untuk sementara kegiatan produksinya disetop dulu, sampai menunggu hasil peninjauan verifikasi dari tim saya," kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, hari ini.

Baca juga artikel terkait RAJA AMPAT atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yantina Debora