Menuju konten utama

Peta Selat Hormuz, Milik Siapa, dan Dampak Jika Ditutup Iran

Berikut ini informasi soal Selat Hormuz, di mana lokasinya dan siapa pemilik Selat penting ini. Iran hendak menutup jalur kapal di Selat ini.

Peta Selat Hormuz, Milik Siapa, dan Dampak Jika Ditutup Iran
selat hormuz. foto/istockphoto

tirto.id - Parlemen Iran telah mengambil langkah berani untuk menutup Selat Hormuz menyusul serangan Amerika Serikat (AS) di tiga lokasi nuklir terkemuka di negara itu. AS telah meminta China untuk campur tangan membujuk Teheran agar tidak menutup selat tersebut.

Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran sekarang akan membuat keputusan akhir tentang apakah akan menutup Selat Hormuz atau tidak, Press TV Iran melaporkan.

Keputusan untuk menutup selat tersebut belum final dan tidak dilaporkan secara resmi bahwa parlemen sebenarnya telah mengadopsi rancangan undang-undang untuk tujuan tersebut.

Seorang anggota komisi keamanan nasional parlemen Esmail Kosari mengatakan, "Untuk saat ini, [parlemen telah] sampai pada kesimpulan bahwa kita harus menutup Selat Hormuz, tetapi keputusan akhir dalam hal ini adalah tanggung jawab Dewan Keamanan Nasional Tertinggi."

Selat Hormuz Milik Siapa?

Secara geografis, Iran mengendalikan sisi utara selat itu, yang membentang di sepanjang perbatasannya, sementara Oman dan Uni Emirat Arab mengendalikan sisi selatan.

Peta Iran

Peta Iran. foto/istockphoto

Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran serta menghubungkan Teluk Timur Tengah di sebelah utara dengan Teluk Oman di sebelah selatan dan Laut Arab di seberangnya. Selat ini memiliki lebar 21 mil (33 km) di titik tersempitnya, dengan jalur pelayaran hanya selebar 2 mil (3 km) di kedua arah.

Iran telah lama menggunakan ancaman penutupan Selat tersebut, yang dilalui oleh sekitar 20 persen permintaan minyak dan gas global, sebagai cara untuk menangkal tekanan Barat yang kini mencapai puncaknya setelah serangan AS semalam terhadap fasilitas nuklir negara tersebut.

Apa Dampak Jika Selat Hormuz Ditutup?

Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur dari teluk yang kaya minyak ke Samudra Hindia untuk lalu lintas maritim. Selat ini merupakan salah satu titik sempit minyak terpenting di dunia. Kapal tanker minyak mengangkut sekitar 17 juta barel minyak setiap hari melalui Selat, atau 20 hingga 30 persen dari total konsumsi dunia.

Saluran lain untuk ekspor minyak dari wilayah tersebut, seperti jaringan pipa, terbatas. Dengan demikian, sekitar 88 persen dari semua minyak yang meninggalkan Teluk Persia melewati Selat Hormuz.

Untuk mengatur pergerakan kapal-kapal besar di perairan terbatas ini, Organisasi Maritim Internasional PBB telah mengakui Skema Pemisahan Lalu Lintas (TSS). TSS terdiri dari dua jalur pelayaran selebar dua mil: satu untuk lalu lintas masuk dan satu untuk lalu lintas keluar.

Kedua jalur pelayaran ini dipisahkan oleh zona penyangga sepanjang dua mil. Secara keseluruhan, batas sempit TSS memberikan sedikit ruang bagi kapal tanker minyak dan kapal komersial (dan militer) besar lainnya untuk bermanuver dan sangat sedikit kemampuan untuk menghindari halangan di dalam TSS.

Bagian Selat yang lebih dalam dari TSS cukup untuk kapal tanker minyak yang sangat besar sekalipun. Agar penghalang lalu lintas kapal dapat mengganggu aliran minyak, penghalang tersebut harus melintasi lebar Selat, bukan hanya jalur sempit TSS.

Selat Hormuz secara geo-strategis penting bagi Amerika Serikat, karena kesehatan ekonomi dunia bergantung pada aliran minyak. Banyak pakar dan analis, yang sering dikutip oleh politisi dan media, khawatir bahwa upaya Iran untuk menutup Selat akan mengancam ekonomi global.

Asumsi tersirat mereka adalah bahwa Iran dapat menghentikan transit sejumlah besar minyak melalui Selat untuk jangka waktu yang lama.

Menurut laman Strauss Center, penutupan Selat akan sangat sulit karena berbagai kekuatan ekonomi, politik, dan militer yang ada di wilayah tersebut saat ini.

Baca juga artikel terkait KONFLIK IRAN ISRAEL atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya