Menuju konten utama

Daftar Negara Sekutu Iran, Apakah Bisa Perang dengan Israel-AS?

Siapa saja sekutu Iran jika negara tersebut harus berperang melawan Israel dan Amerika Serikat? Trump memutuskan untuk ikut perang dan menyerang Iran.

Daftar Negara Sekutu Iran, Apakah Bisa Perang dengan Israel-AS?
Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi menyampaikan keterangan pers terkait konflik negaranya dengan Israel di Jakarta, Selasa (17/6/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/bar

tirto.id - Amerika Serikat ikut terlibat dalam perang Israel dengan menyerang situs nuklir Iran. Iran mengecam AS karena melewati "garis merah" dengan langkah berisiko menyerang tiga situs tersebut dengan rudal dan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon.

Serangan AS, yang dikonfirmasi oleh Organisasi Energi Atom Iran, menghantam fasilitas pengayaan Fordo dan Natanz, serta situs nuklir Isfahan. Iran dan pengawas nuklir PBB mengatakan tidak ada tanda-tanda langsung kontaminasi radioaktif di sekitar mereka.

Trump mengklaim AS "menghancurkan sepenuhnya" situs-situs tersebut, Pentagon juga melaporkan "kerusakan dan kehancuran yang sangat parah dan berkelanjutan." Juru bicara militer Israel Effie Defrin mengatakan "kerusakannya hebat."

"Kami sangat dekat untuk mencapai tujuan kami," ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, soal menyingkirkan ancaman nuklir dan rudal Iran, pada Minggu (22/6/2025) malam, dikutip AP News.

Siapa Saja Sekutu Iran Jika Harus Perang dengan Israel dan AS?

Sejak tahun 1970-an, Iran telah memproyeksikan kekuatan di Timur Tengah dengan menggunakan jaringan sekutu yang memiliki tujuan yang sama untuk melawan AS dan Israel di seluruh wilayah tersebut.

Peta Iran-Israel

Peta Iran-Israel. FOTO/iStockphoto

Jaringan tersebut berkembang hingga mencakup:

  • Hizbullah di Lebanon,
  • Houthi di Yaman,
  • beberapa kelompok bersenjata di Irak, dan
  • kelompok militan Palestina Hamas di Gaza dan Tepi Barat.
Selama dua tahun terakhir, "poros" tersebut telah mengalami beberapa pukulan telak, dengan banyak sekutu Iran di wilayah tersebut melemah atau digulingkan dari kekuasaan.

Andreas Krieg, seorang pakar keamanan dan profesor madya di King's College London, mengatakan hubungan Iran telah terurai.

"Iran bukan lagi benar-benar 'poros' melainkan jaringan longgar di mana setiap orang sebagian besar sibuk dengan kelangsungan hidupnya sendiri," katanya.

Menurut Ian Parmeter, seorang sarjana Timur Tengah di Universitas Nasional Australia (ANU) dan mantan duta besar Australia untuk Lebanon, hal itu membuat Iran berada dalam "kondisi terlemahnya" dalam lebih dari 40 tahun.

"Tidak ada sekutunya yang mampu mendukungnya dengan cara yang sebelumnya bisa mereka lakukan. Itulah sebabnya Pasukan Pertahanan Israel mampu melancarkan serangan-serangan ini ke Iran sekarang," katanya, dikutip abc.net.au.

Parmeter mengatakan Israel telah menghancurkan kemampuan tempur Hamas selama dua tahun terakhir perang dengan kelompok militan Palestina tersebut.

Sementara itu, di Suriah, rezim Bashar al-Assad runtuh kurang dari dua minggu setelah perang dua bulan Israel dengan Hizbullah di Lebanon berakhir, memutuskan hubungan penting lainnya dengan Iran.

Meski demikian, Iran tetap memiliki pengaruh yang kuat di Irak dan Yaman. Militan Irak, dengan perkiraan 200.000 tentara, tetap tangguh. Houthi memiliki kontingen pejuang yang sama besarnya di Yaman.

Jika situasi meningkat menjadi ancaman eksistensial bagi Iran - sebagai satu-satunya negara yang dipimpin Syiah di kawasan itu - solidaritas agama dapat mendorong kelompok-kelompok ini untuk terlibat secara aktif. Ini akan dengan cepat memperluas perang di seluruh kawasan.

Iran sendiri juga dapat menargetkan pangkalan AS di negara-negara Teluk Persia dengan rudal balistik, serta menutup Selat Hormuz, yang dilalui sekitar 20 persen pasokan minyak dunia.

Apakah Iran Punya Sekutu di Negara Lain?

Menurut keterangan Peneliti Studi Timur Tengah, Ali Mamouri dari Universitas Deakin, dalam beberapa tahun terakhir, Iran juga telah melakukan pendekatan diplomatik kepada mantan pesaing regionalnya, seperti Arab Saudi dan Mesir, untuk memperbaiki hubungan.

Perubahan ini telah membantu menggalang dukungan regional yang lebih luas bagi Iran. Hampir dua lusin negara berpenduduk mayoritas Muslim - termasuk beberapa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel - telah bersama-sama mengutuk tindakan Israel.

Namun, kecil kemungkinan bahwa kekuatan negara lain seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Turki akan mendukung Iran secara material, mengingat aliansi mereka yang kuat dengan AS.

Sekutu global utama Iran, Rusia dan Tiongkok, juga mengutuk serangan Israel. Mereka sebelumnya telah melindungi Teheran dari resolusi hukuman di Dewan Keamanan PBB.

Namun, tidak ada kekuatan yang tampaknya bersedia - setidaknya untuk saat ini - untuk meningkatkan konfrontasi dengan memberikan dukungan militer langsung ke Iran atau terlibat dalam perang dengan Israel dan AS.

Moskow hanya berdiam diri ketika rezim Assad runtuh di Suriah, salah satu sekutu terdekat Rusia di kawasan tersebut. Rusia tidak hanya fokus pada perangnya di Ukraina, tetapi juga tidak ingin membahayakan hubungan yang membaik dengan pemerintahan Trump.

Tiongkok telah menawarkan dukungan retorika yang kuat kepada Iran, tetapi sejarah menunjukkan bahwa Tiongkok tidak begitu tertarik untuk terlibat langsung dalam konflik Timur Tengah.

Baca juga artikel terkait KONFLIK IRAN ISRAEL atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya