tirto.id - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-17 akan diselenggarakan di Bali pada 15-16 November 2022. Acara ini merupakan puncak dari proses dan usaha yang intensif dari seluruh alur kerja G20 yang terbagi atas pertemuan tingkat menteri, kelompok kerja, dan grup keterlibatan selama setahun terakhir.
Polri dan TNI pun turun tangan untuk mengamankan kegiatan internasional tersebut. Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengatakan, ada 18.030 personel gabungan yang dikerahkan dalam acara itu.
Selain perbantuan anggota Polri untuk pengamanan, Andika menilai banyak aset Polri yang nanti bisa diintegrasikan dalam proses pengamanan, semisal kendaraan dan tim penjinak, dan tim kendaraan lapis baja. TNI juga mengerahkan 26 kendaraan lapis baja.
Sejauh ini, secara umum belum ada potensi ancaman yang signifikan. Namun Andika mengakui ada beberapa serangan siber. Maka pihaknya berkoordinasi dengan lembaga lain guna mengatasi ancaman tersebut.
“Kami bersama BSSN, BIN, Polri sudah berkali-kali untuk simulasi dan kebetulan ada gangguan nyata. Itu justru membuat kami lebih matang. Serangan itu, bagaimana dan seberapa cepat kami merespons itu juga sebetulnya membuat kami siap,” kata Andika, Senin (7/11/2022).
Pengamanan untuk kepala negara dan seluruh tamu KTT G20 ini juga melibatkan Satgas Laut dan Udara. Untuk Satgas Laut, TNI menurunkan 12 KRI yang ditempatkan di sekeliling Pulau Bali, termasuk untuk pendampingan kapal-kapal militer dari negara-negara partisipan G20.
Sementara Satgas Udara, TNI mengerahkan pesawat tempur masing-masing dua F16 dan Sukhoi 27 serta Sukhoi 30, 13 helikopter dengan rincian 6 helikopter Angkatan Udara, 5 helikopter Angkatan Laut, dan 2 helikopter Angkatan Darat.
TNI juga menyiagakan dua pesawat Hercules, satu bertugas untuk kepentingan medis guna mengevakuasi pasien darurat dan satu lagi sebagai angkutan bila diperlukan. Bersama itu juga disiagakan satu pesawat Boeing VIP sebagai tambahan, dan dua pesawat Boeing sebagai pengintai atau ISR.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berkata, pihaknya akan melaksanakan pengamanan mulai dari jalur masuk ke Bali seperti pelabuhan dan bandara. Kamera pengawas dan aplikasi pemindai wajah disiapkan untuk memantau pihak yang “mendapatkan pengawasan” luar negeri dan dalam negeri.
Pemindaian wajah ini terintegrasi dengan basis data Dukcapil dan Pusinafis Bareskrim Polri yang mencakup red notice dan orange notice warga negara asing maupun warga negara Indonesia, data teroris yang belum terungkap atau yang dicurigai teroris, serta residivis yang belum terungkap maupun yang sudah keluar dari penjara.
“Kami sudah mengklasifikasi target-target tersebut masuk dalam kelompok ancaman apa. Mulai (dari pihak) potensi unjuk rasa sampai melakukan serangan-serangan yang bersifat teroris," kata Sigit.
Koordinasi pengamanan yang paling utama adalah jangan ada peristiwa di Ring 3 yang dapat mengganggu kegiatan pada Ring 2 dan Ring 1.
Berdasar data kepolisian perihal standar keamanan acara nasional dan internasional, contohnya sterilisasi bandara dan kendaraan delegasi oleh Tim Penjinak Bom dan K9; Densus 88 Antiteror dan Satuan Perlawanan Teror Brimob Polda Bali disiagakan di Bandara Ngurah Rai, Kuta Selatan dan Denpasar Selatan. Polda Bali akan melaksanakan operasi kewilayahan bersandi ‘Puri Agung’, sekira 6.103 personel diterjunkan.
Pengamanan Siber
Selama penyelenggaraan KTT G20, pemerintah menjamin keamanan siber. Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengatakan, pihaknya akan mengerahkan para ahli serta peralatan berteknologi tinggi. Pengamanan siber yang dilakukan BSSN tidak hanya dilakukan pada hari pelaksanaan KTT G20 saja, tapi juga sebelum dan sesudah KTT G20.
Bahkan untuk memastikan keamanan siber menjelang KTT G20, BSSN melakukan pengamanan siber sejak Juli lalu dan mengidentifikasi berbagai potensi ancaman siber.
“Ancaman-ancaman tersebut antara lain seperti spear phishing (peretasan spesifik), malicious document atau virus yang ditempelkan pada dokumen, hijacking, fake wifi hingga operasi malware,” ucap Ariandi, Selasa, 25 Oktober 2022.
BSSN menjadi pemimpin dalam pengamanan siber KTT G20. Tugasnya ialah mengolaborasikan beberapa rencana pengamanan siber bersama TNI, Polri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Sekretariat Kabinet, dan lainnya. BSSN juga bekerja sama dengan penyelenggara jaringan internet dan pengorganisasi acara yang mengampu kegiatan G20.
Ada tiga dukungan klaster untuk pengamanan siber yakni sebelum, saat, dan setelah acara. Hal itu guna memaksimalkan dan mengetahui situasi pengamanan ideal siber yang diinginkan ketika KTT G20 berlangsung.
Klaster satu atau sebelum acara, BSSN mengaudit sistem manajemen informasi, pengukuran tingkat keamanan siber, dan juga memonitor anomali trefik dan potensi ancaman siber. Klaster dua atau saat acara, BSSN bakal memantau anomali trefik, pemantauan informasi insiden, pengamanan sinyal dan kontra penginderaan, serta melakukan digital forensik.
Klaster tiga atau pasca acara, BSSN berencana mengidentifiaksi celah keamanan siber, potensi ancaman pengungkapan data, serta tetap melakukan digital forensik dan insiden respons.
Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Dahlian Persadha merespons perihal dugaan serangan siber yang dilontarkan Panglima TNI. Pratama berpendapat acara sebesar G20 tidak akan lepas dari upaya serangan siber dari berbagai pihak. Secara umum ancamannya terbagi menjadi dua yaitu state actor dan non state actor.
Ancaman state actor selalu dikaitkan dengan kegiatan spionase sebelum acara, saat acara, dan pasca acara KTT G20. Hal yang sangat wajar di mana pertemuan antarnegara ini dihadiri oleh tokoh profil tinggi masing-masing negara, seperti raja, sultan, presiden maupun perdana menteri.
“Bisa dibilang ancaman siber dari sisi spionase ini yang selama ini menjadi perhatian serius para peserta dan juga tuan rumah. Apalagi dengan kondisi geopolitik seperti sekarang ini, maka Indonesia memang patut waspada untuk bisa meredam terjadinya konflik dan saling retas di selama berlangsungnya acara,” jelas dia kepada Tirto, Selasa (8/11/2022).
Ancaman lainnya dari non state actor. Ini bisa dilakukan oleh siapa saja, umumnya yang dilakukan hacktivist. Peretasan sebagai upaya menunjukkan sikap terhadap G20. Publik mengetahui banyak pihak yang sangat kontra dengan KTT G20 karena dianggap glamor dan menghabiskan banyak uang di tengah pemulihan COVID-19.
Pada KTT sebelumnya selalu terjadi, selain demo di lokasi KTT, juga ada aksi retas berupa deface untuk menunjukkan sikap, yang diretas jelas situs resmi G20, situs panitia lokal. Berbagai upaya menggangu kegiatan.
“Seharusnya para delegasi ini dibekali informasi dan juga punya pengalaman dalam berbagai acara penting seperti ini. Seharusnya mereka tidak terjebak dengan serangan biasa seperti phising maupun fake wifi, meski kenyataannya banyak serangan di G20 sebelumnya ada saja memakan korban,” imbuh Pratama.
Momentum G20 akan menjadi pembuktian kepada dunia ihwal seberapa efektif pertahanan siber Indonesia, apalagi UU Perlindungan Data Pribadi baru disahkan. Tentu semua persiapan perlu dilakukan pengecekan lebih mendalam seperti mengecek personel, vendor, kondisi lapangan dan para petugas pembantu teknis harus bekerja dalam koridor masing-masing.
“Supply chain attack harus diwaspadai, jangan sampai para provider internet ini menjadi sasaran empuk eksploitasi dari para peretas state actor dan non state actor. Perlu pendampingan dari BSSN 24 jam,” kata Pratama.
Mewaspadai Sel Tidur Teroris
Bagaimana dengan serangan terorisme dalam acara akbar global tersebut? Stanislaus Riyanta, Direktur Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia, berpendapat teroris akan penuh perhitungan jika melakukan serangan atau aksi di G20 lantaran pengamanan sangat ketat.
Selain itu, tekanan terhadap kelompok teroris juga sangat kuat sehingga kesempatan dan peluang untuk melakukan teror sangat kecil, namun kewaspadaan sangat perlu.
“Peluang aksi teror dari kelompok akan sangat kecil, kemungkinan yang tidak terdeteksi adalah aksi individu atau lone wolf, namun juga akan sangat sulit untuk masuk dan menganggu G20. Saya yakin G20 aman,” ujar dia ketika dihubungi Tirto, Selasa (8/11/2022).
Bila apes, misalnya ada serangan teror oleh individu, Riyanta menyatakan akan sulit terjadi meski ada peluang. Alasannya pengamanan oleh aparat sangat ketat, dilakukan pengamanan secara terbuka maupun tertutup.
Selain itu, kata dia, ada kesadaran dari kelompok-kelompok radikal untuk sementara tidak menggunakan cara kekerasan, karena sangat merugkan mereka dengan dampak misalnya penangkapan. Salah satu ‘cara halus’ teroris bergerak dalam acara ini ialah propaganda, namun Riyanta menegaskan “itu tidak akan menimbulkan gangguan keamanan G20.”
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz