tirto.id - Paul Pogba akrab dengan diskriminasi. Latar belakang keluarga pesepakbola muslim Timnas Perancis dan Manchester United (MU) ini penyebabnya. Menurut Pogba yang seorang mualaf, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan.
Keluarga Pogba yang merupakan imigran dari Afrika, tepatnya Guinea, membuat dirinya kerap jadi sasaran ujaran kebencian dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia sempat tak diizinkan bermain bola karena berkulit hitam.
Setelah dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dunia sekali pun, cibiran masih sering Pogba terima. Kendati begitu, Pogba tidak ambil pusing dengan segala pandangan negatif yang ditujukan kepadanya.
Pesepakbola bernama lengkap Paul Labile Pogba ini lahir di Lagny-sur-Marne, Perancis, tanggal 15 Maret 1993. Pogba adalah seorang mualaf meskipun ibunya beragama Islam.
Mantan gelandang Juventus ini memutuskan memeluk Islam sejak beberapa tahun lalu atas kesadaran sendiri. Islam bagi Pogba telah memberikan pencerahan dalam perjalanan hidupnya.
"Ini merupakan perubahan yang baik untuk kehidupan saya. Saya bukan terlahir sebagai seorang muslim walaupun ibu saya adalah penganut Islam," ucap Pogba dalam perbincangan dengan The Times pada 2019 lalu.
Mengubah Cibiran Jadi Kekuatan
Pogba tidak pernah berubah dalam menyikapi setiap kritik yang kadang-kadang menjurus soal rasial. Gelandang yang turut membawa Perancis juara Piala Dunia 2018 ini menganggap dirinya seperti seorang anak kecil yang hanya ingin selalu bahagia.
"Saya memperlakukan kritik yang ditujukan kepada saya seperti saat saya masih kecil dan bermain di sebuah gang. Ketika mereka mengatakan kamu buruk, saya tidak pernah mendengarnya. Saya hanya ingin bersenang-senang," tutur Paul Pogba, dikutip dari The Guardian.
Hal itu ia tunjukkan dalam Piala Dunia 2018 di Rusia saat membantu Perancis meraih gelar juara. Penampilannya di laga-laga penting, termasuk di final melawan Kroasia, disebut luar biasa, kendati ia kerap dikritik di awal-awal turnamen.
Aksi impresif yang Pogba tunjukkan membuat banyak orang menilai dirinya sebagai sosok penting di skuad Les Blues. Pogba dianggap sebagai pemain yang mampu mengubah kritik menjadi kekuatan.
"Dia telah menunjukkan kepada kita, entah bagaimana cara dia melakukannya, tetapi Paul Pogba adalah orang yang kuat," ucap Adil Rami, rekan Pogba di Timnas Perancis yang juga beragama Islam.
"Dia telah menjadi seorang pemimpin di Timnas Perancis, padahal semula mendapat banyak kritik," imbuh bek yang pernah memperkuat Valencia, AC Milan, dan Sevilla ini.
Islam Adalah Agama Kasih
Tidak hanya kritik atas penampilannya di atas lapangan, yang mampu dijadikan kekuatan oleh Paul Pogba untuk mengubah keadaan.
Saat aksi terorisme pada 2017 melanda Inggris, ia mengubah persepsi publik Inggris yang sempat mengalami islamophobia.
Dilansir dari Manchester Evening News, Paul Pogba mengutuk aksi terorisme yang menewaskan 22 orang tersebut. Ia menegaskan bahwa Islam tidak mengajarkan manusia untuk membunuh, begitu pula dengan agama-agama lain di dunia.
"Kamu tentu tidak bisa membunuh manusia, karena itu adalah suatu tindakan yang gila. Pembunuhan atas nama agama, baik islam atau yang lainnya tidak benar, dan semua orang mengerti itu," kata Paul Pogba, dikutip Manchester Evening News.
"Ketika kamu kehilangan orang yang kamu cintai, tentu kamu tidak ingin kehilangannya dengan cara dibunuh. Karena saya tahu rasanya kehilangan orang yang saya cintai," tambahnya.
Pogba menegaskan, pilihannya memeluk agama Islam bukan tanpa alasan. Ia sudah melakukan serangkaian pengamatan dan riset sebelum memutuskan menjadi mualaf dan menjalani ibadah seperti umat muslim lainnya.
"Anda wajib menjalankan salat lima waktu tiap hari, itu merupakan salah satu rukun Islam. Maknanya, Anda meminta ampun dan bersyukur atas semua yang telah Anda miliki, seperti kesehatan dan lainnya," beber Pogba kepada The Times.
"Bagi saya, Islam benar-benar agama yang membuka pikiran dan itu membuat saya, mungkin, menjadi orang yang lebih baik. Anda akan lebih memikirkan kehidupan setelah Anda mati," tambahnya.
Sekali lagi, Pogba menekankan bahwa terorisme bukan Islam. Ajaran Islam menghargai semua makhluk Tuhan, terlebih kemanusiaan tanpa mengenal sekat-sekat perbedaan yang justru akan melemahkan.
"Saya menghormati Anda apa pun agama Anda, apa pun warna kulitnya, dan hal-hal lainnya. Seperti itulah Islam, penghormatan terhadap kemanusiaan dan segalanya," tandas Pogba.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Iswara N Raditya