tirto.id - N'Golo Kante dikenal sebagai pesepakbola muslim yang ramah dan tak pernah marah. Senyum gelandang Chelsea dan Timnas Perancis ini adalah ibadah karena apa pun yang dilakukan Kante semata-mata hanya untuk Tuhan.
“Untuk bisa mencapai ke level ini, semua karena Allah," ucap Kante kepada Mirror pada Agustus 2018 silam terkait pencapaiannya di kancah sepak bola dunia.
Kante selalu mengingat Tuhan dalam setiap pertandingan yang dilakoninya. Sejumlah trofi yang telah direngkuh mantan gelandang Leicester City ini membuatnya semakin yakin jika Tuhan berperan besar dalam perjalanan kariernya.
Keramahan dan kesabaran sosok Kante diakui oleh kawan setimnya di Chelsea, Antonio Rudiger. Bek asal Jerman yang juga beragama Islam ini pernah mengungkapkan bagaimana Kante bisa membuat rekan-rekannya menahan rasa marah.
“Dia pendiam, kami tidak bisa membencinya. Seseorang yang akan membenci orang ini, maka Anda memiliki masalah serius dengan diri sendiri," kata Rudiger seperti dikutip dari Sky Sports, edisi 14 April 2019.
"Dia sangat baik, dia sangat ramah. Dia selalu tersenyum dan aku belum pernah melihatnya marah,” tambah mantan pemain AS Roma dan VfB Stuttgart ini.
Muslim Ramah Anti Marah
N’Golo Kante lahir di Paris, Perancis, tanggal 29 Maret 1991. Orangtuanya adalah imigran muslim dari Mali yang datang ke Eropa pada dekade 1980-an.
Kante tumbuh dan dibesarkan di Rueil Malmaison, wilayah permukiman padat di sudut Kota Paris. Kawasan ini dikenal pula sebagai tempatnya para pekerja keras.
Sejak kecil, Kante terbiasa hidup miskin. Lingkungan tempat tinggal turut menempa mentalnya. Ia bahkan pernah menjadi pemulung. Namun, siapa sangka, Kante sekarang termasuk salah satu gelandang yang paling diperhitungkan.
Karakter Kante yang welas asih membuat ia amat disayang oleh rekan-rekannya. Itu terlihat ketika Timnas Perancis merayakan juara Piala Dunia 2018 di Rusia lalu.
Kala itu, seluruh anggota Les Blues bahkan menyanyikan lagu khusus untuk Kante di Stadion Luzhniki, Moskow.
"Ohh N’Golo Kante, ohh N’Golo Kante... He is short, he is nice, he’s the one,who sopped Leo Messi, but we all know he’s a cheater, N;Golo Kante!”
Pujian datang pula dari Frank Leboeuf. Mantan bek Timnas Perancis yang juga pernah memperkuat Chelsea ini, Kante akan dengan mudah mendapatkan respek dari lawan-lawannya, bukan cuma dari kawan setim.
“Saya adalah pengagum berat N’Golo Kante. Tidak ada yang bisa membenci dia, dan kamu akan selalu mencintainya. Bahkan jika dia jadi lawanmu, dia akan selalu tersenyum karena dia adalah lelaki yang baik," sebut Leboeuf.
“Dia adalah seorang pria pemalu dengan bakat yang nyata dan tahu bagaimana berpikir tentang sepak bola,” kata pemain Chelsea pada 1995-2002 ini.
Agama Paling Utama
Kante memiliki keyakinan teguh terhadap Islam. Pada 2017, ia menunaikan ibadah umrah ke Mekah bersama pemain Stoke City pinjaman dari Chelsea, Kurt Zouma, yang juga berkebangsaan Perancis.
Bagi Kante, agama adalah yang paling utama dalam hidupnya. Dalam suatu wawancara, ia mengatakan bahwa sepak bolanya hanya hobi serta pekerjaan saja, yang kebetulan melambungkan namanya.
“Bagi saya, agama lebih penting dari sepak bola. Agama adalah sesuatu yang personal yang harus diamalkan dalam hidup. Agama adalah kehidupan seseorang. Sepak bola bukanlah kehidupan seseorang," tandas Kante.
“Bagi saya, sepak bola hanyalah profesi dan permainan, hanya hobi, tetapi juga menjadi pekerjaan," tambahnya.
"Agama saya, Islam, lebih penting dari sepak bola,” tegas salah satu pemain yang menjadi kunci sukses Leicester City saat merengkuh juara Premier League musim 2015/2016 ini.
Amat mementingkan agama, karier Kante di sepak bola ternyata sangat cemerlang. Tahap demi tahap ia lewati dan cenderung menunjukkan progres dari waktu ke waktu.
Selain turut membawa Leicester City juara Premier League 2015/2016 dan meraih Piala Dunia 2018 bersama Perancis, Kante juga langsung ikut berprestasi setelah bergabung dengan Chelsea.
Ia turut andil dalam mengantarkan The Blues merebut trofi juara Premier League 2016/2017, jawara FA Cup 2017/2018, serta menjadi kampiun Europa League 2018/2019.
Penulis: Hendi Abdurahman
Editor: Iswara N Raditya