tirto.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menanggapi adanya tren peningkatan dalam penggunaan paylater atau bayar nanti dibandingkan kredit.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai penggunaan paylater lebih efisien demi mendongkak pengembangan kredit UMKM.
“Ini kan sebetulnya mau-maunya OJK juga, kita dorong bank itu untuk juga memberikan kontribusi kepada pengembangan kredit UMKM dan kredit kecil lain, termasuk kredit konsumsi gitu ya,” ujar Dian saat ditemui usai rapat kerja dengan OJK di Gedung DPR RI komisi XI, Jakarta, Selasa (10/9/2024).
Hal ini dikarenakan menurutnya, bank memiliki permodalan serta governansi yang kuat. Artinya, bank memiliki unsur-unsur pemerintahan yang terjamin, yakni adanya pengaturan pengelolaan, pemberdayaan, pemberi fasilitas-regulasi, pengawasan, serta pengendalian.
“Tentu saja diharapkan lebih efisien kan. Nanti pengola apalagi mungkin kalau dilakukan setara teknologi kan, mungkin tidak akan memberatkan bunganya dan lain sebagainya,” ujar Dian.
Dian juga mengatakan, kontribusi bank melalui paylater tentu lebih terpercaya dikarenakan memiliki peraturan-peraturan yang sesuai dengan aturan pemerintah.
“Nah perkembangan ini perkembangan logis aja kalau menurut saya gitu. Karena memang mereka juga ingin memberikan kontribusi, terus kemudian juga tentu saja karena bank ini mungkin bagian besar rata-rata, sehingga mereka lebih dipercaya. Dan kalau kita lihat governance-nya, governance bank itu kan sudah teruji lah gitu kan,” ucapnya.
Dian melihat kenaikan tren paylater ini merupakan hal positif. Sebab, melalui paylater, kebutuhan masyarakat kecil lebih diperhatikan oleh bank di Indonesia. “Jadi daya tampung risiko, appetite risiko mereka juga kan mereka sudah ukur,” ujarnya.
“Yang penting itu adalah jangan sampai nanti manajemen risiko mereka buruk, gitu ya,” sambungnya.
Sebelumnya, OJK mencatat, outstanding pembiayaan beli sekarang bayar nanti alias Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan per Juli 2024 tumbuh sebesar 73,55 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp7,81 triliun. Sebagai pembanding, pada bulan lalu outstanding paylater pada perusahaan teknologi finansial atau pinjaman online tumbuh sebesar 47,81 persen (yoy) menjadi Rp7,24 triliun.
Per Juli 2024, baki debet kredit paylater perbankan tumbuh 36,66 persen (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,43 persen menjadi Rp18,01 triliun. Sedangkan porsi kredit paylater dari keseluruhan produk perbankan hanya mencapai 0,24 persen.
Sementara itu, total jumlah rekening paylater di perbankan mencapai 17,90 juta, lebih kecil dibanding posisi Juni 2024 yang sebesar 17,48 juta rekening. Perlambatan penyaluran kredit paylater oleh perbankan juga diiringi dengan penurunan risiko kredit BNPL ke level 2,24 persen, dari yang pada Juni 2024 masih mencapai 2,5 persen.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Anggun P Situmorang