Menuju konten utama

Mengapa Bangsa Eropa Mencari Rempah-Rempah di Nusantara?

Rempah-rempah yang dicari bangsa Eropa kebanyakan terdapat di wilayah timur dunia, termasuk Nusantara. Lalu, mengapa bangsa Eropa mencari rempah-rempah?

Mengapa Bangsa Eropa Mencari Rempah-Rempah di Nusantara?
Pemandangan Pelabuhan Livorno: Rumah-rumah yang Menghadap Pelabuhan. FOTO/pxhere.com/

tirto.id - Bangsa Eropa mencari rempah-rempah jauh ke belahan Bumi timur, termasuk Indonesia atau yang dahulu disebut Nusantara. Salah satu faktor pendorong bangsa Eropa mencari rempah-rempah adalah tingginya permintaan.

Jauh sebelum era penjelajahan samudra, rempah-rempah dari Asia sebenarnya telah menjadi komoditas mewah di Eropa. Jalur perdagangan utama kala itu dikuasai oleh pedagang Arab dan melewati Konstantinopel.

Namun, pada 29 Mei 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Ottoman di bawah Sultan Mehmed II. Ia melarang bangsa Eropa melewati wilayahnya dan memberlakukan pajak tinggi atas barang dagangan. Situasi ini mendorong bangsa Eropa mencari rempah-rempah lewat jalur laut menuju "Kepulauan Rempah," yakni Nusantara.

Di sisi lain, sebab negara Eropa melakukan ekspedisi juga dilatarbelakangi oleh misi 3G. Lalu, mengapa bangsa Eropa harus mencari rempah-rempah di wilayah Nusantara?

Mengapa Bangsa Eropa Mencari Rempah-Rempah di Wilayah Nusantara?

Karena permintaan dan harga rempah yang semakin tinggi, muncul keinginan dari bangsa-bangsa Eropa untuk mencari langsung daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Beberapa faktor pendorong bangsa Eropa mencari rempah-rempah meliputi:

1. Kebutuhan ekonomi dan monopoli Arab-Venetian

Menurut artikel yang ditulis oleh UNESCO berjudul "The Arab Monopoly", bangsa Eropa menghadapi harga rempah yang sangat tinggi akibat monopoli perdagangan yang dilakukan oleh pedagang Arab dan Venesia.

Jalur rempah dari Asia Tenggara melewati banyak perantara sebelum sampai di Eropa, yang menyebabkan harga rempah melambung tinggi. Hal ini mendorong bangsa Eropa untuk mencari sumber rempah langsung ke Asia​, termasuk Nusantara.

2. Teknologi dan pengetahuan baru

Teori bumi bulat yang didukung oleh kemajuan teknologi navigasi, seperti penggunaan kompas dan peta portolan, membuka jalan bagi pelayaran jarak jauh.

Eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya, salah satunya oleh Marco Polo, memberikan informasi awal tentang Asia dan kekayaan rempahnya​. Oleh karena itulah, sebagaimana dinukil dari The Economist, bangsa Eropa mencari rempah-rempah di dunia timur.

3. Perjanjian Tordesillas

Perjanjian Tordesillas yang diresmikan pada 1494 membagi dunia menjadi dua wilayah eksplorasi untuk Spanyol dan Portugis. Portugis menguasai wilayah timur, sedangkan Spanyol ke barat. Perjanjian ini memberikan kerangka bagi ekspansi maritim kedua bangsa​.

4. Gold, Glory, dan Gospel

Misi eksplorasi ini sering dirangkum sebagai pencarian 3G. Kekayaan, seperti rempah-rempah, digunakan untuk memperkuat ekonomi kerajaan. Kejayaan dicapai melalui penguasaan wilayah baru. Adapun penyebaran agama menjadi alasan moral yang digunakan untuk menjustifikasi ekspansi​.

Motivasi 3G mendorong bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan sekaligus eksplorasi terkait rempah-rempah. Lalu, Lalu, mengapa bangsa barat berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah?

Ambisi monopoli perdagangan oleh bangsa Eropa tidak lepas dari tingginya harga rempah di wilayah barat. Nama rempah yang menjadi daya tarik bangsa Eropa datang ke nusantara ini adalah cengkih, pala, dan lada. Ketiga komoditas tersebut harganya melambung tinggi di Eropa.

5. Portugis sebagai Pelopor

Alasan bangsa Eropa mencari rempah-rempah di dunia timur juga dilatarbelakangi oleh penjelajahan oleh Bangsa Portugis. Portugis tiba di Malaka pada 1509 dan berhasil menaklukkannya pada 1511, di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque.

Dari Malaka, Portugis mendapatkan informasi untuk mencapai Kepulauan Banda, satu-satunya sumber pala dan fuli, serta Kepulauan Maluku, pusat produksi cengkeh. Itulah mengapa bangsa Eropa harus mencari rempah-rempah di wilayah nusantara: karena Nusantara kaya akan rempah, sebagaimana temuan Portugis.

Manfaat Rempah-Rempah bagi Bangsa Eropa

Salah satu alasan mengapa bangsa eropa berusaha mencari rempah-rempah hingga sampai ke dunia timur adalah manfaat tumbuhan tersebut. Bangsa Eropa menyadari, rempah-rempah tidak dapat tumbuh optimal di wilayah mereka yang dilanda musim dingin saban tahun. Berikut beberapa manfaat rempah-rempah bagi bangsa Eropa:

1. Menghangatkan tubuh

Rempah-rempah, seperti lada dan merica, memiliki efek menghangatkan tubuh apabila dicampurkan ke dalam makanan. Oleh sebab itu, rempah-rempah sebagai campuran makanan cocok dengan wilayah Eropa terkenal dengan musim dingin.

2. Menambah cita rasa makanan

Lada, jahe, cengkeh, pala, fuli, kayu manis, kunyit, adas manis, zedoary (kunyit putih), dan jintan, mampu menambah cita rasa makanan yang lebih beragam. Tidak hanya pada makanan, rempah-rempah juga dapat dijadikan campuran cita rasa untuk saus dan anggur (wine).

3. Mengawetkan makanan

Selain penambah cita rasa dan penghangat badan, rempah-rempah memiliki kegunaan untuk mengawetkan makanan. Pala, cengkeh, dan kayu manis, mengandung antimikroba dan antioksidan alami yang mampu mengawetkan daging dan buah ketika musim dingin tiba.

4. Pengharum ruangan

Tak hanya soal makanan, baunya yang harum membuat rempah-rempah dapat dijadikan pengharum ruangan. Rempah-rempah ini dibakar layaknya dupa maupun disebar ke lantai sehingga ruangan menjadi harum.

5. Berguna sebagai obat

Selama abad pertengahan, rempah-rempah di Eropa telah dikenal sebagai obat yang populer. Beberapa jenis rempah-rempah dimanfaatkan untuk obat penyakit hingga luka organ dalam, seperti paru-paru, jantung, otak, hati, rahim, hingga wajah.

6. Penanda status sosial

Pada abad pertengahan, rempah-rempah memiliki harga yang tinggi. Oleh sebab itu, bangsa Eropa menganggap rempah-rempah sebagai barang yang berharga dan mewah, lebih dari perhiasan. Di sisi lain, kepemilikan rempah perlahan menjadi penanda status sosial di masyarakat Eropa.

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin