Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Melihat Pertarungan Ketat Berebut Kursi DPR di Dapil Jawa Timur

Iqbal menilai Jawa Timur merupakan daerah yang bisa disebut dapil neraka karena pertarungan caleg sangat dinamis di masyarakat.

Melihat Pertarungan Ketat Berebut Kursi DPR di Dapil Jawa Timur
Ilustrasi Caleg DPR. tirto.id/Quita

tirto.id - Pulau Jawa kerap disebut sebagai daerah penting untuk dimenangkan partai politik agar bisa bersaing di papan atas. Salah satunya Jawa Timur sebagai provinsi dengan suara terbanyak kedua setelah Jawa Barat. Pada Pileg 2024, di Jatim ada 11 daerah pemilihan dengan total 87 kursi dewan yang bisa diperebutkan partai politik perserta pemilu pada 14 Februari 2024.

Dari 11 dapil, jumlah kursi yang diperebutkan berbeda-beda. Di Dapil Jawa Timur I (Kota Surabaya dan Sidoarjo) ada 10 kursi; Jawa Timur II (Probolinggo, Pasuruan, Kota Probolinggo dan Kota Pasuruan) 7 kursi; Dapil Jatim III (Banyuwangi,Bondowoso dan Situbondo) 7 kursi; Dapil Jatim IV (Lumajang dan Jember) sebanyak 8 kursi; dan Jatim V (Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kota Malang) 8 kursi.

Kemudian Jatim VI (Tulungagung, Blitar, Kediri, Kota Kediri dan Kota Blitar) sebanyak 9 kursi; Dapil Jatim VII (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, MAgetan dan Ngawi) sebanyak 8 kursi; Dapil VIII (Mojokerto, Jombang Nganjuk, Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Madiun) 10 kursi; dan Dapil IX (Bojonegoro dan Tuban) 6 kursi; Dapil X (Lamongan dan Gresik) 6 kursi; dan Dapil XI (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) sebanyak 8 kursi.

Pada Pileg 2019, PDIP menjadi parpol dengan perolehan suara terbanyak di Jawa Timur dengan angka 4.319.666 suara, peringkat kedua adalah PKB dengan perolehan suara 4.198.551 suara, lalu nomor urut ketiga hingga kelima, antara lain: Gerindra dengan 2.408.607 suara; Golkar 2.256.056 suara; dan Nasdem dapat 2.190.169 suara.

Akan tetapi, jika ditilik data KPU berbasis kursi, PDIP dan PKB bersaing ketat. PDIP berhasil memperoleh 20 kursi DPR RI. Sementara PKB yang finis di posisi kedua mendapat 19 kursi.

Sementara partai lain yang berhasil memperoleh kursi dengan dua digit adalah Gerindra dan Golkar masing-masing 11 kursi. Sedangkan peringkat kelima jatuh pada Partai Nasdem dengan 9 kursi dan Partai Demokrat hanya 7 kursi.

Jika ditilik berdasarkan kursi, PKB cukup rata memperoleh masing-masing 2 kursi di semua dapil Jawa Timur, kecuali Jatim VII, Jatim X dan Jatim XI yang hanya 1 kursi. Sementara itu, PDIP mampu memperoleh hingga 3 kursi di Dapil Jatim I, Jatim V, dan Jatim VI. Golkar dan Gerindra berhasil meraup setidaknya masing-masing 1 kursi per dapil.

Pada Pileg 2024 ini, mengutip data DCS KPU, Tirto mencatat partai-partai mengirimkan kader-kader terbaik mereka, mulai dari pesohor hingga para pengurus pusat demi merebut banyak kursi dari Jawa Timur. Beberapa yang bisa disorot, salah satunya Jatim I.

Di Dapil Jatim I, artis hingga petinggi partai dipasang untuk berebut 10 kursi. PKB misal, memasang pesohor cum petahana Arzetti Bilbina dan mantan Ketua DPC PKB Kota Surabaya, Achmad Wahyudin. Gerindra menurunkan Bambang Haryo Soekartono yang merupakan Dewan Pakar Gerindra hingga selebgram Kenasti Arnita Putri.

Tidak mau kalah, PKS, Nasdem dan Golkar juga menurunkan kader terbaik mereka. Golkar menerjunkan Adies Kadir dan anaknya, Adela Kanasya Adies serta eks Ketua KNPI Ilyas Indra sebagai bagian line up mereka. PKS menerjunkan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Reni Astuti dan petahana Sigit Sosiantomo.

Di sisi lain, Nasdem menerjunkan istri mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin, Lita MAchfud Arifin dan eks Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni. Partai Perindo juga tidak mau kalah. Ia memasang Wamenparekraf Angelina Tanoesoedibjo, mantan Kepala BNN, Anang Iskandar hingga juri MasterChef Indonesia, Arnold Poernomo berebut suara di Jatim I.

Sementara itu, PDIP sebagai pemegang kursi terbanyak juga menurunkan kader terbaiknya. Ada anak Guntur Soekarnoputra yang juga mantan Cawagub Jatim, Puti Guntur, mantan Wali Kota Surabaya Bambang DH, hingga artis Andre Hehanusa diterjunkan untuk menjaga 3 kursi mereka.

Selain Dapil Jatim I, persaingan sengit juga diprediksi terjadi di Dapil Jatim II. Dalam catatan, PKB menerjunkan dua Ketua DPP PKB selain kader lain, Faisol Reza dan Abdul Malik Haramain. PKB juga menerjunkan mantan Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf dan mantan Dubes Aljazair, Safira Machrusah.

Di Jatim II, caleg-caleg PKB akan bertanding dengan Moekhlas Sidik (Gerindra), Ketua DPD Gerindra Jatim yang juga Waketum DPRD Jatim Anwar Sadad, Ketua DPP PDIP Hamkah Haq, dan politikus Golkar yang juga eks Pansus Century Misbakhun.

Begitu juga dengan Dapil Jatim V yang diprediksi sengit. Sekjen PKB Hasanudin Wahid akan berhadapan dengan pesohor Moreno Soeprapto (Gerindra), Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah, eks Kepala BNPB Ganip Warsito (maju lewat PDIP) dan artis cum petahanan Krisdayanti. Di dapil ini juga ada Ketua DPP Partai Demokrat Renville Antonio, eks Kejati Jatim yang maju lewat Nasdem Maruli Hutagalung dan petahana Partai Nasdem Kresna Dewanata Phrosakh.

Di Dapil Jatim VI, Ketua DPD Golkar Jawa Timur Sarmudji dan mantan Sekda Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono yang sama-sama maju via Golkar akan berkompetisi dengan Anggota DPR dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan maupun musisi Pulung Agustanto via PDIP, Ketua DPW PAN Jawa Timur Achmad Rizki Sadig serta mantan Jampidsus Adi Togarisman yang maju lewat Partai Demokrat.

Bergeser ke Dapil Jatim X dan XI yang juga diprediksi ketata. Di Dapil Jatim X, Waketum PKB yang juga Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid bersama anggota DPR Lukmanul Khakim selaku petahana PKB akan berhadapan dengan Wabendum Partai Golkar, Dyah Roro Esti Widya. Mereka juga berhadapan dengan mantan calon Bupati Lamongan, Suhandoyo dan cucu Mentan Syahrul Yasin, Tenri Bilang Radisyah yang maju lewat Nasdem. Selain itu, ada Waketum PAN, Viva Yoga dan Ketua DPW PPP, Musyaffa Noer berebut kursi di dapil yang sama.

Sementara dari Dapil Jatim XI, Said Abdullah selaku Ketua DPP PDIP cum Ketua Banggar DPR (PDIP) akan berhadapan dengan Akhmad Maruf, Ketua DPD Golkar Kepri (Golkar), Ketua Partai Nasdem, Willy Aditya (Nasdem), Dirut Madura United, Annisa Zhafarina Qosasi (Demokrat), Rachland Nashidik (Demokrat) dan Ketua DPP PPP yang juga petahana DPR RI, Achmad Baidowi (PPP) akan berebut 8 kursi bersama bacaleg lain.

Respons Partai Politik Peserta Pemilu

Deputi Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan, penerjunan kader dan figur potensial tidak lepas dari keyakinan para caleg untuk meraup suara. Semua dilakukan demi memperoleh target perolehan suara.

“Banyaknya tokoh-tokoh dan figur potensial yang maju sebagai caleg DPR RI di berbagai dapil di Jawa Timur tentu menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap Partai Demokrat yang tinggi dan sekaligus membangkitkan optimisme Partai Demokrat sukses pada Pileg 2024 termasuk di Jatim. Kami memasang target 12% - 15% untuk perolehan nasional," kata Kamhar kepada Tirto, Selasa (5/9/2023).

Kamhar yakin, penempatan strategi yang ada setidaknya bisa membuat Demokrat bisa memperoleh tambahan kursi. Mereka berharap bisa meraup masing-masing 1 kursi per dapil.

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur, Sarmudji optimistis partai berlambang pohon beringin bisa memenangkan kursi di Jawa Timur. Ia tidak memungkiri bahwa Jawa Timur bukan kandang Golkar karena jumlah kursi mereka berada di peringkat keempat. Akan tetapi, Sarmudji mengaku sudah melakukan persiapan agar bisa memenangkan pileg di Jawa Timur.

“Kami sudah memaksimalkan konsolidasi partai untuk memperkuat fungsi infrastruktur partai. Kami juga sudah melakukan penetrasi maksimal ke kalangan muda untuk memperbesar basis partai terutama melalui media sosial dan IT. Berbagai kegiatan kami rancang untuk menyasar kalangan anak muda Jawa Timur sesuai dengan kebutuhan dan keinginan anak muda,” kata Sarmudji kepada Tirto, Selasa (5/9/2023).

Sarmudji menambahkan, partai juga sudah menuntaskan konsolidasi caleg di semua tingkatan. Ia beralasan caleg berperan dalam sistem proporsional terbuka sangat dominan untuk kemenangan partai. Pertemuan antar caleg baik DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota sudah selesai di sebelas dapil yang ada.

“PR yang tersisa sekarang mempersiapkan saksi yang berkualitas yang menggalang dan menjaga suara di masing-masing TPS," kata Sarmudji.

Sarmudji juga menekankan bahwa pemilihan nomor urut hingga penempatan pengurus turun melihat berdasarkan perhitungan yang tepat.

“Dua-duanya kami pertimbangkan (posisi di pengurusan Golkar hingga mengejar coattail effect). Rekam jejak di partai kami perhitungkan dan potensi meraih suara juga menjadi aspek penilaian," kata Sarmudji.

Jatim adalah Kunci dan Rerata Masuk Dapil Neraka

Analis politik dari Universitas Jember, M. Iqbal menilai, Jawa Timur adalah daerah yang dinamis, tetapi kultur masyarakat masih kental didominasi nahdliyin. Hal itu tidak lepas dari prediksi jumlah nahdliyin atau warga NU yang mencapai 65 persen dari populasi warga Jawa Timur. Oleh karena itu, dapil di Jawa Timur dapat digolongkan sengit.

“Sebelas daerah pemilihan di Jatim praktis jadi arena persaingan yang sengit. Maka, para elite parpol pasti saling merebut suara warga NU di Jatim untuk mendongkrak total elektoral nasional," kata Iqbal kepada reporter Tirto.

Iqbal mengingatkan, Jatim itu menjadi satu episentrum kemenangan karena karakteristik warganya yang relatif homogen basis nahdliyin. Homogenitas yang dimaksud lebih pada aspek loyalitas "manut Kiai.” Bagi nahdliyin, kata dia, sosok kiai (dan nyai) bukan semata tokoh spiritualitas, tapi sekaligus pemengaruh sikap preferensi politik.

“Saling berebut simpati, persepsi dan preferensi dari opinion leader inilah yang bisa jadi alasan rasional mengapa Jatim jadi arena kompetisi elite utama parpol. Kapasitas dan kepiawaian elite parpol dalam merajut komunikasi dan persuasi yang empatik diyakini jadi basis membangun relasi dan kohesi dengan jejaring kiai NU," tutur Iqbal.

Iqbal menekankan, kontestasi pileg sejatinya adala merebut kursi parlemen sebanyak mungkin, tetapi orientasi sosial, ekonomi, dan kultural juga perlu diperhatikan. Sebagai contoh, ketika parpol mendominasi kursi parlemen satu daerah, maka mereka akan lebih mudah mengakomodasi kepentingan seperti regulasi dan politik anggaran. Mereka akan menguasai potensi tata kelola penduduk, sumber daya alam, hinga kekuatan pasar daerah.

Oleh karena itu, wajar bila parpol mengerahkan para eks kepala daerah, dinasti keluarga politik, hingga artis dan figur publik lain di pileg. Kelompok tersebut dinilai sudah punya modal politik untuk meraup suara dan punya beragam strategi untuk meraup suara.

“Beragam cara dan strateginya, ada yang menonjolkan aspek kapasitas, intelektualitas, spiritualitas, ataukah etikalitas. Banyak juga yang sebatas bermodal ketenaran dan sumber kekayaan. Semua aspek itu pada ujungnya akan diuji oleh seberapa piawai para caleg bisa meyakinkan pemilik suara memilihnya," kata Iqbal.

Iqbal juga melihat Jawa Timur merupakan daerah yang bisa dikategorikan dapil neraka karena pertarungan caleg sangat dinamis di masyarakat.

“Dapil neraka atau dapil surga itu terjadi hanya ditentukan oleh seberapa unggul amal dan perbuatan politik para caleg dalam merajut modal sosial, ekonomi dan kulturalnya dengan para pemilih," tutur Iqbal.

“Jawa Timur bisa tergolong sebagai dapil neraka sekaligus surga ketika antarcaleg parpol bertarung merebut simpati dari simpul warga nahdliyin dan nasionalis serta karakter kepentingan masyarakat kota dan desa," kata Iqbal.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - News
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz