Menuju konten utama

Kenapa Cuaca Panas pada Akhir Sept 2025, karena Kulminasi?

Cuaca panas ekstrem akhir September 2025 disebabkan oleh kulminasi matahari? Ketahui penjelasan ilmiahnya dan kenapa Indonesia terasa lebih terik.

Kenapa Cuaca Panas pada Akhir Sept 2025, karena Kulminasi?
Ilustrasi hari tanpa bayangan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Warganet banyak mengeluhkan cuaca panas yang terjadi pada akhir September 2025 ini. Kemudian muncul pertanyaan apakah hal ini karena kulminasi atau hari tanpa bayangan?

Kulminasi terjadi pada bulan Maret dan September setiap tahun, sehingga menyebabkan matahari terasa lebih panas dari biasanya. Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan atas fenomena kulminasi dan kaitan dengan cuaca panas.

Kulminasi Itu Apa?

Kulminasi adalah fenomena ketika matahari berada tepat di atas kepala (di titik zenit) suatu lokasi di bumi pada tengah hari. Ini menyebabkan sinar matahari jatuh tegak lurus, sehingga panas yang diterima permukaan bumi mencapai maksimum.

Indonesia berada di jalur khatulistiwa sehingga mengalami kulminasi dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Maret dan bulan September. Kulminasi juga disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan.

Apakah Cuaca Panas pada Akhir September 2025 karena Kulminasi?

Karena matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, sinar matahari jatuh tegak lurus, menyebabkan suhu udara lebih tinggi dari biasanya.

Umumnya juga terjadi saat cuaca cerah minim awan, jadi panas matahari tak terhalang. Jika angin bertiup lemah dan kelembaban rendah, maka rasa panasnya makin menyengat.

Kulminasi terjadi pada bulan Maret dan September di setiap tahunnya. Karena itu, cuaca panas di akhir bulan September adalah hal biasa di Indonesia, terutama di wilayah yang dilalui garis khatulistiwa.

"Periode kulminasi tersebut berlangsung sekitar September hingga Oktober karena posisi Matahari bergerak melintasi Indonesia dari utara ke selatan. Panas yang lebih terik akan dirasakan bergantian di berbagai kota, dan akan mereda setelah Matahari bergeser lebih jauh ke selatan pada akhir Oktober hingga awal November," terang Senior Forecaster BMKG Iqbal Fathoni dikutip Kompas (23/9).

Selain kulminasi, menurut BMKG, cuaca panas akhir-akhir ini di beberapa wilayah di Indonesia disebabkan munculnya pusat tekanan rendah di utara Indonesia, khususnya di sekitar Laut Cina Selatan dan timur Filipina yang membentuk badai tropis Bualoi.

Karena uap air ditarik keluar, wilayah seperti Jawa dan Indonesia bagian selatan menjadi minim pembentukan awan. Tanpa awan, tidak ada hujan yang turun, dan matahari bersinar langsung tanpa penghalang, menyebabkan cuaca menjadi sangat panas.

Prospek Cuaca Periode 29 September – 2 Oktober 2025

Menurut BMKG, secara umum, cuaca di banyak wilayah Indonesia saat ini didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Artinya, sebagian besar wilayah tidak dalam kondisi ekstrem, namun perubahan cuaca tetap perlu diwaspadai, terutama bagi wilayah yang rentan banjir atau longsor.

Beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami cuaca ekstrem seperti hujan lebat, kilat atau petir, dan angin kencang. Berikut rinciannya:

Kategori Siaga (Hujan Lebat – Sangat Lebat):

  • Sumatera Selatan
  • Kalimantan Barat
  • Papua Tengah
  • Papua Pegunungan
Selain hujan lebat, beberapa daerah juga berpotensi terdapat angin kencang, yakni:

  • Aceh
  • DKI Jakarta
  • Banten
  • Jawa Barat

Baca juga artikel terkait HARI TANPA BAYANGAN atau tulisan lainnya dari Prihatini Wahyuningtyas

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Prihatini Wahyuningtyas
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra