Menuju konten utama

Awan Cumulonimbus Pertanda Apa? Ini Bahaya & Penyebabnya

BPBD mengkonfirmasi petir yang menyala di sekitar Gunung Guntur ialah awan Cumulonimbus. Awan Cumulonimbus pertanda apa? Ini bahaya & penyebabnya.

Awan Cumulonimbus Pertanda Apa? Ini Bahaya & Penyebabnya
Ilustrasi Awan Cumulonimbus. antara foto/rahmad/pras/15

tirto.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mengkonfirmasi petir dalam awan yang menyala di sekitar Gunung Guntur, Kabupaten Garut pada Senin petang (22/9/2025) ialah awan Cumulonimbus. Lantas, awan Cumulonimbus pertanda apa? Simak bahaya dan penyebabnya.

Masyarakat di sekitar Gunung Guntur dan Papandayan Kabupaten Garut, Jawa Barat berspekulasi akan terjadinya erupsi setelah kilatan cahaya terlihat jelas menerangi langit di kawasan gunung aktif, yakni Gunung Guntur dan Papandayan.

Menanggapi informasi yang beredar tentang adanya ancaman bahaya erupsi, BPBD Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengkonfirmasi bahwa narasi tersebut tidak benar. Fenomena alam tersebut ialah petir dalam awan yang terjadi pada awan Cumulonimbus.

"Tidak benar jika ada informasi bahwa fenomena ini (Awan Cumulonimbus) adalah erupsi Gunung Guntur," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar Saefuloh, mengutip Antaranews, Senin (22/9).

Awan Cumulonimbus: Ciri-ciri, Proses Terbentuk, dan Tanda Cuaca Ekstrem

Dalam keterangannya yang dimuat Antaranews, Aah Anwar Saefuloh memaparkan bahwa awan Cumulonimbus terjadi akibat akumulasi dan perbedaan muatan listrik di dalam awan badai, kristal es bermuatan positif terbawa ke puncak awan. Sementara butiran air dan es yang lebih berat bermuatan negatif berkumpul di bagian bawah awan.

"Ketidakseimbangan muatan ini menimbulkan pelepasan energi listrik di dalam awan, sehingga muncul kilatan cahaya yang dikenal sebagai intra-cloud lightning atau sheet lightning," kata Aah Anwar.

Aah Anwar Saefuloh juga menambahkan bahwa saat ini kondisi di Gunung Guntur maupun Gunung Papandayan terus dipantau dengan status normal atau tidak ada aktivitas erupsi.

Lantas, apa sebenarnya awan Cumulonimbus? Melansir laman RRI, Cumulonimbus terdiri dari dua kata Bahasa Latin, yaitu Cumulus yang artinya tumpukan dan Nimbus berarti hujan badai. Awan ini memiliki bentuk lebat dan padat.

Jenis awan ini memiliki tampilan yang seperti gunung atau Menara bergerak di langit hingga menyentuh batas troposfer pada ketinggian 15.000 meter.

Pada bagian atas, awan ini memiliki batas yang tegas, terdiri dari es yang menyebar secara horizontal dalam bentuk sebuah landasan (anvil) atau jambul (plume). Sementara, di bagian bawah berbentuk seperti payung terbalik dan bergelombang.

Awan Cumulonimbus terbentuk karena udara panas yang naik cepat, membawa uap air yang terkondensasi menjadi tetes air atau kristal es yang membentuk awan. Cuaca yang tidak stabil dapat menciptakan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan awan kumuliformis ini.

Menurut laporan Universitas Medan Area, awan Cumulonimbus menjadi salah satu indikator terjadinya cuaca ekstrem yang berbahaya. Seperti badai petir, angin kencang, dan hujan lebat yang dapat memicu terjadinya banjir, tanah longsor, dan gangguan transportasi.

Meski begitu, curah hujan awan cumulonimbus biasanya hanya berlangsung sebentar atau tidak terlalu lama. Munculnya Awan Cumulonimbus dapat digunakan untuk prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem.

Berikut ciri-ciri awan Cumulonimbus:

  • Ukuran besar dan berbentuk gunung berapi
  • Memiliki batas yang tegas
  • Ekstensi vertikal yang luas
  • Tampak bergelombang atau payung terbalik
  • Memiliki warna gelap atau kelabu
  • Menyebabkan aktivitas petir dan hujan deras
  • Tanda akan terjadi cuaca ekstrem.

Baca juga artikel terkait CUACA atau tulisan lainnya dari Sarah Rahma Agustin

tirto.id - Edusains
Kontributor: Sarah Rahma Agustin
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo