Menuju konten utama

Contoh Literasi tentang Hari Pahlawan

Tulisan tentang sejarah, tokoh, dan makna Hari Pahlawan, bisa bahan untuk meningkatkan literasi siswa. Berikut contoh literasi Hari Pahlawan Nasional.

Contoh Literasi tentang Hari Pahlawan
Paskibraka membawa bendera saat Parade Surabaya Juang di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (5/11/2023). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/nz

tirto.id - Membaca tulisan tentang Hari Pahlawan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan literasi masyarakat dan siswa.

Literasi tentang Hari Pahlawan tidak hanya berguna mengingatkan masyarakat atas pengorbanan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Literasi Hari Pahlawan juga dapat menjadi medium pendidikan yang memperluas pemahaman tentang sejarah dan nilai-nilai kepahlawanan.

Contoh tulisan tentang Hari Pahlawan dapat berkaitan dengan latar belakang Hari Pahlawan, tokoh yang terlibat dalam peristiwa 10 November, serta makna Hari Pahlawan.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai Hari Pahlawan, simak sejarah singkat Hari Pahlawan 10 November berikut.

Sejarah dan Latar Belakang Hari Pahlawan

Sejarah Hari Pahlawan di Indonesia berakar pada pertempuran bersejarah di Surabaya pada 10 November 1945. Kala itu, rakyat Indonesia bersitegang dengan pasukan Sekutu dan Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa bersejarah di Surabaya pun menjadi simbol perlawanan dan perjuangan keras rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Pertempuran Surabaya merupakan konflik terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pasukan Sekutu Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), yang terdiri dari pasukan Inggris, Belanda, dan Palang Merah Internasional, datang ke Indonesia. Dalih kedatangan pasukan Sekutu pada 25 Oktober 1945 adalah melucuti senjata pasukan Jepang setelah kekalahan mereka dalam Perang Asia Timur Raya.

Akan tetapi, kehadiran pasukan memicu ketegangan di Surabaya, yang sebenarnya sudah memanas sejak insiden di Hotel Yamato pada 19 September 1945. Pada 27-29 Oktober 1945, perang pertama terjadi antara para pemuda Surabaya dan pasukan Sekutu. Pertempuran tersebut berujung pada kematian Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, pemimpin pasukan Inggris di Jawa Timur.

Kematian Mallaby lantas memicu kemarahan pihak Inggris. Pasukan Inggris, di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum pada 9 November 1945. Mereka menuntut penyerahan senjata dan menandatangani pernyataan menyerah.

Namun, para pemimpin dan rakyat Surabaya menolak ultimatum dan bertekad mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lantas, pecahlah pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Pertempuran yang baru berakhir pada 2 Desember 1945 tersebut memakan puluhan ribu korban jiwa, baik dari pihak Indonesia maupun Sekutu, serta mengakibatkan kerusakan besar di Kota Surabaya.

Jumlah korban dari pihak Indonesia lebih besar karena pasukan Sekutu lebih unggul dari segi persenjataan. Namun, dalam pertempuran Surabaya, pihak Sekutu juga tak menganggap pasukan Indonesia sebagai lawan yang enteng.

Rakyat Surabaya sempat unggul dalam pertempuran hari pertama 10 November 1945 yang mengakibatkan salah satu petinggi Sekutu tewas, menyusul Mallaby. Bahkan setelah rakyat Surabaya dipukul mundur ke luar wilayah Surabaya, para pejuang tetap melakukan gerilya masuk kota untuk melawan pasukan Sekutu.

Sejak 1946, 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, untuk menghormati perjuangan mereka yang gugur dalam pertempuran Surabaya. Hari Pahlawan 10 November tercatat bukan hanya milik tentara, tetapi juga rakyat Indonesia yang berjuang mempertahankan kemerdekaan, menunjukkan semangat perjuangan dan kegigihan dalam menghadapi penjajah.

Tokoh-Tokoh Pertempuran Surabaya

Peristiwa 10 november secara singkat melibatkan sejumlah tokoh, baik dari kalangan militer maupun pemuda Surabaya. Berikut ini para tokoh pertempuran Surabaya beserta perannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

1. Bung Tomo (Sutomo)

Bung Tomo merupakan sosok yang menyemangati para pejuang dalam Pertempuran Surabaya yang terkenal. Ia menggelorakan semangat perjuangan rakyat Surabaya melalui orasinya di Radio Pemberontakan. Pejuang bernama asli Sutomo tersebut juga berperan mendirikan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) sebagai respons terhadap kedatangan Sekutu.

2. KH Hasyim Asy'ari

KH Hasyim Asy'ari memainkan peran penting dengan mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Isi Resolusi Jihad itu adalah fatwa agar para santri dan pejuang bangsa terus berjuang menghadapi Sekutu di Indonesia. Atas perannya tersebut, 22 Oktober rutin diperingati sebagai Hari Santri.

3. Sungkono

Sungkono merupakan seorang tokoh militer yang memimpin pasukan di Kota Surabaya selama Pertempuran 10 November. Meskipun pasukannya memiliki keterbatasan persenjataan, ia berhasil menahan pasukan Sekutu selama beberapa minggu.

4. Doel Arnowo

Doel Arnowo adalah ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Karesidenan Surabaya. Ia berperan dalam perundingan antara pemerintah RI dan pihak Sekutu, yang akhirnya menghasilkan gencatan senjata sebelum pecahnya Pertempuran Surabaya.

5. Gubernur Soerjo (Raden Soerjo)

Gubernur Soerjo merupakan gubernur pertama Surabaya dan bertugas mengambil keputusan penting terkait keselamatan Kota Surabaya. Dia menolak ultimatum dari pihak Sekutu dan mengajak rakyat Surabaya untuk melawan mereka.

6. K'Tut Tantri (Muriel Stuart Walker)

Seorang warga negara Amerika Serikat, K'Tut Tantri, bergabung dengan pejuang RI dan menulis kolom serta berita yang mendukung perjuangan rakyat Indonesia melawan Sekutu. Dukungannya pada pejuang Indonesia juga disiarkan melalui Radio Pemberontak Surabaya milik BPRI.

7. Soemarsono

Soemarsono mengusulkan peringatan 10 November sebagai Hari Pahlawan dalam rapat Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia (BKPRI) pada 4 Oktober 1946. Usulannya kemudian diakui dan diresmikan oleh Soekarno, tepat setahun setelah Pertempuran Surabaya, yakni pada 10 November 1946.

8. Mohammad Mangoendiprodjo

Mohammad Mangoendiprodjo adalah bendahara Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan anggota Kontak Biro. Dia berperan dalam upaya pencegahan penembakan massal di Gedung Internatio oleh pasukan Sekutu.

9. Abdul Wahab Saleh

Abdul Wahab Saleh adalah seorang fotografer yang bekerja di Kantor Berita Indonesia KBI, cikal bakal Antara. Dia berperan dalam mendokumentasikan peristiwa penting selama Pertempuran Surabaya, termasuk perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato.

10. Soegiarto

Seorang pemain sepak bola bernama Soegiarto adalah bagian dari pasukan perjuangan dan turut memperkuat pertahanan Surabaya pada 10 November 1945.

Makna Hari Pahlawan bagi Bangsa Indonesia

Hari Pahlawan bagi Bangsa Indonesia memiliki makna yang mendalam dan penting. Peringatan ini menjadi penghormatan kepada para pahlawan yang telah berjuang dan mengorbankan nyawa demi kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.

Makna Hari Pahlawan bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi juga momentum untuk mengingat perjuangan, semangat patriotik, dan pengabdian yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia. Hari Pahlawan adalah pengingat bagi masyarakat akan nilai-nilai keberanian, keadilan, patriotisme, dan semangat juang untuk mempertahankan kemerdekaan.

Melalui peringatan Hari Pahlawan 10 November, diharapkan generasi sekarang dan yang akan datang bisa mengambil inspirasi dari perjuangan pahlawan masa lalu untuk membangun dan menjaga persatuan, keadilan, dan kebebasan di Indonesia.

Setiap tahun, peringatan Hari Pahlawan juga menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu dalam menghormati jasa para pahlawan. Selain itu, peringatan ini juga sebagai pengingat untuk meneruskan semangat perjuangan pahlawan dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa.

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin