Menuju konten utama

12 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi

Kebiasaan memarahi anak dapat menyebabkan gangguan mental pada anak dan perilaku ke depannya. Simak cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi.

12 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi
Ilustrasi orang tua marah ke anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Memarahi anak sering dianggap sebagai sesuatu yang wajar, tapi tentunya akan menimbulkan dampak buruk jika hal ini terlalu sering dilakukan. Oleh karena itu, orang tua perlu mengetahui cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi sebelum semuanya terlambat.

Memarahi anak termasuk salah satu cara untuk mendisiplinkan anak-anak asalkan dilakukan dengan cara yang benar, misalnya hanya dilakukan ketika anak memang berbuat kesalahan, tidak membentak, serta tidak melibatkan kekerasan fisik maupun verbal.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa terkadang orang tua pun sering kelepasan dan kerap memarahi anak. Bahkan, banyak juga orang tua yang justru melampiaskan emosinya kepada anak, padahal mereka tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Sering marah, terutama dengan sikap yang kasar dan meledak-ledak, bisa membuat anak trauma. Sebagai orang tua, Anda tidak boleh membiarkan hal ini berlangsung terus-menerus dan harus secepatnya mengubah pola asuh sekaligus memperbaiki mental anak.

Akibat Sering Memarahi Anak

Sebelum mengetahui cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi, orang tua wajib tahu tentang dampak apa saja yang terjadi jika anak kerap menjadi target pelampiasan emosi orang tuanya.

Sering memarahi anak akan berdampak negatif pada kesehatan mentalnya. Ironisnya, luka pada mentalnya ini bisa merembet pada perilaku dan kepribadiannya, bahkan dapat memengaruhi kehidupan anak di masa depan.

Berikut beberapa dampak dari sering memarahi anak:

1. Anak Mengalami Kecemasan dan Stres

Mental anak yang sering dimarahi akan terganggu sehingga anak bisa mengalami kecemasan, takut, dan stres. Anak yang dimarahi hanya sesekali biasanya akan sadar bahwa ia memang berbuat salah sehingga wajar saja jika orang tuanya sampai marah.

Hal ini berbeda ketika anak terlalu sering dimarahi, bahkan ketika ia tidak melakukan kesalahan sekalipun. Anak akhirnya akan selalu cemas dan takut berbuat sesuatu yang dianggap salah oleh orang tuanya. Akibatnya, anak bisa mengalami kecemasan, merasa tidak aman di rumah, serba salah, dan akhirnya mengalami stres.

2. Anak Kurang Percaya Diri

Anak yang sering dimarahi biasanya akan tumbuh menjadi anak yang merasa tidak percaya diri. Sering dimarahi orang tua membuat dirinya merasa tak berharga sehingga mereka pun mulai meragukan kemampuan dirinya sendiri.

Ketika anak mulai merasa tidak mampu, mereka akan sulit melakukan atau memulai sesuatu. Anak akan takut mengambil risiko dan lebih sering memilih diam atau mengikuti arus untuk ‘cari aman’.

3. Anak Tidak Bisa Mengelola Emosi

Salah satu efek anak sering dimarahi adalah perkembangan emosinya bisa terganggu. Anak akan mencontoh orang tuanya dalam berbagai hal, termasuk sikap dan perilakunya.

Ketika orang tua sering marah, maka anak akan menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar. Anak pun akan kesulitan mengelola emosinya dan lebih mudah marah saat menghadapi hal yang membuatnya frustasi.

4. Anak Mengalami Masalah Perilaku dan Sosial

Dengan perkembangan emosi yang terganggu, maka anak juga akan mengalami masalah perilaku. Anak yang sering dimarahi biasanya bisa menjadi anak yang agresif, suka memberontak, sering membangkang, atau justru melakukan hal yang dilarang secara diam-diam.

Masalah ini bisa merembet pada kehidupan sosialnya kelak. Anak bisa jadi pendiam dan tertutup sehingga kesulitan untuk berinteraksi sosial, bisa juga anak akan memiliki pribadi yang suka marah sehingga kurang disukai dalam lingkungan pergaulannya.

5. Rusaknya Hubungan Anak dan Orang Tua

Salah satu dampak anak sering dimarahi yang sangat disayangkan adalah rusaknya hubungan antara orang tua dan anak. Anak yang sering dimarahi berarti kurang kasih kasang dan anak akan merasa tidak dicintai. Hal yang lebih parah adalah anak bisa menganggap orang tua sebagai musuh dan timbul rasa benci.

6. Anak Berpotensi Memiliki Perilaku Bullying

Memiliki perilaku sebagai pem-bully juga bisa jadi salah satu akibat anak sering dimarahi. Anak yang sering dimarahi merasa tidak berdaya di hadapan orang tuanya sehingga melampiaskan emosinya pada orang lain yang ia anggap lebih lemah.

Anak yang sering dimarahi cenderung tidak punya empati, merasa tidak berharga, dan kurang percaya diri. Untuk menutupi kekurangannya, maka ia akan melakukan bullying pada orang lain untuk membuktikan superioritasnya.

Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi

Mengingat dampaknya yang sangat buruk, maka orang tua harus pintar-pintar dalam mengelola emosinya dan sebisa mungkin menahan diri untuk tidak mudah marah. Namun, jika Anda terlanjur sering memarahi anak, Anda masih punya kesempatan untuk memperbaikinya.

Berikut cara mengembalikan mental anak yang sering dimarahi:

1. Meminta Maaf pada Anak

Cara pertama yang harus dilakukan adalah menurunkan ego dan jangan segan untuk meminta maaf pada anak. Hal ini menjadi penting karena akan menunjukkan kepada anak bahwa orang tua pun bisa melakukan kesalahan.

Cara ini juga secara tidak langsung mengajarkan kepada anak bahwa meminta maaf adalah hal yang dilakukan saat berbuat salah dan minta maaf adalah bagian penting untuk membina hubungan yang sehat. Di sisi lain, orang tua yang minta maaf akan membuat anak merasa dihargai dan ‘dimanusiakan’.

2. Beri Perhatian dan Kasih Sayang

Anak yang sering dimarahi biasanya merasa kurang dicintai. Untuk mengobati lukanya, tunjukkan pada anak-anak bahwa mereka adalah hal yang sangat berharga bagi Anda.

Caranya tentu saja dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang mereka butuhkan. Anda bisa mengajak mereka bermain, mengobrol, mendengarkan cerita mereka, dan selalu membersamai anak di setiap kesempatan.

Jangan sungkan untuk menunjukkan kasih sayang lewat ucapan dan kontak fisik seperti pelukan dan ciuman. Semakin intens Anda menunjukkan kasih sayang, anak akan merasa bahwa keberadaan mereka memang berharga.

Cara yang satu ini juga bisa membangun lingkungan yang nyaman bagi anak. Anak pun akan merasa aman di rumahnya sendiri dan tidak akan merasa takut atau cemas.

3. Bangun Komunikasi yang Baik dengan Anak

Anak yang sering dimarahi bisa menjadi akan yang tertutup dan malas berbicara dengan orang tua. Maka, salah satu cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi adalah berusaha membangun komunikasi positif dan terbuka.

Ajaklah anak mengobrol tentang hal-hal yang mereka sukai. Saat anak mulai bercerita, jadilah pendengar yang baik tanpa menghakimi. Beri kesempatan pada anak-anak untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran tanpa perlu takut dimarahi.

Bahkan, ketika anak menceritakan sesuatu yang sebenarnya adalah kesalahan, hindari meresponnya dengan kemarahan. Anda bisa bertanya apa yang menyebabkan mereka melakukan ini dan itu, lalu tunjukkan empati, dan beri tahu mereka mana yang baik dan yang salah.

4. Beri Dukungan Emosional

Tak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian orang tua yang kesal dan memarahi anaknya ketika menangis. Padahal, menangis tidak sepenuhnya buruk dan hal itu adalah cara anak untuk melampiaskan emosinya.

Biarkan anak berekspresi tanpa rasa takut. Jika anak ingin menangis, biarkan saja selama anak tidak melakukan hal-hal yang berbahaya. Anda bisa melakukan pendekatan ketika emosinya mulai mereda dan menanyakan apa yang membuatnya menangis.

Hal ini juga berlaku ketika anak merasakan emosi lain, misalnya senang atau marah. Alih-alih memarahinya, Anda bisa berempati, memberikan validasi atas emosi yang anak rasakan, lalu secara perlahan-lahan bertanya apa yang membuat mereka merasakan emosi tersebut.

5. Selalu Luangkan Waktu untuk Anak

Kehadiran orang tua adalah hal yang sangat penting bagi anak. Bahkan, anak kecil sebenarnya tidak butuh banyak mainan asalkan orang tua mereka bisa bermain bersamanya.

Karena itulah usahakan untuk selalu meluangkan waktu untuk anak. Jika Anda orang tua yang bekerja, setidaknya berikan perhatian penuh kepada anak saat akhir pekan. Cara yang satu ini akan membuat anak merasa diperhatikan dan dicintai sehingga ikatan orang tua dan anak akan semakin kuat.

6. Tetap Tegas dan Disiplinkan Anak

Meski Anda berada dalam tahap memperbaiki mental anak, bukan berarti Anda tidak boleh marah ketika anak melakukan kesalahan. Saat anak berbuat salah, Anda tetap bisa memarahi mereka, tapi hindari menggunakan nada tinggi/membentak, berkata kasar, atau melakukan kekerasan fisik.

Memarahi anak bisa dengan nada suara yang berubah serius atau lebih tegas. Setelah memarahi anak dan menjelaskan letak kesalahannya, Anda bisa memeluk mereka sebagai pengingat bahwa Anda tetap menyayangi mereka.

Di saat inilah Anda bisa menjelaskan kenapa Anda memarahi mereka. Beri tahu anak bahwa kemarahan bukan tanda benci atau sesuatu yang negatif, tapi marah juga menjadi cara Anda menyayangi mereka untuk menuntun mereka ke jalan yang seharusnya.

7. Dukung Anak dalam Kegiatan Positif

Setiap anak pasti memiliki hal yang digemari atau hobi, misalnya membaca buku, menggambar, olahraga, dan lain sebagainya. Saat anak terlibat dalam kegiatan yang positif, pastikan Anda menjadi garda terdepan yang akan selalu memberikan dukungan.

Anak mungkin akan merasa kurang percaya diri dan ragu dengan kemampuannya. Di saat inilah Anda bisa memberikan motivasi dan mendorong mereka untuk lebih berani mengambil langkah. Bahkan, yakinkan mereka bahwa gagal pun bukan menjadi masalah besar asalkan mereka mau belajar dari kesalahan.

8. Jangan Lupa Memuji Anak

Menerapkan pola asuh dengan pendekatan yang positif juga termasuk cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi. Ketika mereka melakukan hal yang baik atau meraih pencapaian tertentu, berikan pujian yang tulus.

Anda juga boleh memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi. Hal ini tak hanya membuat anak merasa dicintai, tapi juga bisa menumbuhkan rasa percaya diri mereka yang sempat hilang.

9. Beri Anak Kesempatan untuk Membuat Keputusan

Anak yang sering dimarahi biasanya kurang percaya diri sehingga sulit membuat keputusan. Jika Anda ingin memperbaikinya, beri anak kesempatan untuk memutuskan sesuatu, bahkan untuk hal-hal yang sederhana.

Misalnya Anda sekeluarga hendak berlibur, beri pilihan pada anak dan biarkan mereka yang menentukan tujuan. Ketika anak sudah memilih, pastikan Anda mendukung penuh keputusannya sehingga anak akan merasa dihargai.

10. Ajarkan Anak Mengelola Emosi

Anak bisa menjadi sangat emosional atau jadi lebih mudah marah ketika sering dimarahi di rumah. Anda pun wajib mengajarkan anak agar terampil mengelola emosinya sendiri.

Selain memvalidasi perasaan mereka, ajarkan anak untuk meninggalkan sejenak masalah yang membuat mereka marah. Hal ini untuk memberi ruang atau jeda waktu agar anak bisa menenangkan diri.

Selain itu, Anda juga bisa mengajari anak untuk mengatur napas, misalnya menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, atau mengarahkan mereka untuk selalu membicarakan masalah kepada orang tua atau orang yang mereka percaya.

11. Orang Tua Juga Harus Mengelola Emosi

Hal penting lain yang tak boleh terlewat adalah Anda sebagai orang tua jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama, yaitu memarahi anak secara berlebihan.

Tak hanya anak, orang tua pun harus bisa menahan dan mengendalikan emosi. Jika Anda berhasil, maka Anda akan menjadi contoh yang baik untuk anak-anak sehingga mereka akan lebih mudah mengelola emosi mereka sendiri.

12. Cari Bantuan Profesional

Apabila Anda merasa kesulitan untuk membantu anak pulih dari rasa traumanya atau susah memperbaiki mental anak sendirian, coba pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog anak. Seorang psikolog tentunya akan lebih mudah mengidentifikasi dan menemukan sumber masalah sehingga bisa memberikan penanganan yang tepat.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN ANAK DAN ORANG TUA atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno