tirto.id - Daftar dalil tentang memuliakan ibu dalam Islam di antaranya Surah Maryam ayat 32, Surah Al-Luqman ayat 14-15, Surah An-Nur ayat 61, Surah Al-Qasas ayat 9-13, Surah Ali-Imran ayat 35-36, hingga Surah Al-Ahqaf ayat 15.
Masyarakat Indonesia akan kembali memperingati Hari Ibu pada 22 Desember 2022 mendatang. Hari tersebut merupakan peringatan tahun di Indonesia sejak ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 pada 16 Desember 1959.
Ibu adalah sosok yang telah mengandung anak-anaknya selama kurang lebih 9 bulan. Seorang ibu mengandung anaknya dengan kepayahan.
Tidak hanya itu, setelah lahir mereka mendidik anak-anaknya hingga tumbuh dewasa menjadi seseorang yang bernilai.
Oleh sebab itu, Islam melihat peran ibu begitu mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Miqdam bin Ma’di Yakrib Ra, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah berwasiat 3x kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat,” (HR. Ibnu Majah).
Seorang muslim sudah seharusnya patuh dan membahagiakan seorang ibu. Tanpa jerih payah ibu, seseorang belum tentu dapat tubuh dan menjadi pihak yang berguna.
Di sisi lain, rida Allah bersama rida kedua orang tua, dalam hal ini ada kerelaan hati seorang ibu.
Hal ini sebagaimana bunyi sebuah hadis, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda berikut:
“Riḍa Allah terletak pada riḍa orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua,” (HR. Baihaqi).
Daftar Dalil Tentang Memuliakan Ibu dalam Islam
Terdapat banyak dalil dalam Al-Qur’an yang mengajarkan memuliakan ibu. Hal ini menunjukan betapa mulianya seorang ibu.
Berikut ini beberapa dalil tentang memuliakan ibu dalam Islam:
1. Surah Maryam Ayat 32
وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا ٣٢
Artinya: “Dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka,” (QS. Maryam [19: 32).
2. Surah Al-Luqman Ayat 14-15
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ ١٤ وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ١٥
Artinya: “Kami mewasiatkan kepada manusia [agar berbuat baik] kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. [Wasiat Kami,] ‘Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.’ Hanya kepada-Ku [kamu] kembali. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, [tetapi] pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan,” (QS. Al-Luqman [31]: 14-15).
3. Surah An-Nur Ayat 61
لَيْسَ عَلَى الْاَعْمٰى حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْاَعْرَجِ حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْمَرِيْضِ حَرَجٌ وَّلَا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَنْ تَأْكُلُوْا مِنْۢ بُيُوْتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اٰبَاۤىِٕكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اُمَّهٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اِخْوَانِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخَوٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَعْمَامِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ عَمّٰتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اَخْوَالِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ خٰلٰتِكُمْ اَوْ مَا مَلَكْتُمْ مَّفَاتِحَهٗٓ اَوْ صَدِيْقِكُمْۗ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَأْكُلُوْا جَمِيْعًا اَوْ اَشْتَاتًاۗ فَاِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ࣖ ٦١
Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, orang pincang, orang sakit, dan dirimu untuk makan [bersama-sama mereka] di rumahmu, di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, [di rumah] yang kamu miliki kuncinya, atau [di rumah] kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagimu untuk makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah itu, hendaklah kamu memberi salam [kepada penghuninya, yang berarti memberi salam] kepada dirimu sendiri dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat[-Nya] kepadamu agar kamu mengerti,”(QS. An-Nur [24]: 61).
4. Surah Al-Qasas Ayat 9-13
وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ٩ وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ١٠ وَقَالَتْ لِاُخْتِهٖ قُصِّيْهِۗ فَبَصُرَتْ بِهٖ عَنْ جُنُبٍ وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۙ ١١ ۞ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰٓى اَهْلِ بَيْتٍ يَّكْفُلُوْنَهٗ لَكُمْ وَهُمْ لَهٗ نٰصِحُوْنَ ١٢ فَرَدَدْنٰهُ اِلٰٓى اُمِّهٖ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ ١٣
Artinya: “Istri Firʻaun berkata [kepadanya], ‘[Anak ini] adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.’ Mereka tidak menyadari [bahwa anak itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka]. Hati ibu Musa menjadi hampa. Sungguh, hampir saja dia mengungkapkan [bahwa bayi itu adalah anaknya], seandainya Kami tidak meneguhkan hatinya agar dia termasuk orang-orang yang beriman [kepada janji Allah].
Dia [ibu Musa] berkata kepada saudara perempuan Musa, ‘Ikutilah jejaknya.’ Kemudian, dia melihatnya dari kejauhan, sedangkan mereka [pengikut Firʻaun] tidak menyadarinya. Kami mencegahnya [Musa] menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui[-nya] sebelum [kembali ke pangkuan ibunya].
Berkatalah dia [saudara perempuan Musa], ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?’ Lalu, Kami mengembalikan dia [Musa] kepada ibunya agar senang hatinya serta tidak bersedih, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya,” (QS. Al-Qasas [28]: 9-13).
5. Surah Ali-Imran Ayat 35-36
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ٣٥ فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ ٣٦
Artinya: “[Ingatlah] ketika istri Imran berkata, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untukMu [berkhidmat di Baitulmaqdis]. Maka, terimalah [nazar itu] dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’
Ketika melahirkannya, dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.’ Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia [istri Imran] lahirkan. ‘Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk,’” (QS. Ali-Imran [3]: 35-36).
6. Surah Al-Ahqaf Ayat 15.
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ١٥
Artinya: “Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah [pula]. Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia [anak itu] berkata, ‘Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim,’”(QS. Al-Ahqaf [46]: 15).
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno