Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Daftar Dalil Al-Quran dan Hadits Bahwa Allah Tak Bertempat

Ada daftar dalil Al-Qur’an dan hadis tentang Allah tidak bertempat. Umat Islam harus tahu karena penting untuk akidah keimanan. Simak selengkapnya di sini.

Daftar Dalil Al-Quran dan Hadits Bahwa Allah Tak Bertempat
Ilustrasi lafal Allah. Ada dalil Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan Allah tidak bertempat. Umat Islam harus tahu ini karena penting untuk akidah keimanan. foto/istockphoto

tirto.id - Ada daftar dalil Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan Allah tidak bertempat. Umat Islam harus tahu ini karena penting untuk menguatkan keimanan kepada Allah.

Salah satu akidah yang diyakini mayoritas umat Islam dalam konsep ketuhanan adalah Allah tidak bertempat. Zat Allah Swt. tidak memerlukan ruang tertentu atau bergantung pada sesuatu lain.

Mustahil bagi Allah Swt. menempati ruang tertentu di alam semesta yang telah diciptakanNya. Berbeda dengan makhluk yang membutuhkan tempat untuk bernaung.

Dalil Al-Quran & Hadits Bahwa Allah Tak Bertempat

Dalam memahami perkara ketuhanan, diperlukan landasan berpikir yang berasal dari dalil naqli maupun dalil aqli.

Pertama, dalil naqli merupakan dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Kedua, dalil aqli adalah dalil dalam bentuk rasionalisasi dari dalil-dalil naqli.

Dalil naqli dan dalil aqli bagaikan dua sisi mata uang koin yang saling melengkapi satu sama lain.

Berikut ini uraian dalil-dalil dan argumen bahwa Allah SWT tidak bertempat:

1. Surah Al-Hadid Ayat 3

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ

Artinya:

"Dialah Yang Maha Awal, Maha Akhir, Maha Zahir, dan Maha Batin," (QS. Al-Hadid [57]: 3).

Ayat di atas adalah dalil bahwa Allah itu ada tanpa bertempat di mana pun hingga selamanya. Hal ini senada dengan tafsir Rasulullah Saw. terhadap Surah Al-Hadid ayat 3 dalam hadis berikut:

"Ya Allah, Engkau adalah yang awal maka tidak ada sebelum-Mu sesuatu apa pun. dan Engkau adalah yang akhir maka tidak ada setelah-Mu sesuatu apa pun. Dan Engkau adalah Yang Nampak maka tidak ada di atas-Mu sesuatu apa pun dan engkau adalah Yang Tak Tampak maka tidak ada di bawah-Mu sesuatu apa pun," (HR. Muslim).

2. Surah Asy-Syura Ayat 11

لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡءࣱۖ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ

Artinya:

“Tiada satu pun yg sama dengan Allah. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS. Asy-Syura [42]: 11).

Ayat tersebut mengandung makna bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat menyerupai Allah SWT dalam segala hal.

Seluruh makhluk di dunia memerlukan ruang dan tempat. Allah SWT bukan makhluk, sehingga mustahil bagi Tuhan bertempat.

3. Surah Al-Ikhlas Ayat 2 dan Surah Ali-Imran Ayat 97

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ٢

Artinya:

"Allah yang Maha Dibutuhkan,” (QS. Al-Ikhlas [122]: 2).

فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ ٩٧ …

Artinya:

“…Sesungguhnya Allah Maha-tak butuh pada apa pun selain DiriNya,”(QS. Ali-Imran [3]: 97).

Surah Al-Ikhlas ayat 2 dan Surah Ali-Imran ayat 97 di atas menjelaskan bahwa segala sesuatu selain Allah (makhluk) membutuhkan Zat yang menciptakan, mengatur dan menentukan keberadaannya.

Dalam hal ini, Allah SWT yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur dan menentukan keberadaan seluruh makhluk di dunia.

Allah SWT sendiri tidak membutuhkan apapun dari makhluk yang diciptakan-Nya.

Oleh sebab itu, apabila dipahami Allah SWT bertempat pada suatu ruang, keberadaan tuhan tersebut berarti membutuhkan hal lain. Hal tersebut tentu rancu, karena Allah mustahil memiliki kebutuhan kepada apapun.

4. Hadits tentang Keberadaan Allah Swt.

كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ

Artinya:

“Allah sudah ada dan tak ada apa pun selain Dia,” (HR. Bukhari).

Al-Hafiz Abu Bakr Ahmad Ibn al-Husayn al-Baihaqi, seorang ulama mazhab Syafi’i asal Iran dalam kitab al-Asma’ Wa al-Sifat menjelaskan maksud hadits riwayat Imam Bukhari bahwa Allah SWT sudah wujud sebelum selain-Nya belum ada.

Allah SWT telah wujud dari zaman azali dengan tiada suatu apapun yang bersama kekekalanNya. Tiada suatu apapun seperti air, udara, bumi, langit, Arsy, Kursi, manusia, jin, malaikat, tempat dan lain-lain yang menyerupai-Nya.

Oleh sebab itu, Allah SWT wujud sebelum, yang menciptakan, dan tidak membutuhkan tempat serta tidak memerlukan ciptaan-Nya.

5. Hadits tentang Allah tidak bertempat

عَنْ وَكِيعِ بْنِ عُدُسٍ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي رَزِينٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ؟ قَالَ: «كَانَ فِي عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ، وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ، ثُمَّ خَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ

Artinya:

“Dari Waki’ bin Udus, dari pamannya yaitu Abu Razin, ia berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita Yang Maha Mulia sebelum menciptakan makhluknya?”. Rasulullah bersabda: “Allah berada di Ama’, di bawahnya tak ada udara dan di atasnya tak ada udara, kemudian Allah menciptakan ArsyNya di atas Air,” (HR. Ahmad).

Ama' dalam hadis di atas tidak merujuk kepada suatu tempat, melainkan kekosongan murni bagi ketiadaan materi. Hal ini dijelaskan Imam al-Hafidz Ali al-Qari dalam Mirqath al-Mafatih sebagai berikut:

“Sang Qadli berkata: Yang dimaksud dengan Ama’ adalah sesuatu yang tak bisa diterima oleh imajinasi dan tak bisa digapai oleh akal dan pemahaman. Nabi menunjukkan ketiadaan tempat dengan sesuatu yang tak bisa dimengerti dan diimajinasikan. Dan, juga menunjukkan ketiadaan sesuatu yang memuatnya atau udara yang melingkupinya. Istilah ini secara mutlak dimaksudkan pada suatu kekosongan murni [khala’] yang merupakan istilah bagi ketiadaan jism [materi]. [Hal ini] agar lebih mudah dimengerti oleh pendengar,” (Ali al-Qari, Mirqath al-Mafatih, IX, 3661).

6. Pendapat Imam Muhammad ibn Idris as-Syafi’i (Imam Syafi'i)

أنّ اللهَ تَعَالَى كَانَ وَلاَ مَكَانَ فَخَلَقَ الْمَكَانَ وَهُوَ عَلَى صِفَةِ الأزَلِيّةِ كَمَا كَانَ قَبْلَ خَلْقِهِ الْمَكَانَ لاَ يَجُوْزُ عَلَيْهِ التَّغَيُّرُ فِي ذَاتِهِ وَلاَ التَّبَدُّلُ فِي صِفَاتِهِ

Artinya:

“Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat, maka Dia [Allah] menciptakan tempat, sementara Dia [Allah] tetap atas sifat azali-Nya, sebagaimana Dia [Allah] ada sebelum Dia [Allah] menciptakan tempat, tidak boleh atas-Nya berubah pada dzat-Nya dan pada sifat-Nya.”

Maksud dari pernyataan Imam Syafi’i dalam kitab Ithaf As-Sadati Al-Muttaqin Jilid 2 tersebut adalah Allah SWT ada tanpa permulaan, disebut azali atau qadim, dan belum ada sesuatu apapun selain-Nya.

Kemudian Allah SWT menciptakan tempat, artinya bukan tempat-Nya, tetapi menciptakan makhluk-Nya.

Allah SWT bersifat tetap bersama sifat-sifat azaliNya, sebagaimana Allah ada sebelum adanya makhluk, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.

Begitu pula setelah diciptakannya makhluk, tidak berpengaruh terhadap kesempurnaan Allah SWT. Mustahil ada perubahan pada Zat dan sifat-sifat Allah SWT.

Baca juga artikel terkait DALIL AL-QURAN atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Syamsul Dwi Maarif