Menuju konten utama
10 Muharram 1445 H

Bolehkah Puasa Asyura di Hari Jumat, Hukum, dan Bacaan Doanya

Bolehkah puasa sunnah Asyura dilaksanakan pada hari Jumat 10 Muharram dan bagaimana hukum serta bacaan doanya?

Bolehkah Puasa Asyura di Hari Jumat, Hukum, dan Bacaan Doanya
Ilustrasi berdoa. foto/Istockphoto

tirto.id - Puasa Asyura merupakan salah satu amalan yang dapat ditunaikan pada 10 Muharram. Namun, terdapat hal menarik yang muncul pada 10 Muharram tahun 1445 H ini karena jatuh di hari Jumat tanggal 28 Juli 2023. Bolehkah puasa sunah Asyura dilaksanakan pada hari Jumat dan bagaimana hukum serta bacaan doanya?

Pelaksanaan puasa Asyura sendiri memiliki keutamaan yang luar biasa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam kitab Tanbiul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin, sebagai berikut:

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً

Artinya: “Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura (tanggal 10) Muharram, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada. Dan barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya.”

Hal ini kemudian menjadi dasar bagi umat Islam untuk menunaikan puasa di hari Asyura, demi meraih keutamaan yang disebutkan.

Di sisi lain, terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa berpuasa di hari Jumat tidak diperbolehkan dalam Islam. Lantas bolehkah umat Islam tetap melaksanakan puasa Asyura yang jatuh di hari Jumat?

Hukum Berpuasa di Hari Jumat dalam Islam

Terlebih dulu perlu dilihat apa sebab umat Islam pantang melaksanakan puasa pada hari Jumat. Terdapat larangan untuk melaksanakan puasa di hari Jumat yang tertuang dalam sabda Rasulullah yang berbunyi:

“Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jumat kecuali jika ia berpuasa pula pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari no. 1849 dan Muslim no. 1929)

Larangan ini juga disebutkan dalam hadis lain bahwa dilarang untuk mengkhususkan malam Jumat dengan shalat ataupun puasa tertentu di hari Jumat tanpa alasan. Rasulullah SAW bersabda:

“Jangan khususkan malam Jumat dengan shalat malam tertentu yang tidak dilakukan pada malam-malam lainnya. Janganlah pula khususkan hari Jumat dengan puasa tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya kecuali jika ada puasa yang dilakukan karena sebab ketika itu.” (HR. Muslim no. 1144)

Lantas bagaimana jika hari Asyura bertepatan dengan hari Jumat? Apakah tetap diperbolehkan menunaikan puasa atau tidak?

Hukum Puasa Asyura di Hari Jumat

Dikutip dari Muhammadiyah.or.id, berdasarkan metode istiqra ma'nawi, hal yang dilarang oleh Rasulullah adalah mengkhususkan hari Jumat untuk berpuasa tanpa alasan yang jelas. Maka, bisa dikatakan bahwa puasa Asyura dapat menjadi pengecualian.

Kesimpulannya, apabila puasa Asyura kebetulan jatuh pada hari Jumat, maka umat Islam tetap diperbolehkan untuk menunaikan ibadah puasa sunnah tersebut. Selain dianjurkan untuk berpuasa di hari Asyura, umat Islam juga dianjurkan untuk menunaikan puasa Tasua pada 9 Muharram.

Umat Islam dapat melaksanakan puasa Tasua pada 9 Muharram 1445 H atau yang bertepatan dengan hari Kamis tanggal 27 Juli 2023. Adapun anjuran menunaikan puasa Tasua disebutkan dalam hadis, yang artinya:

“Abdullah bin Abbas ra berkata saat Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.' Maka Rasulullah SAW bersabda: 'Pada tahun depan Insya Allah kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).' Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah SAW wafat" (HR. Muslim)

Meski demikian, masih terdapat perbedaan pendapat terkait kemakruhan puasa di hari Jumat. Hal ini tertuang dalam sebuah hadis:

الصحيح من مذهبنا وبه قطع الجمهور كراهة صوم الجمعة منفردا، وفي وجه أنه لا يكره إلا لمن لو صامه منعه من العبادة وأضعفه

Artinya: “Pendapat yang paling shahih menurut mazhab kami dan ini termasuk pendapat jumhur ulama bahwa puasa hari Jumat makruh kalau tidak puasa sebelum dan sesudahnya. Sebagian pendapat mengatakan tidak makruh kecuali bagi orang yang terhalang ibadahnya lantaran puasa dan tubuhnya lemah.”

Bacaan Doa Malam 10 Muharram

Puasa Asyura adalah salah satu amalan yang dapat dilakukan pada 10 Muharram untuk meraih keutamaan di bulan pembuka tahun kamariah. Tanggal 10 Muharram merupakan momentum bagi seluruh umat Islam merayakan rasa syukur atas nikmat Allah melalui amalan saleh.

Banyak keutamaan dan pahala yang dapat diraih pada tanggal 10 Muharram atau hari Asyura. Terdapat bacaan doa malam menjelang 10 Muharram yang dapat dilafalkan pada malam yang penuh kemuliaan tersebut.

Berikut adalah contoh doa pada malam 10 Muharram sebagaimana dikutip dari laman NU Online, beserta latin dan terjemahannya:

سُبْحَانَ الله ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش وَالْحَمْد لله ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش وَالله أكبر ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش لَا ملْجأ وَلَا منجا من الله إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ الله عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا وَالْحَمْد لله عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا وَالله أكبر عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا أَسأَلك السَّلامَة بِرَحْمَتك يَا أرْحم الرَّاحِمِينَ وَلَا حول وَلَا قُوَّة إِلَّا بِاللَّه الْعلي الْعَظِيم وَصلى الله على سيدنَا مُحَمَّد وعَلى آله وَصَحبه أَجْمَعِينَ وَالْحَمْد لله رب الْعَالمين

Subhanallah mil’al mizan wa muntahal ilmi wa mablagho ridho wa zinatal arsyi walhamdu lillah mil’al mizan wa muntahal ilmi wa mablaghor ridlo wa zinatal arsyi wallahu akbar mil’al mizan wa muntahal ilmi wa mablaghor ridlo wa zinatal arsyi la malja’a wa la manja’a minallah illa ilaihi, subhanallahi ‘adadassyaf’i wal watri wa ‘adada kalimatillahi at-taammati kulliha walhamdu lillaj ‘adadasyyaf’i wal watri wa ‘adada kalimatillahi at-taammati kulliha wallahu akbar ‘adadassyaf’i wal watri wa ‘adada kalimatillah attaammati kulliha, as’alukas salamata birahmatika ya arhamarrahimin, wala haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim wa shallallahu ala sayyidina Muhammadin wa ala alihi wa shohbihi ajma’in walhamdu lillah rabbil alamin.

Artinya: “Maha suci Allah dengan (suci) memenuhi timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya Arsy. Dan segala puji bagi Allah dengan (pujian) memenuhi timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya Arsy. Dan Maha besar Allah dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya Arsy. Tidak ada perlindungan dan tidak ada keselamatan dari Allah kecuali berlindung kepadaNya. Maha suci Allah dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Allah yang semuanya sempurna. Dan segala puji bagi Allah dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Allah yang semuanya sempurna. Aku memohon keselamatan kepadaMu dengan rahmatMu, wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah yang maha tinggi dan agung. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat, segala puji hanya milik Allah penguasa alam semesta.”

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Aisyah Yuri Oktavania

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Aisyah Yuri Oktavania
Penulis: Aisyah Yuri Oktavania
Editor: Iswara N Raditya