Menuju konten utama

Hadits Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram dan Keutamaannya

Hadits puasa Tasua dan Asyura mengungkapkan tentang keutamaan puasa sunnah di bulan Muharram. Berikut selengkapnya.

Hadits Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram dan Keutamaannya
Ilustrasi Buka Puasa Bersama. foto/istockphoto

tirto.id - Hadits puasa Tasua dan Asyura mengungkapkan tentang keutamaan puasa sunnah di bulan Muharram.

Muharam menjadi salah satu bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa sunnah. Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bahkan lebih sering berpuasa di bulan ini. Kebiasaan beliau ini disampaikan dalam hadis berikut:

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau banyak puasa dalam sebulan selain pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim no. 1156)

Ada beragam jenis puasa sunnah yang dapat dilakukan umat Islam di saat Muharam. Contohnya yaitu puasa Senin dan Kamis, puasa ayamul bidh, hingga puasa Daud. Ada pun puasa yang secara khusus ada di Muharam adalah puasa Tasua dan Asyura.

Hadits Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram dan Keutamaan

Puasa Tasua dan Asyura dilakukan berdampingan. Puasa Tasua dikerjakan pada 9 Muharam dan puasa Asyura di 10 Muharam. Keduanya memiliki status sebagai puasa sunnah.

Keutamaan kedua puasa tersebut lebih ditekankan pada puasa Asyura. Penjelasan keutamaan puasa Asyura ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadis dar Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu,

"Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas," (HR Muslim).

Selain itu, dari hadis yang diriwayatkan Abu Daud dari Abu Qatadah pula, Rasulullah bersabda, "Puasa di hari Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu."

Di sisi lain, puasa Tasua adalah puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk menyelisihi ibadah yang dilakukan orang Yahudi. Dahulu diceritakan, Rasulullah telah tiba di Madinah dan mengetahui orang Yahudi turut berpuasa saat hari Asyura. Beliau lalu bertanya tentang ibadah tersebut:

"Hari apa yang kalian puasakan ini? Mereka menjawab:'Ini adalah hari yang agung, yang mana Allah memenangkan Nabi Musa dan kaumnya dan menenggelamkan Firaun dan kaumnya. Dan Nabi Musa berpuasa pada hari itu karena bersyukur. Maka kami pun berpuasa'. Rasulullah berkata: 'Aku lebih berhak dan layak terhadap Nabi Musa dari kalian'. Kemudian Rasulullah berpuasa dan memerintahkan untuk puasa Asyura. (Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, bab Shaumu Yaumi ‘Asyura, nomor 1130)

Selanjutnya, Rasulullah turut menganjurkan umat Islam berpuasa Tasua. Anjuran ini agar puasa yang dilakukan tidak serupa dengan puasa yang dilakukan orang Yahudi.

“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” (HR. Muslim no. 1134)

Anjuran tersebut belum sempat dilakukan Rasulullah karena beliau telah wafat terlebih dahulu. Kendati demikian, anjuran berpuasa pada 9 dan 10 Muharam tetap berlaku menurut Imam Syafi'i dan ulama Syafi'iyah, Imam Ahmad, dan lainnya. Menurut ulama Hambali tidak makruh jika seorang muslim mau berpuasa di 10 Muharam saja, meski ulama Hanafiyah menganggapnya makruh. Wallahu a'lam.

Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura

Bacaan niat puasa Tasua dan Asyura dapat dilafalkan secara lisan atau cukup meniatkannya dalam hati. Apabila berkeinginan melisankannya, lafal yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Bacaan niat puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatit Tasu‘a lillahi ta‘ala"

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Tasua esok hari karena Allah SWT."

Jika puasa sunnah tersebut diucapkan pada pagi hari setelah terbt fajar, bacaan niatnya seperti berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnatit Tasu‘a lillahi ta‘ala"

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Tasu’a pada hari ini karena Allah SWT"

Baca selengkapnya di artikel "Kapan Puasa Tasua 2022: Niat, Keutamaan, dan Tata Caranya", https://tirto.id/gum7

2. Bacaan niat puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati asyura lillahi ta‘ala."

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT."

Apabila niat tersebut diucapkan usai terbitnya fajar, bacaan lafalnya seperti berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati asyura lillahi ta‘ala."

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Asyura pada hari ini karena Allah SWT."

Baca juga artikel terkait 10 MUHARRAM atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani