Menuju konten utama

Resep Bubur Asyura yang Enak untuk 10 Muharram dan Apa Maknanya?

Apa makna bubur Asyura 10 Muharram dan bagaimana resep serta cara membuat bubur Asyura?

Resep Bubur Asyura yang Enak untuk 10 Muharram dan Apa Maknanya?
Warga bergotong-royong membuat bubur asyura di depan Masjid Al Madinatul Mubaraqah Sampit, Selasa (10/9/2019). (ANTARA/HO/Dokumentasi Pribadi)

tirto.id - Salah satu tradisi umat Islam di Indonesia saat memasuki bulan Muharram adalah membuat bubur Asyura. Bubur ini rupanya bukan sekadar makanan yang lezat dan mengenyangkan, tapi ada sejarah dan makna yang tersirat di dalamnya.

Seperti yang diketahui, bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan mulia selain Zulkaidah, Zulhijah, dan Rajab. Sementara bagi masyarakat Jawa, Muharram juga kerap disebut dengan Bulan Suro yang namanya mengacu pada hari penting di bulan ini, yaitu hari Asyura atau hari kesepuluh Muharram.

Hari Asyura sendiri merupakan hari yang istimewa karena memiliki banyak keutamaan. Di hari inilah umat Islam disunahkan untuk berpuasa karena dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Selain itu, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak ibadah agar mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Keistimewaan inilah yang membuat umat Islam berbahagia menyambut hari Asyura, salah satunya dengan cara memasak bubur Asyura atau yang juga disebut dengan bubur Suro di Jawa. Bubur Asyura merupakan bubur yang terbuat dari beras dan biasanya disajikan bersama makanan pendamping lain seperti opor ayam.

Resep Bubur Asyura yang Enak dan Sehat

Berikut resep dan cara membuat bubur Asyura berdasarkan buku1500 Resep Makanan Sehat Segala Usia:

Bahan:

  • 100 gram beras
  • 400 ml santan cair
  • 200 ml santan kental
  • 1 sdt garam
  • 2 lembar daun salam
Cara membuat:

  • Rebus santan cair, lalu masukkan beras, garam, dan daun salam. Masak terus hingga beras lunak.
  • Masukkan santan kental dan masak hingga menjadi bubur.
  • Bubur siap disajikan dengan makanan pendamping seperti opor ayam, abon daging, sambal goreng tempe, serta irisan telur dadar.
Pembuatan bubur Asyura juga bisa menggunakan bahan yang berbeda-beda. Seperti pada resep kedua berdasarkan buku Bubur Ayam dan Bubur Gurih Indonesia, bubur Asyura atau bubur Suro juga dibuat menggunakan ubi dan jagung muda. Berikut resepnya:

Bahan:

  • 200 gram beras
  • 1200 ml santan
  • 1 sdt garam
  • 100 gram ubi merah, dipotong kecil-kecil.
  • 12 buah jagung muda, dipipil atau ambil bijinya.
  • 100 gram kacang tanah
Cara membuat:

  • Beras yang sudah dicuci bersih dicampur dengan santan dan garam, lalu masak dengan api sedang hingga setengah matang.
  • Masukkan potongan ubi, jagung, dan kacang tanah. Masak terus hingga benar-benar matang dan menjadi bubur.
  • Bubur siap disajikan dengan makanan pendamping seperti opor ayam, sambal goreng kentang, abon daging, perkedel kentang, dll.

Bagaimana Sejarah dan Makna Bubur Asyura?

Berdasarkan informasi dari laman NU Online, Tgk. Muhammad Aminullah yang merupakan pakar Ilmu Sosial dan Budaya IAI Al-Aziziyah Aceh mengungkapkan bahwa sejarah bubur Asyura berawal dari kisah Nabi Nuh a.s.

Nabi Nuh dikenal dengan kisahnya yang membuat perahu besar untuk menyelamatkan umatnya dari banjir yang sangat dahsyat. Setelah Nabi Nuh dan pengikutnya selamat dari banjir tersebut, mereka kehabisan makanan dan mulai kelaparan.

Saat itulah Nabi Nuh menyuruh semua orang mengumpulkan persediaan makanan yang tersisa. Makanan yang terkumpul terdiri dari tujuh jenis biji-bijian, mulai dari gandum hingga kacang. Seluruh biji-bijian itu kemudian dimasak menjadi satu menjadi bubur untuk dimakan bersama-sama.

Di zaman sekarang, tradisi pembuatan bubur Asyura adalah dengan cara dimasak dalam jumlah besar dan dilakukan secara gotong royong oleh banyak orang. Bubur ini kemudian dibagi-bagikan secara gratis kepada warga sekitar agar bisa disantap bersama-sama.

Memasak bubur Asyura bukan hanya wujud syukur kepada Allah SWT, tapi juga jadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi sekaligus menumbuhkan jiwa sosial antar warga.

Baca juga artikel terkait WORK AND MONEY atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari