Menuju konten utama

Amalan Bulan Muharram 2023 Sesuai Sunnah & Keutamaan

Apa saja amalan bulan Muharram 2023 sesuai sunnah dan apa keutamaannya?

Amalan Bulan Muharram 2023 Sesuai Sunnah & Keutamaan
ilustrasi anak berdoa. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Salah satu amalan bulan Muharram sesuai sunnah adalah puasa tasu'a dan asyura pada 9-10 Muharam, yang pada Juli 2023 ini bertepatan dengan Kamis, 27 Juli dan Jumat, 28 Juli. Selain ibadah puasa, apa saja amalan lain yang dapat dilakukan seorang muslim, terutama pada 10 Muharram?

Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah, termasuk salah satu bulan yang paling mulia. Bersama Dzul Qa’dah, Dzuhijjah, dan Rajab, mereka tergolong arba’atun hurum, empat bulan suci yang memiliki keutamaan tersendiri.

Diriwayatkan dari Abu Bakrah, bahwa Nabi saw. berkhutbah saat haji, dan bersabda, "Sesungguhnya zaman berputar seperti keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, 1 tahun adalah (terdiri dari) 12 bulan, diantaranya terdapat 4 bulan haram, 3 bulan berturut-turut adalah Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Al Muharram dan Rajab Mudhar yang berada di antara Jumadi dan Sya'ban. (H.R. Abu Dawud).

Amalan Bulan Muharram 2023 Sesuai Sunnah: Puasa

Salah satu amalan yang paling utama selama bulan Muharram ialah puasa. Diriwayatkan, Nabi Muhammad saw. bersabda, "Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan

Allah(syahrullah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam." (H.R. Bukhari)

Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram. Selain itu ada puasa khusus pada hari tertentu, yang dapat dikerjakan seorang muslim. Puasa tersebut adalah puasa Tasua dan Asyura pada tanggal 9-10 Muharram.

Puasa Tasu'a dan Asyura hukumnya tidak wajib, tetapi sunnah muakkadah, atau sunnah yang sangat dianjurkan.

Terkait keutamaan puasa Asyura, Nabi Muhammad saw. pernah ditanya sahabat terkait puasa Asyura. Beliau lantas menjawab, "Puasa Asyura dapat melebur dosa satu tahun yang lampau".

Diriwayatkan dari jalur Aisyah, dahulu hari Asyura adalah hari-hari yang dipergunakan orang-orang jahiliyah untuk melakukan puasa.

Tatkala datang bulan Ramadhan, Nabi Muhammad saw. bersabda, "Barangsiapa yang ingin berpuasa Asyura hendaklah ia berpuasa, dan bagi yang tidak ingin, maka berbukalah." (H.R. Bukhari).

Dalam riwayat berikutnya, Ibnu Abbas menyampaikan, ketika Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah, kaum Yahudi setempat mengerjakan puasa pada 10 Muharam. Saat ditanyai, kaum tersebut menjawab, "Ini adalah hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Firaun. Lalu Nabi Musa berpuasa (pada hari tersebut) sebagai wujud syukur kepada Allah”.

Nabi saw. bersabda, "akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Beliau kemudian berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat juga berpuasa (H.R. Bukhari).

Demikian utamanya puasa tasu'a dan Asyura ini, sehingga dalam Fathul Muin, Syeikh Zainuddin al Malibari menyebutkan, " bagi orang yang tidak berpuasa di hari Tasu’a, adisunahkan berpuasa di tanggal 11 (Muharram)."

Amalan lain yang dapat dilakukan sepanjang bulan Muharram adalah memperbanyak amal saleh. Dalam Tafsir At-Thabari Jilid 12, disebutkan bahwa Ibn Abbas menyatakan, dengan posisi Muharam sebagai salah satu bulan suci, orang yang melakukan maksiat pada bulan tersebut, dosanya akan lebih besar. Sebaliknya, jika beramal saleh, pahalanya akan lebih banyak.

Baca juga artikel terkait NEW URGENT atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Fitra Firdaus