tirto.id - Konstelasi politik jelang Pilpres 2024 yang tinggal tiga bulan ke depan, semakin menunjukkan pengaruh sentral basis suara Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi rebutan. Suara warga Nahdliyin atau massa kultural NU bak primadona bagi ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2024.
Beragam strategi seperti blusukan ke jantung basis suara Nahdliyin, sowan atau menemui sejumlah kiai, dan tokoh NU, rajin dilancarkan semua kubu capres-cawapres. Tidak hanya itu, ketiga paslon juga menggaet tokoh-tokoh sentral dari kalangan NU untuk mengisi tim pemenangan masing-masing.
Bakal capres-cawapres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka misalnya, merekrut beberapa kiai hingga pengurus pesantren terkemuka di kalangan Nahdliyin untuk menjadi anggota Tim Pemenangan Nasional (TKN).
Sejumlah nama di barisan TKN Prabowo-Gibran seperti, Muhammad Luthfi bin Yahya (Ketua Jam'iyyah Ahlut Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah), Nusron Wahid (Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor 2010-2015), Ali Masykur Musa (Ketua Umum PP ISNU), Mahfudhoh Ali Ubaid (Dewan Pembina PP Muslimat NU), Adib Rofiuddin Izza (Pondok Pesantren Buntet Cirebon), serta Arifah Choiri Fauzi (Sekretaris PP Muslimat NU).
Koalisi Indonesia Maju (KIM) terdiri dari Partai Gerindra, Demokrat, PAN, Golkar, PSI, PBB, Gelora, dan Garuda. Capres dari KIM, Prabowo Subianto, beberapa kali memang turun langsung untuk mencoba meraih suara Nahdliyin.
Akhir September 2023, Prabowo sempat menemui sejumlah kiai NU di Surabaya, Jawa Timur. Jatim sendiri merupakan lumbung suara besar atau basis utama warga Nahdliyin. Prabowo juga dalam beberapa kesempatan bertemu dengan salah satu tokoh perempuan NU sekaligus Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.
Salah satu politikus dari KIM, Kamhar Lakumani, merasa optimistis pihaknya dapat memperoleh dukungan suara yang signifikan dari warga NU. Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat itu menilai, partai-partai yang tergabung di KIM memiliki jejaring dan akses yang memadai untuk masuk dan memperoleh dukungan dari ulama-ulama dan pimpinan kultural NU.
“Seperti yang sudah-sudah, kehadiran figur-figur karismatik akan memudahkan untuk masuk dan memperoleh dukungan. Hadirnya Habib Lutfi dan Gus Nusron di jajaran pemenangan Koalisi Indonesia Maju, kami nilai akan berkontribusi signifikan,” ujar Kamhar dihubungi reporter Tirto, Jumat (17/11/2023).
Tidak Hanya dari Tim Pemenangan
Gerbong parpol koalisi pengusung capres-cawapres, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, percaya bahwa paslon mereka memiliki ‘DNA NU’ yang tak terbantahkan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy atau biasa disapa Romi. Poros parpol pengusung Ganjar-Mahfud terdiri atas PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura.
“Pak Mahfud adalah jelas-jelas warga NU, beliau mondok dan madrasah di pondok pesantren NU di Madura, dan selama ini Pak Mahfud dikenal [sebagai] Gusdurian. Sedangkan Mas Ganjar, mertuanya merupakan pengurus cabang NU,” ujar Romi kepada reporter Tirto, Jumat (17/11/2023).
Selain itu, kata dia, istri dari Ganjar Pranowo merupakan seorang santriwati NU asli. Siti Atiqoh Supriyanti, istri Ganjar, merupakan cucu seorang kiai NU asal Purbalingga. Romi menambahkan, warga NU sudah melek politik sehingga bisa menilai paslon mana yang memiliki kadar ke-NU-an paling kental.
Gerilya Ganjar mendatangi tokoh-tokoh NU juga sudah gencar dilakukan sejak didapuk menjadi capres dari PDIP. Misalnya, mantan Gubernur Jawa Tengah ini bertandang ke Pesantren Al-Hikam di Malang, Jatim pada Oktober 2023. Pesantren tersebut didirikan oleh tokoh terkemuka NU, Hasyim Muzadi.
Adapun di barisan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, juga diisi oleh beberapa tokoh dari kalangan NU. Ada Yenny Wahid yang merupakan putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang menjadi Dewan Penasihat TPN. Yenny tentu tidak sendirian. Di belakang Yenny ada Barisan Kader (Barikade) Gusdur yang sudah deklarasi di Jatim.
Lalu, ada Savic Ali yang merupakan aktivis 1998 yang juga salah satu Ketua Pengurus Besar NU (PBNU). Selain itu, Ganjar-Mahfud juga mendapat dukungan dari Abah Muhammad Ali Shodiqin atau Gus Ali Gondrong, pimpinan dari Mafia Sholawat.
Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Sunanto, menyampaikan bahwa Ganjar-Mahfud juga didukung oleh berbagai organisasi masyarakat dari kalangan NU. Terlebih, kata dia, juga hadir tokoh agama dan budaya dari Nahdliyin yang membantu mengusung Ganjar-Mahfud meski tidak ada dalam struktur TPN.
“Ada juga relawan yang berbasis NU ada, jadi optimisme itu menjadi nyata dengan realita perjuangan Ganjar-Mahfud yang ingin mengakomodir warga Nahdliyin. Kita juga ingin melakukan pemberdayaan pesantren dan ekonomi pesantren khususnya untuk warga Nahdliyin dan semuanya,” kata dia dihubungi reporter Tirto, Jumat (17/11/2023).
Senada, Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) menyatakan bahwa basis massa NU yang akan mendukung paslon capres-cawapres mereka bukan hanya datang dari tim pemenangan saja. Koalisi Perubahan mengusung capres-cawapres Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Koalisi Perubahan sendiri terdiri dari Partai Nasdem, PKS, dan PKB. Secara historis, PKB sendiri merupakan parpol yang punya kaitan erat dengan tokoh-tokoh Nahdliyin. Maka dari itu, Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid atau Gus Jazil, merasa yakin warga NU akan melabuhkan suara untuk paslon Anies-Imin (AMIN).
“Kalau suara Nahdliyin sudah kami petakan antara struktural dan kultural. Insyaallah mayoritas menitipkan harapannya ke pasangan AMIN,” ujar Gus Jazil dihubungi reporter Tirto, Jumat (17/11/2023).
Tim Nasional (Timnas) Pemenangan AMIN sendiri memiliki dua tokoh NU dalam jajaran mereka. Ada Maksum Faqih atau Gus Maksum yang merupakan pimpinan Ponpes Langitan. Selain itu, juga diisi Nasirul Mahasin atau Gus Mahasin yang merupakan tokoh terkemuka NU sekaligus pimpinan Ponpes Al-Tahfidzal Qur’an.
Gus Jazil menyatakan masih akan ada banyak lagi tokoh dan organ kultural Nahdliyin yang akan bergabung mengusung AMIN. “Timnas akan dilengkapi dengan jajaran official, coach, manager dan head leader yang akan menjangkau lintas agama, ormas, profesi, segmen dan generasi,” kata dia.
Ia menyampaikan, AMIN akan menghidupkan kesadaran agar warga NU tidak hanya menjadi pendorong mobil mogok, apalagi ban serep politik. Jazil menilai Muhaimin Iskandar akan membuka jalan perubahan bagi warga NU.
“Percayakan pada pasangan AMIN,” kata dia menambahkan.
Strategi Berbasis Program
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menilai kekuatan unsur Nahdliyin di semua kubu belum ada yang mendominasi. Menurut dia, komposisi saat ini dinilai setara dan seimbang.
“Saling tarik suara Nahdliyin itu tergantung dari pengaruh dan kharisma tokoh NU yang menjadi tim sukses masing-masing paslon. Tentu itu bagian dari upaya legitimasi kultural dan simbolis agar unsur keindonesiaan, religiusitas, dan nasionalisme bisa diperkuat,” ujar Wasisto dihubungi reporter Tirto, Jumat (17/11/2023).
Sementara itu, pengamat politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menyampaikan bahwa paslon yang bisa mengakomodir suara Nahdliyin berbasis program akan mengalami keuntungan lebih. Sebab, kata dia, secara simbolis dan kultural saat ini di tiap kubu memiliki kekuatan yang berimbang.
“Menurut saya seharusnya berlomba seperti kebijakan apa yang lebih mengakomodasi dengan warga NU. Ada yang menonjolkan kultural alias darah, ada yang program,” ujar Usep dihubungi reporter Tirto, Jumat (17/11/2023).
Ia menambahkan, baik secara pendekatan kultural maupun pendekatan program, keduanya bisa saling melengkapi untuk merebut ‘berkah’ elektabilitas dari suara Nahdliyin. Secara kultural atau simbolis melalui kehadiran tokoh, dapat membawa ikatan emosional kepada pemilih Nahdliyin.
“Adapun dari sisi rasional, akan dibantu dengan pendekatan program,” kata dia.
Menurut Usep, suara Nahdliyin dalam Pemilu 2024 memang niscaya terpecah dan tidak akan solid hanya di salah satu kubu. Ia melihat belum ada kebaruan yang dimunculkan ketiga paslon demi meraih suara warga Nahdliyin.
“Akhirnya di masing-masing, ya akhirnya harus ada pembeda jika mau menang dengan yang lainnya, yaitu yang sifatnya lebih programatik. Dari yang dimunculkan sekarang, saya lihat enggak ada yang baru,” terang Usep.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz