tirto.id - Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) akhirnya resmi mengumumkan susunan Tim Nasional (Timnas) Pemenangan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN). Susunan Timnas pemenangan AMIN diumumkan, Selasa (14/11/2023), terdiri dari sejumlah nama yang berasal dari beragam latar belakang, seperti purnawirawan TNI, ekonom, pengusaha, akademisi, dan tokoh agama.
Kapten Timnas pemenangan AMIN diserahkan kepada Marsekal Madya (Purn) M Syaugi Alaydrus, mantan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas). Ia memimpin 12 co-captain atau setara ketua harian yang diisi beragam tokoh. Salah satu sosok wakil kapten Timnas pemenangan AMIN yang menjadi sorotan adalah Yusuf Muhammad Martak.
Nama Yusuf Martak mulai melambung dalam kancah politik nasional karena merupakan tokoh penting dari Gerakan 212. Gerakan ini mencuat dalam perjalanan Pilkada DKI Jakarta 2017. Setahun sebelum pilkada, aksi massa besar-besaran dilakukan organisasi masyarakat yang memenuhi jalan-jalan ibu kota untuk melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), karena dianggap menistakan agama. Anies akhirnya memenangkan pilkada, dan resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.
Saat ini, Yusuf Martak merupakan Ketua Dewan Syuro Persaudaraan Alumni 212 (PA 212). Selain itu, ia juga tercatat sebagai Ketua Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF Ulama). Bergabungnya Yusuf Martak ke dalam tim pemenangan, membuat sinyal dukungan kelompok PA 212 dalam Pemilu 2024 semakin condong ke kubu AMIN.
Terlebih, belum lama ini Yusuf sendiri menyatakan bahwa PA 212, GNPF, dan Front Persaudaraan Islam (FPI), memutuskan untuk tidak lagi mendukung calon presiden Prabowo Subianto. Alasannya, didasari kekecewaan mereka terhadap sikap Prabowo yang dinilai tidak merespons persoalan dan justru meninggalkan kelompok mereka. Prabowo lebih memilih bergabung ke pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sinyal bergabungnya PA 212 untuk mendukung kubu AMIN semakin dipertebal dengan agenda Ijtima Ulama yang akan digelar pada Sabtu (18/11/2023). Juru bicara Ijtima Ulama sekaligus Sekretaris Dewan Syuro PA 212, Slamet Maarif, menyatakan bahwa gelaran ini akan dihadiri sejumlah tokoh nasional, ulama, dan ratusan perwakilan ormas Islam. Mereka akan membulatkan suara untuk menentukan arah dukungan pada salah satu paslon capres-cawapres di Pemilu 2024.
“Kemudian yang termasuk, (pastinya) yang kami undang bagian dari kami. Ada GNPF, ada PA 212, ada FPI,” kata Slamet saat ditemui dalam acara konferensi pers ‘Persiapan Ijtima Ulama’ di Menara Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2023).
Ketua DPP FPI, Muhammad bin Husein Alatas, menyampaikan hanya ada satu paslon capres-cawapres yang diundang dalam gelaran Ijtima Ulama. Paslon tersebut adalah Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Hal ini, klaim dia, merupakan hasil aspirasi tokoh-tokoh di daerah dan dorongan masyarakat.
“Insyaallah nanti juga (AMIN) akan menamparkan visi dan misinya untuk kemudian dinilai. Apakah kemudian memang layak untuk didukung oleh para tokoh ulama dan para tokoh nasional,” kata dia, dalam kesempatan yang sama.
Sekretaris Dewan Syuro PA 212, Slamet Maarif, menjawab diplomatis ketika dimintai konfirmasi apakah keputusan hanya mengundang paslon Anies-Muhaimin, disebabkan karena penggagas forum Ijtima Ulama sekaligus pentolan PA 212, Yusuf Martak, telah lebih dulu bergabung dalam Timnas AMIN. Namun, ia memberi sinyal bahwa mereka akan mendukung pilihan politik Yusuf Martak di Pemilu 2024.
“Kami semua mendukung penuh dan men-support beliau (Yusuf Martak) untuk berjuang menegakkan kebenaran, berjuang untuk bangsa negara melalui Timses yang beliau pilih. Kami semuanya mendukung penuh dan men-support langkah dan keputusan beliau,” kata Slamet menjawab pertanyaan Tirto di lokasi.
Membawa Untung atau Justru Buntung?
Bergabungnya PA 212 ke jajaran pendukung AMIN tentunya akan membuat dinamika dalam Koalisi Perubahan semakin beragam. Seperti diketahui, koalisi ini diisi oleh Partai Nasdem, PKB, dan PKS. Terakhir, Partai Ummat yang didirikan Amien Rais juga bergabung dalam koalisi ini. Amien Rais sejak Pilgub DKI 2017 diidentik dengan tokoh PA 212.
Hadirnya PKB dalam Koalisi Perubahan dipersepsikan merepresentasikan kelompok nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama (NU). Karena itu, tidak heran muncul pertanyaan soal kesolidan Koalisi Perubahan.
Pertanyaan tersebut beralasan, karena secara ideologi dan kultur, PKB dan PA 212 memiliki pandangan yang berbeda. Hal ini juga tentunya diikuti oleh massa masing-masing pihak dalam tataran akar rumput.
Analisis politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, menyatakan memang tidak menutup kemungkinan elemen pendukung nahdliyyin akan balik badan dari paslon Anies-Muhaimin. Namun, kata dia, hal itu hanya terjadi jika elemen PA 212 mengalami gesekan dengan PKB.
“Menurut saya ini bisa jadi membuat beberapa elemen dari NU itu berbalik arah. Itu sudah pasti. Tapi menurut saya akan solid-solid saja karena PKB kan partai, bukan ormas,” ujar Kunto dihubungi reporter Tirto, Kamis (16/11/2023).
Sebaliknya, Anies sendiri memiliki kelemahan pada dukungan pemilih di Jawa Barat. Menurut Kunto, jika dapat dikapitalisasi, maka masuknya PA 212 bisa menjadi gerbang pemilih di Jawa Barat untuk melabuhkan suara untuk paslon AMIN.
“Pemilihnya Anies di Jawa Barat belum sebesar pemilih Prabowo. PA 212 itu sendiri merupakan gerbang bagi pemilih Prabowo di 2019,” kata Kunto.
Ia menambahkan, elektabilitas Anies berpotensi terdampak jika salah langkah memainkan isu politik identitas yang mengundang sentimen negatif. Namun, karena Anies sendiri dinilai Kunto sudah banyak mendapatkan stigma negatif soal politik identitas, hal ini tidak akan berpengaruh banyak pada elektabilitas Anies.
Sementara itu, peneliti politik senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, menyatakan pilihan PA 212 untuk mendukung AMIN memang sesuatu yang masuk akal. Terlebih, Yusuf Martak, juga ada dalam jajaran Timnas pemenangan AMIN.
“Sehingga masuk akal kalau kemudian menyalurkan haknya kelompok itu ke Anies yang punya track record berdekatan dengan kelompok Islam,” ujar Firman dihubungi reporter Tirto, Kamis (16/11/2023).
Firman menilai, masuknya kelompok PA 212 justru akan menunjukkan keragaman kultural dalam Timnas AMIN. Terlebih, mereka punya tujuan yang sama untuk memenangkan Anies sebagai presiden.
Di sisi lain, kata dia, mereka yang sudah antipati tidak akan tertarik dengan masuknya PA 212 dalam kubu AMIN. Maka dari itu, tinggal tergantung bagaimana kubu AMIN dapat mengkapitalisasi momentum bergabungnya PA 212 dalam jajaran pemenangan mereka.
“Yusuf Martak merupakan keponakan Faradj Martak yang memiliki kedekatan dengan Sukarno dan momen kemerdekaan. Kalau dieksploitasi justru bisa memukul balik lawan bahwa Yusuf bagian dari sejarah sebagai gerakan kebangsaan paling konkret di Indonesia,” ujar Firman.
Namun, Firman menyatakan, itu semua tergantung bagaimana AMIN mengelola sumber daya dukungan yang ada dalam jajarannya. Ia juga menyatakan dengan masuknya PA 212 tentu kubu AMIN harus bersiap dengan risiko sentimen politik identitas.
“Isu itu pasti tetap akan diotak-atik, siapkan saja langka- langkah melawannya,” ujar Firman.
Kubu AMIN Klaim Solid
Timnas AMIN mengklaim semakin solid dengan bergabungnya pentolan PA 212, Yusuf Martak, dalam jajaran mereka. Co-captain Timnas AMIN, Nasirul Mahasin, memastikan PA 212 dapat berkonsolidasi dengan partai-partai di internal koalisi. Hal itu termasuk PKB, yang diikuti oleh mayoritas masyarakat NU.
Mahasin membantah ada penolakan dari PKB terhadap PA 212. Ia menyebut kedua kelompok tersebut mau bersatu atas dasar persaudaraan agama Islam, persamaan tanah air, dan kemanusiaan.
“Yang terpenting kami berpegang pada ukhuwah islamiah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariah. Sehingga saya tidak melihat ada perbedaan di dalam,” kata Mahasin saat dihubungi reporter Tirto pada Kamis (16/11/2023).
Meski demikian, ia tak memungkiri bila di dalam Timnas AMIN atau Koalisi Perubahan terdapat sejumlah perbedaan. Namun baginya, hal itu bukan masalah berarti.
“Kalau ada perbedaan pandangan itu hal biasa. Ibarat kita sudah memiliki trilogi ukhuwah islamiyah, basyariah, dan wathoniyah, maka kita sudah punya fondasi kuat dalam hubungan,” kata dia.
Mahasin membantah solidaritas di Timnas Amin hanya terjadi di kalangan elite saja. Dalam pengamatannya, keakraban serupa juga terjadi di level akar rumput.
“Kami tidak susah untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai bergabungnya PA 212 di Timnas Amin. Kami meyakini bahwa NU beraliran washatiyah dan bisa berbaur dengan semua kelompok,” ujar Mahasin.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz