Menuju konten utama

Apa Itu Mujahir dalam Islam, Ciri-Ciri, dan Dampaknya?

Apa itu mujahir dalam Islam? Berikut ini penjelasan terkait arti mujahir dalam Islam beserta contoh perbuatannya, ciri-ciri pelakunya, dan dampaknya.

Apa Itu Mujahir dalam Islam, Ciri-Ciri, dan Dampaknya?
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Mujahir menjadi salah satu sikap yang dilarang dalam Islam. Dosa dari perbuatan mujahir bahkan bisa tidak diampuni oleh Allah SWT.

Jujur adalah perbuatan terpuji yang dianjurkan dalam Islam. Sikap jujur dianjurkan dalam Islam sekaligus memiliki banyak keutamaan.

Namun, sikap berterus terang dengan jujur dalam konteks mujahir justru dilarang dalam Islam. Mengapa demikian? Berikut ulasan lengkap mengenai apa itu mujahir dalam Islam dan contohnya.

Pengertian Mujahir dalam Islam

Mujahir adalah sikap berterus terang tentang kemaksiatan. Sebagai tamsilnya, seseorang melakukan tindak maksiat seperti berzina, mencuri, berbohong, dan lain sebagainya.

Lantas, perbuatan yang semula tidak diketahui orang lain itu diceritakan oleh pelakunya dengan jujur dan terang-terangan. Akibatnya, orang lain atau malah masyarakat menjadi tahu perbuatan maksiat tersebut telah dilakukan.

Masih bingung dengan apa itu mujahir? Sederhananya, mujahir adalah pamer perbuatan maksiat alias mengumbar dosa yang telah dilakoni dengan bangga.

Guna lebih memahami apa itu mujahir dalam Islam, simak penjelasan tentang alasan ia bisa mengakibatkan dosa dan dibenci oleh Rasulullah SAW.

Mengapa Perbuatan Mujahir Dibenci dalam Islam?

Islam membenci sikap mujahir karena bisa membuka kemungkinan orang lain melakukan dosa serupa di lingkungan yang lebih luas. Artinya, pada saat mengumbar dosa-dosa kita tanpa rasa bersalah, orang lain berpotensi menirunya.

Apalagi, jika kemungkaran diumbar, banyak orang dapat menganggap perbuatan maksiat tadi sebagai tindakan biasa dan normal. Jadi, bahaya mujahir adalah normalisasi maksiat dan dosa.

Sebagai contoh ilustrasi akibat mujahir: "guru kita pernah melakukan tindakan maksiat seperti mabuk-mabukan dan menipu. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya saya melakukan maksiat yang sama, jika suatu ketika bertaubat dan berubah menjadi lebih baik."

Contoh di atas, menunjukkan alasan kuat mengapa mujahir begitu dilarang dalam Islam. Selain itu, Rasulullah SAW menerangkan bahaya mujahir dalam hadits berikut:

عَنِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ » .

Artinya:

"Dari Abu Hurairah dia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, 'Semua umatku dimaafkan kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan (mujahirin). Dan sesungguhnya termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam hari, kemudian ketika pagi dia berkata [kepada orang lain], ‘Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu!’, padahal di waktu malam Rabbnya telah menutupinya [yaitu tidak ada orang yang mengetahuinya], namun di waktu pagi dia membongkar tirai Allah terhadapnya [yaitu menyampaikan kepada orang lain],” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas menegaskan bahwa orang-orang yang melakukan maksiat secara terang-terangan alias berbuat mujahir, bisa tidak diampuni dosanya oleh Allah SWT.

Di sisi lain, cerita perbuatan maksiat yang memotivasi orang lain ikut melakukannya bisa menjadi dosa jariyah.

Dalam suatu hadits, Rasulullah Saw pernah bersabda tentang bahaya lain dari perbuatan mujahir sebagai berikut:

وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهمْ شَيءٌ. (رواه مسلم)

Artinya:

"Orang yang melakukan suatu perbuatan buruk, maka baginya dosanya dan dosa orang yang melakukan sesudahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun," (HR. Muslim).

Ciri-Ciri Orang Mujahir

Ciri orang mujahir yang utama adalah hilangnya rasa malu. Pelaku mujahir tidak merasa malu atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Karena itu, mereka dengan enteng bisa mudah mengumbar dosa-dosanya pada orang lain dengan bangga.

Hilangnya rasa malu akan memunculkan ciri yang lain dari orang mujahir, seperti berani berbuat maksiat secara terang-terangan di hadapan orang lain, meremehkan dosa yang dilakukan, hingga mudah menceritakan maksiat yang dilakukan kepada orang lain.

Di sisi lain, dalam Islam, malu adalah salah satu cabang keimanan (syuabul iman). Oleh sebab itu, memiliki rasa malu merupakan bagian dari implementasi iman.

Dalam suatu hadis, Rasulullah Saw. diriwayatkan memiliki rasa malu yang sangat tinggi sebagai berikut:

كَانَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حياءً من العَذْرَاءِ في خِدْرِهَا

Artinya:

"Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat pemalu melebihi pemalunya seorang anak gadis yang ada dalam pingitannya," (HR. Bukhari).

Akibat Dari Perbuatan Mujahir Pada Diri Sendiri

Layaknya perbuatan maksiat lainnya, sikap mujahir memiliki dampak buruk kepada orang melakukannya. Berikut ini beberapa dampak mujahir pada diri sendiri:

1. Mematikan Hati

Orang yang melakukan perbuatan maksiat secara terus-menerus, apalagi dengan terang-terangan dan bangga, hatinya bisa dimatikan dari kebenaran. Hidayah pun menjadi makin sulit datang.

Syekh Muhammad Muflih Syamsuddin al-Muqdisi lewat kitab al-Adabusy Syar’iyah menulis dampak kemaksiatan yang dilakukan terus-menerus sebagai berikut:

"Sungguh apabila seorang hamba melakukan dosa, maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, kemudian jika melakukan dosa [kembali] maka akan ditulis dalam hatinya sebuah titik hitam, sampai [hatinya] tersisa menjadi hati hitam selamanya, ia tidak akan mengetahui kebenaran, ia juga tidak akan ingkar pada kemungkaran,” (Syamsuddin al-Muqdisi, al-Adabusy Syar’iyah, [Darul ‘Alam: 1999], juz I, halaman 188).

2. Mendapatkan Kebinasaan

Orang yang melakukan kemaksiatan terus-menerus tanpa penyesalan akan mendapatkan kebinasaan. Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-A'raf ayat 182 sebagai berikut:

"Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur [menuju kebinasaan] dari arah yang tidak mereka ketahui," (QS. Al-A'raf [7]: 182).

3. Dosanya Bisa Tidak Dimaafkan

Sebagaimana telah disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim di atas, dampak paling berbahaya dari mujahir adalah dosa-dosa pelakunya dapat tidak diampuni oleh Allah SWT.

Contoh Dosa Mujahir

Contoh perbuatan mujahir dapat dengan mudah dilihat di media sosial. Beberapa orang justru berbangga diri memperlihatkan keburukannya, dengan perisai supaya memotivasi kebaikan. Lebih buruk lagi, sebagian orang memamerkan perbuatan maksiatnya dengan terang-terangan tanpa merasa bersalah di media sosial.

Berikut ini beberapa contoh perbuatan mujahir:

  • Bercerita kepada orang lain tentang dosa-dosa yang telah dilakukan
  • Mengajarkan bermaksiat dengan terang-terangan dengan orang lain
  • Mengesankan perbuatan maksiatnya sebagai tindakan biasa pada orang lain
  • Mengunggah keburukannya atau maksiatnya dengan bangga di media sosial
  • Membanggakan perbuatan maksiatnya kepada orang lain.

Baca juga artikel terkait ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom