Menuju konten utama

Apa Itu Generasi Strawberry, Ciri, dan Fakta-Faktanya

Mengenal generasi strawberry, ciri-ciri, dan fakta generasi strawberry. Simak selengkapnya di bawah ini.

Apa Itu Generasi Strawberry, Ciri, dan Fakta-Faktanya
Ilustrasi generasi strawberry. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Generasi stroberi atau strawberry generation merupakan istilah yang mengacu pada anak muda yang lahir pada tahun 1990-an dan seterusnya.

Istilah ini awal muncul di Taiwan yang menggambarkan generasi strawberry sebagai individu dengan karakteristik membangkang, manja, egois, sombong, dan kurang produktif dalam dunia kerja.

Sementara itu, Rhenald Kasali dalam buku Strawberry Generation Anak-Anak Kita Berhak Keluar dari Perangkap yang Bisa Membuat Mereka Rapuh (2017) menjelaskan bahwa generasi strawberry merupakan kelompok khusus dari generasi muda saat ini yang memiliki karakteristik unik dan lebih terbuka.

Mereka sering dianggap sebagai generasi yang mudah terluka dan rapuh, tetapi juga memiliki kekreatifan dan ketangguhan tersendiri. Analogi dengan strawberry menggambarkan bahwa meskipun terlihat indah, mereka rentan terhadap tekanan dan kesulitan.

Untuk memahami apa itu generasi strawberry, simak serba-serbi soal generasi strawberry berikut yang mengulas secara singkat tentang ciri-ciri generasi strawberry, fakta tentang generasi strawberry, dan penyebab generasi strawberry.

Ciri-Ciri Generasi Strawberry

Generasi Strawberry merujuk kepada anak muda yang lahir pada era 1990-an dan setelahnya. Istilah generasi strawberry artinya menggambarkan ciri-ciri khas pola pikir dan sikap mereka yang seperti stroberi.

Dirangkum dari buku Strawberry Generation Anak-Anak Kita Berhak Keluar dari Perangkap yang Bisa Membuat Mereka Rapuh (2017), ciri-ciri generasi strawberry adalah sebagai berikut.

1. Tangguh dan mandiri

Generasi strawberry mengalami pertumbuhan pribadi yang besar, terutama setelah menghadapi berbagai pengalaman dalam hidup. Proses ini membuat mereka lebih percaya diri, mandiri, dan mampu mengatasi tantangan dengan lebih baik.

2. Rentan terhadap tekanan dan kecemasan

Meskipun memiliki kekuatan internal yang kuat, generasi strawberry juga rentan terhadap tekanan dan kesulitan. Generasi ini sering merasa terluka, terutama dalam interaksi dengan orang yang lebih tua, dan cenderung mengekspresikan kegalauan mereka secara terbuka, terutama di media sosial.

3. Kreatif dan inovatif

Generasi strawberry terkenal akan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mereka. Generasi ini sering memiliki ide-ide inovatif dan kemampuan untuk menghubungkan berbagai gagasan dengan mudah.

4. Tidak konvensional

Generasi strawberry cenderung tidak mengikuti aturan atau norma yang ada secara kaku. Mereka sering memiliki pendekatan yang tidak konvensional dalam menyelesaikan masalah atau menghadapi tantangan. Artinya, mereka lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan inovatif serta tidak terpaku pada cara pandang yang tradisional.

5. Perlu dibangun mentalnya

Di lingkungan kerja, generasi strawberry membutuhkan pembinaan mental yang kuat. Mereka lebih menghargai tantangan dan kepercayaan daripada sekadar imbalan finansial.

6. Mudah menyesuaikan diri

Generasi strawberry memiliki kemampuan yang baik dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan baru. Mereka cenderung fleksibel dalam menghadapi situasi yang berubah dan mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan lingkungan atau tuntutan baru yang muncul.

Fakta Tentang Generasi Strawberry

Dikutip dari artikel “Experts: Strawberry Generation is Just a Myth, Statistics Say” (2005) di Taipei Times, berdasarkan data statistik, para ahli menyimpulkan bahwa generasi strawberry hanyalah mitos.

Orang-orang yang lahir di Taiwan pada tahun 1970-an dan 1980-an seringkali diidentifikasi sebagai bagian dari generasi strawberry yang konon memiliki keterbatasan dalam menanggung tekanan dan kurang produktif dalam dunia kerja.

Namun, menurut juru bicara Aliansi Buruh Muda, Chen Po-chien, pandangan tersebut sebenarnya adalah sebuah kesalahpahaman.

Chen menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi kaum muda Taiwan saat ini meliputi jam kerja yang panjang, gaji rendah, dan ketidakamanan kerja, di tengah tingginya tingkat inflasi.

Perlakuan terhadap tenaga kerja sebagai komoditas, pengurangan pegawai tanpa mempertimbangkan masa pensiun, dan penggunaan tenaga kerja asing untuk menekan biaya menjadi penyebab utama masalah tersebut.

Menurut Cien Hsi-chieh, ketua aliansi pan-purple, tidaklah mengherankan jika para pekerja profesional menjadi mudah tergantikan dalam kondisi seperti ini. Lin Chia-Ho, seorang asisten profesor di Chinese Culture University dan anggota aliansi pan-purple, menambahkan bahwa sikap pemerintah terhadap masalah ini juga patut diperhatikan.

Gagasan untuk merampingkan staf dengan mempekerjakan karyawan paruh waktu dinilai sebagai konsep yang usang. Masalah yang dihadapi kaum muda di Taiwan sebagai generasi strawberry juga dianggap sebagai masalah global.

Penyebab Generasi Strawberry

Rhenald Kasali menyebutkan terdapat beberapa penyebab generasi strawberry mencakup self diagnosis, quarter life crisis, dan pola asuh. Berikut ini penjelasan mengenai penyebab generasi strawberry.

1. Self diagnosis dini

Kalangan anak muda cenderung melakukan diagnosis sendiri terhadap masalah psikologis tanpa berkonsultasi dengan ahli. Mereka terpengaruh oleh informasi yang beredar di media sosial dan mencoba membandingkan masalah pribadi mereka dengan informasi yang mereka temui.

Akibatnya, mereka dapat merasa tertekan, stres, atau bahkan depresi, tanpa menyadari bahwa proses penyembuhan jauh lebih kompleks daripada yang mereka bayangkan.

2. Quarter life crisis

Fenomena quarter life crisis umumnya dialami oleh kaum muda yang berusia sekitar 25 tahun.

Pada usia tersebut, mereka merasa cemas karena melihat prestasi dan pencapaian teman sebayanya di media sosial, seperti menikah, sukses dalam karier, dan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tertekan dan mengalami kecemasan yang berlebihan.

3. Pola asuh orang tua

Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sejahtera seringkali diberi apa yang mereka inginkan oleh orang tua mereka.

Namun, dalam pola asuh ini orang tua juga cenderung kurang memberikan perhatian yang memadai terhadap anak-anak mereka, terutama dalam hal memberikan arahan dan mengenakan konsekuensi atas kesalahan.

Baca juga artikel terkait EDUSAINS atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno