tirto.id - Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung di tengah-tengah pergantian pemerintahan sekutu Ukraina, Amerika Serikat (AS). Belakangan ini beredar kabar bahwa Presiden AS terpilih, Donald Trump, meminta Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menghentikan perang.
Kabar tersebut menyita perhatian publik, karena dinilai akan memengaruhi kebijakan Trump di masa pemerintahannya 2025 mendatang. Benarkah Trump minta Putin stop perang, dan dari mana kabar tersebut beredar?
Amerika Serikat di masa pemerintahan Joe Biden, telah berkomitmen untuk mendukung Ukraina atas konfliknya dengan Rusia. Melansir laman resmi Gedung Putih, AS akan terus mendorong masa depan Ukraina berada di dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Dukungan juga diberikan AS untuk menyokong perekonomian dan pertahanan Ukraina. Berdasarkan data dari USAFacts, AS telah menyalurkan sekitar 113,4 miliar dolar AS untuk mendukung Ukraina selama masa perang dengan Rusia, mulai Februari 2022.
Benarkah Trump Minta Putin Stop Perang?
Kabar bahwa Trump meminta Putin stop perang pertama kali beredar lewat laporan Washington Post. Melalui laporan itu, Washington Post menyebut adanya sumber anonim yang mengetahui bahwa Trump melakukan panggilan telepon dengan Putin pada Kamis (7/11/2024).
Sumber anonim itu mengatakan bahwa Trump dan Putin membahas soal perang antara Rusia dan Ukraina dalam panggilan tersebut. Sumber juga mengklaim bahwa Trump meminta Putin untuk menghentikan eskalasi perang di Ukraina.
Kabar tersebut dibantah oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Peskov menegaskan bahwa panggilan Trump terhadap Putin tidak pernah terjadi dan berita yang beredar adalah informasi palsu.
"Ini sama sekali tidak benar. Ini hanya fiksi belaka, ini hanya informasi palsu," katanya, seperti yang dilansir dari USA Today, Rabu (13/11/2024).
Peskov juga membantah adanya pembicaraan antara Putin dan Trump terkait perang Rusia dan Ukraina. Ia turut mengkritik Washington Post yang merilis informasi salah.
"Ini adalah contoh paling nyata mengenai kualitas informasi yang diterbitkan saat ini, terkadang bahkan dalam penerbitan yang cukup bereputasi baik," katanya.
Lebih lanjut, Peskov menegaskan belum ada rencana lebih lanjut apakah Putin akan menghubungi Donald Trump di masa depan. Sementara itu, direktur komunikasi Trump, Steven Cheung, juga tidak bisa mengonfirmasi panggilan telepon itu.
"Kami tidak mengomentari panggilan telepon pribadi antara Presiden Trump dan para pemimpin dunia lainnya," katanya.
Kebijakan Donald Trump Terkait Ukraina
Donald Trump memang belum resmi menjabat sebagai Presiden AS. Namun, ia telah membeberkan beberapa program terkait Ukraina selama masa kampanye.
Melansir NPR, pemerintahan Trump kemungkinan akan menyebabkan banyak kerugian bagi Ukraina. Pasalnya, Ukraina terancam kehilangan dukungan dari AS.
Hal ini karena Trump sering kali mengkritik besarnya jumlah bantuan yang disalurkan AS kepada Ukraina. Ia juga pernah mengancam untuk meninggalkan NATO dan menghentikan pendanaan untuk menghemat anggaran pertahanan.
NATO sendiri menjadi salah satu tonggak pertahanan Ukraina sejak berperang dengan Rusia. Jika kebijakan ini benar diterapkan, maka tidak menguntungkan bagi Ukraina
Trump sempat berjanji akan mengakhiri perang Rusia dan Ukraina dalam 24 jam. Namun, ia tidak menyebutkan secara jelas bagaimana strateginya.
Ia juga mengatakan kekagumannya kepada Vladimir Putin, Presiden Rusia yang kini menduduki Ukraina. Beberapa hal tersebut tentunya memicu kekhawatiran di kalangan pro-Ukraina, termasuk Joe Biden.
Melansir Voice of America, Biden berencana untuk mendesak Trump agar pemerintahannya mendatang tidak meninggalkan Ukraina. Menurut penasihat keamanan nasional, Jake Sullivan, rencana Biden itu akan dibahas dalam pertemuannya dengan Trump pada Rabu (13/11/2024), waktu setempat.
Editor: Iswara N Raditya