Menuju konten utama

7 Teknologi Tidak Ramah Lingkungan, Dampak, dan Solusinya

Teknologi tidak ramah lingkungan kerap kali berasal dari bahan bakar fosil yang berdampak negatif bagi kehidupan. Lalu, apa contohnya? Ini penjelasannya.

7 Teknologi Tidak Ramah Lingkungan, Dampak, dan Solusinya
Ilustrasi contoh teknologi tidak ramah lingkungan: Air Conditioner (AC). foto/istockphoto

tirto.id - Teknologi tidak ramah lingkungan menjadi isu penting dalam kehidupan manusia. Dampak buruk dari teknologi itu terhadap perubahan iklim semakin nyata.

Kenaikan suhu global, cuaca ekstrem, dan bencana alam yang semakin sering terjadi, membuat banyak negara menyadari perlunya tindakan segera. Semua itu secara tak langsung merupakan efek dari penggunaan teknologi tidak ramah lingkungan.

Akan tetapi, kesadaran masyarakat akan dampak negatif penggunaan teknologi tidak ramah lingkungan belum begitu merata. Hal ini bisa disebabkan oleh minimnya pengetahuan akan jenis-jenis teknologi.

Lalu, mengapa dikatakan tidak ramah lingkungan? Teknologi bisa disebut tidak ramah lingkungan jika berdampak buruk terhadap ekosistem makhluk hidup, baik dalam hal produksi maupun pemakaiannya.

Contoh Teknologi Tidak Ramah Lingkungan dan Dampaknya

Contoh teknologi tidak ramah lingkungan adalah perangkat teknologi yang menyebabkan adanya efek negatif dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Lantas, apa saja tepatnya contoh teknologi tidak ramah lingkungan? Dan apa saja dampak negatif dari teknologi tidak ramah lingkungan?

Berikut ini adalah 6 contoh teknologi tidak ramah lingkungan dan dampaknya:

1. Semprotan Gas Aerosol

Semprotan gas aerosol, yang ditemukan dalam produk seperti parfum dan semprotan pengharum ruangan, berkontribusi signifikan terhadap pencemaran lingkungan. Bahan dari semprotan ini juga telah dilarang sejak 1989 karena bahaya yang ditimbulkannya.

Meski penggunaannya cukup memudahkan, namun cenderung merusak lapisan ozon, yang mengakibatkan cahaya matahari tidak terfilter dengan baik. Alhasil, kondisi itu membuka potensi timbulnya penyakit kanker, di samping menyebabkan perubahan iklim dan cuaca.

2. Pestisida Sintetis

Pestisida sintetis memang acap digunakan di bidang pertanian. Namun, bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya dapat berdampak negatif pada lingkungan dengan menyebabkan penurunan kesuburan tanah akibat residu yang sulit terurai. Penggunaannya juga mengganggu ekosistem alami, termasuk memusnahkan organisme pengendali alami dari hama, serta berisiko buruk bagi kesehatan manusia jika terhirup.

3. Lampu LED

Lampu LED dinilai lebih hemat listrik dibanding bohlam. Hal ini berkaitan dengan jumlah watt yang diproduksi.

Namun, penggunaan lampu LED yang berlebihan, terutama jika dinyalakan terus-menerus, berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Lampu LED memancarkan radiasi infra merah yang, jika terpapar terlalu lama, dapat menyebabkan risiko kesehatan seperti kanker pada manusia. Pada hewan dan organisme lain, dampaknya bisa lebih serius, termasuk kematian.

4. Kendaraan BBM

Kendaraan bermotor, seperti mobil dan motor yang menggunakan bahan bakar fosil, memang membantu mobilitas manusia. Namun, jenis kendaraan itu dapat merusak keseimbangan lingkungan dengan menyumbang 15-20 persen polusi udara.

Penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan semakin memperburuk masalah ini. Pasalnya, banyak kendaraan masih menggunakan bahan bakar fosil, yang menghasilkan gas berbahaya seperti karbon monoksida dan karbon dioksida, sehingga merugikan lingkungan dan organisme.

5. Kendaraan listrik

Contoh teknologi ramah lingkungan berikutnya adalah kendaraan listrik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan produksi baterai dan proses pengisian dayanya.

Dalam penggunaannya, emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan listrik memang lebih sedikit dibanding kendaraan BBM. Namun, dampak negatif tidak terhindarkan jika pengisian daya listrik baterai mayoritas masih memanfaatkan pembangkit listrik bertenaga batu bara.

Belum lagi membahas terkait bahan baku baterai kendaraan listrik. Dilansir New York Times, penambangan kobalt, litium, dan nikel, sangat erat dengan kerusakan lingkungan dan hak asasi manusia. Sebagai contoh, 70 persen pasokan kobalt dunia ditambang di Kongo, yang melibatkan banyak pekerja anak-anak. Begitu juga dengan nikel yang dikeruk di Indonesia.

6. Air Conditioner (AC)

Penggunaan AC secara terus-menerus tidak hanya menyebabkan pemborosan listrik, tetapi juga berdampak buruk bagi lingkungan, seperti pemanasan global. Apalagi, perubahan iklim yang tidak menentu disebabkan oleh bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, termasuk CFC yang digunakan dalam mesin AC.

Banyak gedung kini memiliki 3 hingga 5 AC dalam satu ruangan. Kondisi ini tentu berkontribusi pada radiasi ultraviolet B dan UV sehingga berpotensi menurunkan imunitas tubuh dan mengganggu kesehatan.

7. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Pembangkit listrik tenaga diesel berkontribusi terhadap polusi lingkungan karena menggunakan bahan bakar solar. Jenis bahan bakar ini menghasilkan asap berbahaya selama proses produksi listrik. Oleh karena itu, akan lebih baik bila mulai beralih ke panel surya sebagai alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan.

Solusi untuk Teknologi Tidak Ramah Lingkungan

Penggunaan teknologi tidak ramah lingkungan memang tidak serta merta langsung bisa dikurangi. Butuh waktu dan adaptasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap teknologi tidak ramah lingkungan.

Solusi teknologi tidak ramah lingkungan bisa dicari dengan beralih ke teknologi ramah lingkungan. Lantas, apa saja contoh dari teknologi ramah lingkungan? Sebut saja panel surya, biopori, turbin angin, hingga pembangkit listrik tenaga air. Berikut adalah solusi untuk teknologi tidak ramah lingkungan:

1. Cari Baterai yang Tahan Lama

Mengurangi konsumsi energi merupakan bagian penting dari upaya mewujudkan ramah lingkungan. Semakin lama daya tahan baterai perangkat, semakin berkurangnya frekuensi untuk mengisi baterai tersebut.

Beberapa teknologi dilengkapi dengan kemasan yang menunjukkan sedikitnya energi yang dikonsumsi. Di Amerika Serikat, teknologi yang mencantumkan simbol ENERGY STAR menunjukkan bahwa teknologi itu hemat energi.

2. Pilih Aksesoris yang Ramah Lingkungan

Teknologi ramah lingkungan bukan hanya tentang teknologi itu sendiri, melainkan juga aksesoris yang ada pada teknologi itu, misalnya casing.

Casing sangat penting untuk melindungi teknologi, tetapi tidak semuanya terbuat dari bahan ramah lingkungan. Karena itu, pilih casing yang dapat dibuat dari bahan daur ulang.

3. Cari Tahu Masa Pakai Teknologi

Teknologi dengan masa pakai lebih lama dapat mengurangi beban pada lingkungan. Sebab, permintaan yang lebih sedikit untuk produk baru akan mengurangi eksploitasi terhadap sumber daya alam.

Sebelum membeli suatu perangkat teknologi, usahakan untuk mencari tahu lebih dulu masa pakai teknologi tersebut. Memilih produk yang tahan lama dapat menjaga kelestarian lingkungan dan menghemat sumber daya dari potensi dikeruk sebagai bahan baku produksi teknologi.

4. Daur Ulang atau Sumbangkan

Teknologi akan kedaluwarsa jika tidak berfungsi dengan benar. Menjual, memperbaiki, atau menyumbangkan teknologi bekas, dapat mencegah timbulnya sampah teknologi. Bahkan, jika teknologi itu rusak parah, masih ada bagian-bagian yang dapat dipelihara orang lain.

Oleh karena itu, pertimbangkan untuk menyumbangkan teknologi bekas atau mencari program daur ulang lokal, alih-alih sekadar membuangnya ke tempat sampah.

5. Perhatikan Bahannya

Bahan penyusun sebuah produk teknologi sangat memengaruhi lingkungan. Beberapa bahan bersifat racun atau memerlukan banyak sumber daya. Teknologi yang dibuat dengan bahan ramah lingkungan cenderung lebih baik. Selain itu, lebih sedikit bahan, lebih baik bagi lingkungan.

6. Bijak dalam Konsumsi Energi

Baterai perangkat teknologi yang sudah terisi penuh saat sedang di-charge tentu mesti dicabut. Hal ini berpengaruh pada ketahanan teknologi tersebut dan meminimalkan konsumsi energi.

Daripada membiarkan perangkat teknologi itu tetap terpasang sepanjang malam, tetapkan jadwal pengisian daya untuk menghemat energi. Teknologi yang tidak digunakan juga dapat dicabut untuk menghemat energi.

Baca juga artikel terkait ENERGI atau tulisan lainnya dari Ahmad Yasin

Kontributor: Ahmad Yasin
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Fadli Nasrudin