Menuju konten utama

Sosok Reno Korban Hilang sejak Demo & Ditemukan di Kwitang

Simak sosok Reno Syahputra, korban hilang sejak meletusnya gelombang demo dan ditemukan tewas di Kwitang. Bagaimana pengakuan keluarga terkait sosoknya?

Sosok Reno Korban Hilang sejak Demo & Ditemukan di Kwitang
Gedung Astra Credit Companies (ACC), di Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. FOTO/Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Reno Syahputra Dewo (24), korban hilang sejak demo akhir Agustus 2025 lalu, dinyatakan polisi telah ditemukan dalam keadaan tewas terbakar di Gedung Astra Credit Companies (ACC) Kwitang. Seperti apa sosoknya?

Pengumuman penemuan kerangka manusia di Kwitang oleh Polisi pada Jumat (7/11/2025). Dalam keterangan polisi, salah satu dari dua kerangka manusia yang ditemukan di gedung ACC Kwitang merupakan Reno.

Identifikasi itu disampaikan polisi setelah melakukan tes DNA untuk mengecek kecocokan DNA kedua mayat itu dengan keluarga korban.

Sebelumnya, Reno Syahputra Dewo merupakan salah satu orang yang dinyatakan hilang dalam unjuk rasa akhir Agustus 2025 lalu.

Reno dan satu orang lain bernama Muhammad Farhan Hamis (23) lalu menjadi dua orang terakhir yang dinyatakan ditemukan sejak unjuk rasa akhir Agustus di Jakarta. Namun keduanya ditemukan tewas di tempat yang sama.

Lantas, bagaimana sosok Reno Syahputra Dewo di mata keluarganya?

Pengakuan Keluarga soal Sosok Reno

Reno Syahputra Dewo merupakan pemuda yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Sejak 2022 lalu, Reno pergi merantau ke Jakarta.

Di Jakarta, ia tinggal bersama saudaranya di kawasan Jakarta Timur. Tempat kerja Reno ada di Cikarang.

Paman Reno, Jemmy Yunianto (44), memberikan keterangan kepada wartawan di rumah duka pada Minggu (9/11) lalu, menyebut bahwa pihak keluarga mengenal Reno sebagai anak yang pendiam.

Jemmy menyebut Reno sebagai anak yang "mager" atau malas gerak, ketika mengenang kebiasaan almarhum yang kerap kali tak mau diajak pergi.

Oleh karenanya, ketika mendapatkan informasi bahwa Reno ikut terlibat dalam aksi unjuk rasa sebagai massa aksi, Jemmy mengaku tidak tahu kejelasannya seperti apa.

Jemmy bahkan menduga kalau Reno datang ke lokasi unjuk rasa sekadar penasaran dengan unjuk rasa besar di Jakarta, mengingat tak ada unjuk rasa berskala sama di Surabaya.

Ketika unjuk rasa terjadi pada 29 Agustus 2025, Reno disebut Jemmy sempat berkomunikasi dengan ayahnya, Muhammad Yasin, melalui video call.

Kala itu, Reno mengabarkan adanya aksi unjuk rasa. Ia juga sempat meminta uang Rp50 ribu untuk makan. Namun, setelah sambungan terputus, Reno tak pernah menghubungi keluarganya lagi, hingga kini.

Sementara itu, kepolisian menyebut bahwa tidak ditemukannya tanda kekerasan pada kerangka yang ditemukan di Kwitang, termasuk kerangka yang diduga adalah Reno.

Hal itu dijelaskan Kepala Laboratorium Dokpol Polri, Brigjen Sumy Hastry Purwanti.

"Memang di situ tidak ada kekerasan pukul, cedera, terjatuh atau jatuh, seperti itu. Memang kelihatan dari sisa-sisanya organ dalam pun karena terbakar, sehingga kami bisa menulis sebab kematiannya karena terbakar," kata Sumy dalam konferensi pers pada Jumat.

Menurut keterangan Komisioner Komnas HAM, Saurlin P. Siagian, kedua kerangka manusia yang ditemukan di gedung ACC Kwitang itu diduga terjebak di lantai dua gedung ketika bangunan itu terbakar.

Meskipun sulit dipastikan, Saurlin menyatakan bahwa keduanya diduga tidak bisa menyelamatkan diri lantaran ada jerjak besi permanen di lantai itu.

"Kalau terjadi kebakaran dari bawah, panas naik ke atas, orang tidak bisa escape [kabur]," tutur Saurlin kepada Tirto pada Senin (10/11).

Menurutnya, hal itu juga yang membuat kondisi kedua kerangka yang diduga Reno dan Farhan dapat terbakar hingga hangus.

"Situasinya memang sangat memprihatinkan. Secara visual pun sulit dijelaskan secara detail, karena yang tersisa hanya tengkorak dan tulang yang menggosong," katanya.

Di sisi lain, keputusan polisi untuk memutuskan sebab kematian Reno dan Farhan sebagai terbakar dinilai sejumlah pihak terlalu dini.

Salah satunya adalah Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid. Menurutnya, proses investigasi atas penemuan kerangka di Kwitang perlu melibatkan investigasi independen.

"Perlu ada sebuah tim forensik independen untuk memastikan keluarga korban memperoleh keterangan yang lengkap dan benar. Jika CCTV memang rusak, perlu ada investigasi lebih lanjut untuk memastikan bahwa kerusakan tersebut tidak disengaja," katanya kepada Tirto pada Senin.

Hal itu, jelasnya, diperlukan mengingat situasi yang melatari insiden terbakarnya gedung ACC di Kwitang, yakni kemarahan publik kepada Brimob atas tewasnya Affan Kurniawan.

"Ada situasi yang antagonistik antara rakyat dan negara, khususnya dengan kepolisian, untuk kasus Kwitang," katanya.

Menurut Usman Hamid, situasi itu membuat ada risiko adanya tindak pidana dibalik kematian Reno dan Farhan.

Baca juga artikel terkait UNJUK RASA atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan