Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Sorot Politik Ganjar dan Anies Baswedan di Mimbar Masjid UGM

Nama Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sempat jadi trending topic di media sosial usai mengisi ceramah di masjid kampus UGM.

Sorot Politik Ganjar dan Anies Baswedan di Mimbar Masjid UGM
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengisi ceramah shalat taraweh di Masjid Kampus UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (7/4/2022). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.

tirto.id - Masjid kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta selama Ramadan mengundang sejumlah tokoh politik. Dua di antaranya adalah gubernur yang namanya selalu masuk dalam bursa survei kandidat calon presiden pada Pemilu 2024, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Nama keduanya bahkan menjadi trending topic di media sosial setelah berbicara seusai salat tarawih di masjid almamater mereka.

Walaupun ada nama lain seperti Mahfud MD, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil, tapi masih tertimbun oleh topik pembahasan Ganjar dan Anies. Terlebih saat mereka berdua memberikan pidato, ada sejumlah peristiwa menarik yang menyertainya.

Dari dua tokoh alumni UGM tersebut, Ganjar menjadi orang pertama mendapat kesempatan memberi ceramah. Ia mengisi kegiatan di masjid kampus UGM pada Rabu (6/4/2022). Tema yang diberikan panitia adalah “Menuju Efektivitas dan Efisiensi Birokrasi di Indonesia.” Namun bukan itu yang membuatnya menjadi perhatian.

Aksi sejumlah mahasiswa yang berbaur di antara jemaah dengan membawa spanduk, bertuliskan '#SaveWadas' yang membuat nama Ganjar mencuat di perbincangan warganet. Pada saat melihat adanya aksi unjuk rasa di tengah ceramahnya, Ganjar nampak terkejut. Hal itu terlihat dari ekspresinya dalam video yang diunggah akun media sosialnya.

“Ada yang membawa spanduk mungkin mau menuliskan bahwa saya tidak apa-apa, karena itu bagian dari exercise politik," kata Ganjar di atas mimbar.

Saat mengucapkan hal tersebut, Ganjar menuai apresiasi dari jemaah dengan tepuk tangan. Kemudian, dia meminta para mahasiswa itu untuk mengangkat spanduk #SaveWadas tersebut lebih tinggi. Sehingga bisa dilihat dari jarak kejauhan oleh jemaah lain yang ada di dalam masjid.

“Diangkat saja mas tidak apa apa, ini bagian dari salat tarawih yang selalu menarik di UGM. Inilah demokrasi,” ujarnya yang kembali disambut tepuk tangan.

Dari video yang beredar, Ganjar langsung dikerubuti oleh jemaah saat selesai salat tarawih. Bahkan Ganjar seakan dikepung hingga saat masuk ke mobil. Wartawan yang sedianya menunggu untuk wawancara menjadi kehilangan momen untuk doorstop.

Tepat sehari setelahnya, ada Anies Baswedan yang kebagian tema ceramah “Pengelolaan Kota Berbasis Environmental Sustainability dalam Perspektif Islam.” Sesaat sebelum Anies berdiri di atas mimbar, panitia memberikan pengumuman bahwa tidak boleh ada tepuk tangan dan spanduk yang diangkat saat ceramah. Sebagai bentuk evaluasi dari hari sebelumnya.

“Dilarang bertepuk tangan dan mengangkat spanduk saat sesi ceramah berlangsung,” kata panitia. Pengumuman tersebut disambut dengan tepuk tangan yang semakin kencang dengan tawa bersamaan. Seakan tidak mengindahkan peringatan dari panitia.

Saat Anies memberikan ceramah, jumlah jemaah bertambah dua kali lipat dari kapasitas masjid. Terlihat mereka melaksanakan salat hingga memenuhi area kolam, tempat wudhu dan taman. Akibatnya sesi ceramah yang seharusnya dilaksanakan saat selesai salat Isya' diundur menjadi setelah salat tarawih.

Selama ceramah tidak ada hal yang menonjol yang disampaikan oleh Anies atau kejadian serupa seperti yang dialami Ganjar. Namun seusai memberikan ceramah, Anies dikepung oleh jemaah sembari meminta foto dan meneriakkan “presiden, presiden.” Suara tersebut kompak diteriakkan oleh mereka yang ada di dalam masjid hingga menggema beberapa ratus meter dari area Masjid Kampus UGM.

Menanggapi hal itu, Anies hanya memberikan ucapan terima kasih dan menganggapnya sebagai suatu sambutan yang hangat di almamater dan juga kampung halamannya. Serta masih akan tetap fokus bekerja di Jakarta sembari menunggu masa akhir jabatan hingga 6 bulan mendatang.

“Saya merasa senang atas apresiasi teman-teman di sini, doakan saya 6 bulan bisa khusnul khotimah, dan saya doakan anda yang kuliah bisa tuntas," kata Anies.

SaveWadas Ganjar Pranowo

Spanduk #SaveWadas di Tengah Ceramah Ganjar di Masjid Kampus UGM. Youtube/Ganjar Pranowo

Selain Ganjar dan Anies, masih ada beberapa nama tokoh yang namanya juga masuk dalam survei capres-cawapres 2024, yang mengisi kultum tarawih di masjid UGM. Misal Mahfud MD yang menyampaikan tema ceramah “Titik Temu Nasionalis-Islam dan Nasionalis-Sekuler dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.”

Dalam ceramah itu yang menjadi pembicaraan publik saat dia menyebut haram untuk mendirikan negara seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW.

“Kita nggak bisa dan dilarang membentuk negara seperti yang dibentuk oleh nabi, enggak boleh. Haram hukumnya,” kata Mahfud MD yang menuai beragam komentar dari sejumlah kalangan masyarakat.

Selain itu, ada Ridwan Kamil yang menyampaikan ceramah dengan tema “Perencanaan Pembangunan Nasional untuk Indonesia Berkemajuan.” Dalam kesempatan itu, sosok yang akrab disapa Kang Emil ini menyampaikan undangan ceramah UGM menjadi prioritas baginya meski diketahui dari media sosial bukan surat undangan.

“Saya ini tahu undangan dari Twitter, bukan dari surat undangan, heboh dulu ke UGM. Tapi bagaimana, kalau nolak saya nggak enak, nanti kalau tidak dicoblos bagaimana?” kata Emil disambut gemuruh tawa para jemaah.

Sementara Sandiaga Uno, yang juga diundang ceramah di masjid kampus UGM tidak hadir. Ia hanya muncul dalam video ceramah yang dikirimkan kepada panitia.

Efek Ceramah Ganjar dan Anies di Media Sosial

Nama Ganjar dan Anies di media sosial saling beradu panggung. Meski keduanya hanya pasif, namun pengikut mereka di jagat maya sangat aktif mencuitkan sejumlah efek positif dari hasil ceramah di masjid kampus UGM.

Menurut analisa pakar media sosial dan pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, antara Ganjar dan Anies memiliki topik pembahasan yang berbeda di dunia maya. Misalnya, Ganjar yang disorot karena isu Wadas, dan Anies karena teriakan presiden.

“Isu Wadas menjadi penyumbang sentimen negatif terhadap Ganjar saat ceramah di masjid kampus UGM. Banyaknya simpatisan Wadas di Yogyakarta mulai dari aktivis sampai mahasiswa menjadikan suasana ceramah Ganjar diwarnai aksi demo dengan pembentangan spanduk terkait Wadas," kata Ismail.

Sementara itu, kata dia, “Aktivitas Anies ceramah di masjid UGM dan diteriaki presiden oleh masyarakat menjadi momentum pro Anies untuk amplifikasi peristiwa tersebut. Peristiwa tersebut cenderung tidak mendapatkan respons negatif dari oposan Anies karena mereka cenderung kritik Anies terkait kinerjanya sebagai gubernur DKI.”

Dari temuan itu, kata Ismail, Anies menjadi paling banyak disebut namanya dengan jumlah 14.893 penyebutan di seluruh platform media sosial. Adapun Ganjar berada di bawahnya dengan angka 9.482 penyebutan di seluruh media sosial.

“Ini adalah hasil analisa dari tanggal 4 hingga 8 April 2022,” kata Ismail.

Ia menyebut ramainya nama Ganjar dan Anies merupakan suatu hal yang organik dari akun asli.

“Terlihat dari banyaknya akun yang membagikan video saat situasi terjadinya ceramah di media sosial, baik dari akun resmi Ganjar dan Anies atau akun masyarakat lainnya yang menumbuhkan sentimen positif," ujarnya.

Dari pengamatannya itu, ada semacam pola menjatuhkan antarpendukung di media sosial. Pendukung Ganjar memiliki kecenderungan menjatuhkan Anies dengan sejumlah statement negatif seperti menyebut isu Formula E saat video Anies diteriaki presiden viral.

“Sedangkan Ganjar lebih banyak dijatuhkan oleh golongan pendukung Wadas yang hingga saat ini tidak memiliki afiliasi politik dengan tokoh manapun,” kata dia.

Ismail menambahkan, di ruang dunia maya hanya dua nama tersebut yang sangat kuat dibicarakan. Sedangkan tokoh lainnya seperti Ridwan Kamil dan Mahfud MD masih sepi dari topik.

“Mahfud MD tidak masuk karena saat ini intensitas publik tidak banyak mengarah kepadanya. Sedangkan Ridwan Kamil tidak ada kejadian unik yang bisa membuatnya menjadi sorotan,” kata Ismail.

Ganjar & Anies di Lingkungan UGM

Penyambutan Anies saat mengisi ceramah dengan teriakan presiden di masjid UGM dinilai bukan suatu hal yang menakjubkan oleh Dosen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintah UGM, Abdul Gaffar Karim. Menurut dia, jemaah tarawih saat itu sudah memiliki corak kecenderungan untuk memilih Anies menjadi presiden.

“Karena pendengar kultum tarawih Anies Baswedan sudah segmented dan lebih dekat dengan Anies Baswedan daripada Ganjar," kata Gaffar kepada reporter Tirto.

Gaffar mengatakan, Anies memiliki sejarah yang panjang dengan masjid kampus UGM dan juga Jamaah Shalahuddin yang aktif berkegiatan di masjid tersebut.

“Anies lebih sering diundang daripada Ganjar, sehingga kalau Anies yang berbicara sudah menjadi hal lumrah dan sering sebelumnya,” kata Gaffar.

Sementara Ganjar dinilai menjadi unik untuk berbicara di mimbar kultum tarawih masjid kampus UGM. Sebab, kata dia, sebelumnya Ganjar lebih sering mengisi acara kegiatan di luar masjid dan saat ini masih menjabat sebagai Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama).

“Adapun segmentasi Ganjar lebih banyak di luar masjid terlebih dia menjabat sebagai Ketua Kagama. Hal itu dapat dilihat saat dia memimpin kegiatan Nitilaku, gerak jalan pawai budaya yang dimulai dari Keraton Yogyakarta menuju Gedung Pusat UGM. Di sini terlihat pemilih Ganjar lebih banyak,” kata Gaffar.

Sedangkan nama lain, seperti Mahfud MD dan Ridwan Kamil, kata Gaffar, tidak terlalu berdampak besar saat kultum tarawih lalu.

“Seperti Pak Mahfud, beliau mengisi kultum tarawih sudah menjadi jadwal rutin, dari saat menjadi menteri di era Gus Dur hingga saat ini. Sehingga biasa saja, bahkan coraknya lebih seperti kiai daripada kampanye politik,” kata dia.

“Sedangkan Ridwan Kamil juga masih belum terlihat adanya dampak politik, namun dia sudah berupaya mendekati UGM seperti menjadi pembicara di beberapa kegiatan seperti Future Leader yang digelar oleh fisipol," imbuhnya.

Gaffar menekankan bahwa masjid kampus UGM tidak memiliki tendensi untuk mengundang seseorang karena memiliki maksud politik. Karena proses pemilihan nama penceramah dilakukan dalam tempo yang lama dan dengan konsultasi oleh pembina.

“Secara umum kegiatan yang dilakukan di maskam (masjid kampus) memberi panggung untuk orang non ustaz untuk membicarakan berbagai topik dengan frame keagamaan. Hal ini sudah sering dilakukan sejak dulu, dari pejabat hingga Panglima ABRI juga pernah diundang,” kata Gaffar Karim.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2024 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz