Menuju konten utama

Di Balik Kritik Amien Rais soal Perpanjangan Masa Jabatan Jokowi

Dedi sebut kritik yang disampaikan Amien Rais tidak ada yang baru. Ia menilai aksi Amien hanya sebagai upaya menggalang opini.

Di Balik Kritik Amien Rais soal Perpanjangan Masa Jabatan Jokowi
Amien Rais (tengah) bersiap menjalani pemeriksaan di Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (10/10/2018). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/18.

tirto.id - Mantan Ketua MPR RI Amien Rais kembali mengkritik Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Kali ini, Ketua Majelis Syuro Partai Ummat itu mengritik lewat dua video unggahannya yang berjudul “Duet Jokowi Luhut Tidak Kita Perlukan Lagi” dan “Jika Duet Jokowi-Luhut Lenggang Kangkung Merubah Konstitusi, Maka…”

Dalam video yang berdurasi rata-rata hampir 20 menit itu, Amien Rais melontarkan sejumlah kritik, tetapi secara garis besar menyinggung soal rencana jabatan lebih dari dua periode untuk Jokowi. Pada video pertama, Amien menegaskan Jokowi dan Luhut selaku rezim harus berakhir 2024. Ia minta tidak ada penggerakan massa seperti di zaman orde baru.

“Realitas politik kita sekarang ini yaitu duet Jokowi-Luhut yang selama ini menjadi simbol dan substansi rezim yang berkuasa sekarang ini, itu sesungguhnya jangan lupa harus berakhir pada Oktober 2024. Jadi setelah itu tidak boleh lagi ya 2 oknum ini lantas menggerakkan berbagai macam cara kebulatan tekad ala orde baru dulu,” kata Amien dalam video pertama.

Amien mengklaim era Jokowi-Luhut saat ini adalah rezim paranoid. Hal itu terlihat dari sikap pemerintah yang menggertak, mengancam dan mengerahkan massa. Amien lalu mengutip kejadian dukungan APDESI kepada Jokowi untuk 3 periode sebagai contoh penggalangan massa.

“Jadi saya kasihan terus terang melihat keadaan kita sekarang ini, dikerahkan seluruh lurah dari seantero Indonesia, nanti mungkin juga asosiasi-asosiasi tertentu, kemudian nanti eksponen bangsa petani, nelayan, buruh pegawai negeri, kemudian mungkin pensiunan-pensiunan dan lain-lain, tetapi saya kira ini sebuah cara yang kosong substansi, kemudian abal-abal tidak ada bobotnya. Karena apa? Karena ini sangat artificial," kata Amien.

Amien Rais pun menyinggung Jokowi dan Luhut sebagai pemimpin yang melanggar HAM. Ia mengungkit soal kasus kematian laskar FPI di KM 50 yang tidak terungkap secara jelas.

Amien juga menyindir soal aksi marah-marah Jokowi dalam gerakan aksi beli barang dalam negeri. Ia menilai, kesalahan menteri sama dengan kesalahan Jokowi sebagai pemimpin.

Di video kedua, Amien menyinggung soal Indonesia yang dikuasai oleh Cina di bawah kepemimpinan Xi Jinping. Amien menegaskan Indonesia tidak boleh didikte oleh Cina di bawah komando Partai Komunis Cina (PKC) sekaligus mengingatkan bangsa Indonesia adalah bangsa besar.

“Kita ini anak keturunan para pejuang, warrior, pejuang kemerdekaan, jangan sampai kita mau didikte oleh Chinese Communist Party," kata Amien di video kedua.

Kemudian, Amien menuding Jokowi dan Luhut akan mengubah konstitusi dan berkuasa 5 tahun lagi dengan menggunakan infrastruktur pemerintah. “Jadi Jokowi-Luhut dengan kemampuan birokrasinya, bahkan menggunakan aparat termasuk katakanlah backbonedefense kita, teman-teman TNI, Polri dan ASN dan kelompok-kelompok sosial dengan kekuatan uang, operasi intelijen, dengan segala macam gertak dan lain-lain bisa saja ini jadi kenyataaan,” kata dia.

Amien pun kembali memberi pesan agar Jokowi-Luhut berakhir di 2024. "Jadi yang saya ingin sampaikan harus kita waspada karena batas waktu akhir buat Jokowi-Luhut ya Oktober 2024," jelas Amien.

Di video kedua pula, Amien mengungkit soal janji Jokowi tetap menjadi gubernur dan tidak menjadi calon presiden pada 2014. Amien juga menyinggung soal pemerintah tidak bertindak tegas terhadap pelaku penghujat nabi Islam. Ia pun menyinggung soal UU Sisdiknas yang menghapus sistem madrasah sebagai bentuk ketidakberpihakan pemerintahan Jokowi pada Islam.

Ia juga menyinggung soal proyek ibu kota negara dengan perpanjangan periode pemerintahan Jokowi. “Jadi Pak Jokowi dan Pak Luhut ingat Oktober 2024 sudah selesai, sampun. Legacy Anda nanti tergantung. Kalau Anda bisa menyelesaikan misalnya IKN Nusantara di Kaltim itu misalnya bisa berhasil, ya dikenang, tapi kalau mangkrak apalagi, tentu lebih buruk lagi,” kata Amien.

Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara, Faldo Maldini justru mendoakan Amien Rais setelah keras mengkritik Jokowi dan Luhut. Ia memahami posisi Amien yang kerap kali berada di kubu oposisi dan kerap tajam ke Jokowi. Namun ia menilai kritik yang disampaikan Amien tidak ada yang baru.

“Terkait isi kontennya, saya kira sama kayak isu yang heboh di medsos saja. Tidak ada yang baru lah. Beliau ini alumnus program doktor Ilmu Politik Universitas Chicago, tentunya kita butuh pikirannya, bukan sekadar gosip politik saja," kata Faldo dalam keterangan, Senin (4/4/2022).

Faldo memastikan pemerintah tidak mempersoalkan pendapat publik, termasuk Amien Rais. Ia justru berharap Amien bisa beribadah dengan baik di bulan Ramadan.

“Silakan berpendapat, publik sudah paham mana yang sentimen personal dan mana yang argumen rasional. Kami harap memasuki bulan suci, kita semakin memperkuat ukhwah kita, selamat beribadah dan berpuasa untuk Pak Amien. Mohon maaf lahir dan batin," kata Faldo.

Upaya Menggalang Opini

Direktur Eksekutif IPO cum Dosen Komunikasi Politik Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah menilai, apa yang disampaikan Amien Rais tidak ada yang baru. Ia justru melihat aksi Amien sebagai upaya menggalang opini.

“Tidak ada yang baru dari pemikiran Amien Rais terkait pemerintahan Jokowi, ia konsisten menggalang opini jika Jokowi tidak perform dalam kepemimpinannya, terjadi banyak persoalan karena Jokowi terkesan hanya dikendalikan oligarki, bukan sebagai pengendali," kata Dedi kepada reporter Tirto.

Dedi menambahkan, "Hal itu juga yang membuat Amien menilai Jokowi cukup pada dua periode, agar situasi nasional, ekonomi, dan politik dapat segera diperbaiki oleh rezim penerus.”

Di saat yang sama, Dedi melihat bahwa upaya menyinggung Luhut sebagai hal wajar. Hal tersebut tidak terlepas dari langkah-langkah Luhut dalam kepemimpinan era Jokowi. "Ini barangkali yang dinilai Amien jika Jokowi sebenarnya bukan singa yang berpura-pura terlihat seperti singa," tutur Dedi.

Aksi Amien, kata Dedi, adalah upaya untuk mengkritik dengan konsep ketokohan politik. Ia tidak memungkiri kritik berkaitan dengan posisi Amien saat ini sebagai pendiri Partai Ummat. Motifnya bisa diarahkan untuk menyasar calon pemilih Ummat. “Meskipun, dari sisi lain kritik Amien lebih mewakili dirinya sendiri sebagai tokoh senior bangsa," kata Dedi.

Akan tetapi, Dedi pesimistis kritik Amien akan diterima publik. Alasannya, publik lebih memikirkan isu kebutuhan mendesak daripada isu yang dibawa Amien Rais.

“Keberhasilan menggaet pilihan publik cukup kecil, bahkan bisa saja tidak berdampak, kondisi publik hari ini lebih banyak tidak terpengaruh oleh isu wacana, publik lebih mudah dipengaruhi dengan isu yang nyata ada, semisal harga kebutuhan yang mahal, sulitnya mencari pekerjaan, dan lainnya,” kata Dedi.

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati memandang, aksi Amien tidak terlepas dari upaya agar publik mengkultuskan kembali eks Ketua MPR itu.

“Motif Pak Amien berbicara demikian tentunya adalah mencari panggung politik dengan berposisi sebagai ‘guru bangsa’ maupun ‘mesias politik’," kata Wasisto kepada reporter Tirto, Senin (4/4/2022).

Wasisto menuturkan, aksi ini dilihat dalam sejumlah istilah. Pertama, ia melihat Amien sebagai politikus senior yang ingin Indonesia tidak keluar dari komitmen reformasi, terutama soal wacana 3 periode.

Istilah kedua, Amien ingin mengambil peran sebagai pemimpin oposisi utama yang mengkritik kebijakan presiden. Ia ingin memainkan peran seperti saat menjadi pelopor demokrasi yang berupaya menjatuhkan pemerintahan orde baru.

Di sisi lain, Amien sudah lama membangun blok politik anti-Jokowi. Keberadaan Jokowi, dalam kasus Amien, adalah alat untuk membuat mantan Ketua MPR itu tetap eksis di perpolitikan Indonesia.

“Artinya, AR (Amien Rais) memang membutuhkan sosok yang bisa dijadikan rival agar tetap bisa berkiprah dalam politik Indonesia seperti halnya rivalitas AR dengan Suharto maupun AR dengan Gus Dur," kata Wasisto.

Wasisto juga melihat aksi politik Amien tidak lepas dari upaya menggiring pemilih. Ia melihat pesan Amien yang berkutat soal komunisme dan islamophobia sebagai upaya menjaga polarisasi publik. Isu yang disampaikan Amien tergolong sensitif, tetapi bisa membuat eks Ketua Umum PAN itu menjadi penyelamat atau mesias bagi para pendukungnya. Aksi tersebut juga tidak terlepas dari upaya memetakan suara dan mengerek suara Pemilu 2024 untuk partai besutannya, Partai Ummat.

“Ada juga motif ke sana terutama dalam membesarkan Partai Umat agar bisa kompetitif di 2024,” kata Wasisto.

Baca juga artikel terkait AMIEN RAIS atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz