tirto.id - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyebut Indonesia targetkan bisa mencapai produksi gas bumi hingga 12 miliar kaki kubik atau billion cubic feet (BCF) per hari pada 2030. Begitu juga dengan produksi minyak, yang ditargetkan tembus 1 juta barel per hari pada tahun yang sama.
Mengenai hal itu, Dwi mengaku optimistis Indonesia akan dapat memenuhi target tersebut pada 2023. Hal ini karena Indonesia memiliki beberapa proyek migas raksasa, antara lain Geng North di kawasan Kalimantan Timur, Blok Masela di Maluku Tenggara Barta, serta Blok Andaman di Aceh. Selain itu, adanya dorongan atas proyek-proyek besar gas bumi yang tengah didukung pemerintah.
“Kita sangat yakin meningkat produksi gas akan sangat baik ke depan, dengan proyek-proyek besar seperti Geng North, Abadi masela, kemudian yang di Andaman itu kita yakin untuk pencapaian 2030-2031 12 billion cubic feet,” kata Dwi dalam Detikcom Leaders Forum yang bertajuk 'Masa Depan Energi RI, Jaga Ketahanan demi Kedaulatan' di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (11/9/2024).
“Sehingga kita yakinkan bahwa sampai 2030-2035 Indonesia masih akan over supply excess diproduksi gas,” lanjutnya.
Dwi mengatakan, saat ini produksi gas di Indonesia sudah bertumbuh sebesar 20 persen. Menurutnya, kenaikan angka tersebut masih bisa tumbuh apabila adanya infrastruktur yang sepenuhnya sudah terbangun.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah pembangunan pipa Cirebon Semarang (Cisem) yang sebelumnya pengerjaannya sempat molor. Proyek tersebut hingga saat ini masih dalam proses pembangunan.
“Kita Jawa Timur kelebihan 150 juta cubic feet per hari. Tapi nggak bisa mengalir karena dari Semarang ke Cirebon masih terputus,” ujarnya.
Dwi mengatakan, pemerintah akan membangun Pipa gas Dumai ke Sei Mangke (Dusem) sepanjang 555 km. Pembangunan tersebut akan dilakukan dengan menggunakan sumber pendanaan dari APBN dengan total investasi Rp7,8 triliun.
Di sisi lain, pandangan berbeda disampaikannya untuk produksi minyak Indonesia. Saat ini produksinya masih mengalami penurunan. Karena itulah, ia merasa pesimis untuk dapat capai target 1 juta barel per hari pada 2030.
“Kalau kita bicara apakah target ini realistis, untuk 2030, tentu tidak,” kata dia.
Kendati demikian, Dwi mengatakan jumlah penurunannya terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Menurutnya, secara akumulasi apabila dijumlahkan antara produksi gas dan minyak, keduanya telah mencatatkan kenaikan.
“Produksi minyak sebetulnya sudah 20 tahun lebih decline (menurun). Sekarang kita sedang mengurangi decline-nya dari 7 perse, 4 persen, kita sekarang tinggal 1 persen. Sehingga kalau kita gabung minyak gas sudah incline 1 persen,” katanya.
Editor: Anggun P Situmorang