Menuju konten utama

Sisi Lain Program Kartu Prakerja yang Dikritik Cak Imin

Denni menjelaskan pelatihan online bisa menjadi solusi untuk meningkatkan skills bagi penerima Prakerja dari daerah-daerah terluar Indonesia.

Sisi Lain Program Kartu Prakerja yang Dikritik Cak Imin
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) berbincang dengan penerima program kartu prakerja pada acara Cangkrukan Temu Alumni Kartu Prakerja di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/12/2023). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/wpa.

tirto.id - Hampir tiga tahun lebih sejak diluncurkan pada 13 April 2020, Kartu Prakerja berhasil menjalankan misinya menjadi program semi bansos di masa pandemi COVID-19. Program andalan Presiden Joko Widodo yang manfaatnya telah diterima belasan juta orang ini, diklaim menjadi best practice inovasi pelayanan publik sekaligus menjadi standar baru bagi kebijakan publik yang lain.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan Kartu Prakerja adalah sebuah model pertama dari program government to people. Ini juga merupakan program e-government yang pertama dilaksanakan di Indonesia bahkan di berbagai negara.

“Jadi, Kartu Prakerja adalah start-up e-government,” kata Airlangga dalam acara ‘3 Tahun Prakerja: Gebrakan Inovasi Pelayanan Publik’ yang digelar di Djakarta Theater, Rabu (15/3/2023).

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 113 Tahun 2022, Rapat Komite Cipta Kerja telah memutuskan bahwa mulai tahun ini, Prakerja akan dijalankan skema normal yang tidak lagi bersifat semi bantuan sosial. Ini diharapkan lebih difokuskan pada peningkatan keahlian dengan porsi biaya pelatihan yang lebih tinggi daripada insentif.

Para penerima Kartu Prakerja akan mendapat insentif setelah lolos seleksi dengan nilai total Rp4,2 juta per orang. Secara rinci, penerima Kartu Prakerja akan mendapatkan bantuan biaya pelatihan sebesar Rp3,5 juta. Mereka juga akan menerima insentif pasca-pelatihan sebesar Rp600.000.

Selain itu, ada insentif survei sebesar Rp50.000 per pengisian. Para penerima Kartu Prakerja akan diminta dua kali mengisi survei, sehingga totalnya menjadi Rp100.000.

“Setelah tiga tahun berfungsi sebagai program pelatihan dan bantuan sosial, pada 2023 Prakerja akan kembali ke skema normal. Program ini akan memfokuskan kembali tujuannya hanya sebagai program pembangunan keterampilan,” kata Manajer Komunikasi Publik Prakerja, Tito Sianipar, kepada Tirto, Jumat (8/12/2023).

Tito menyampaikan, dalam hasil riset lembaga penelitian, DEFINIT menunjukkan bahwa Program Kartu Prakerja memberikan manfaat positif bagi penerimanya. Temuan kebermanfaatan ini tidak hanya berlaku pada skema semi bansos 2020-2022, namun juga pada skema normal 2023.

Studi rapid assessment dilakukan terhadap para penerima dari gelombang 48-50 (tiga bulan pertama skema normal) dengan tiga tujuan. Pertama, memahami persepsi dan kepuasan para penerima terkait program dalam skema normal.

Kedua, mengetahui keunggulan dan keunikan proses bisnis Kartu Prakerja. Ketiga, memberikan rekomendasi kebijakan konstruktif mengenai implementasi skema normal ke depan.

Temuan utama dari hasil riset manfaat program menunjukkan bahwa sebanyak 95 persen setuju bahwa Kartu Prakerja meningkatkan peluang mendapat pekerjaan dan 83 persem menilai Prakerja dapat meningkatkan keterampilan kompetensi dan produktivitas.

Sementara temuan utama dalam skema program menunjukkan sebanyak 93 persen menyatakan besaran beasiswa pelatihan menarik, 87 persen menyatakan besaran insentif pasca pelatihan menarik, dan 77 persen memiliki preferensi pelatihan secara umum menggunakan mode online baik webinar maupun pembelajaran mandiri.

Untuk diketahui, jumlah peserta Program Prakerja di seluruh Indonesia sejak digulirkan pada 2020 hingga 2023 tercatat sebanyak 17,6 juta orang. Dari jumlah tersebut yang telah terdaftar dan mengikuti Program Prakerja, 40 persen masih menganggur dan selebihnya sudah memiliki pekerjaan. Adapun total anggaran yang dialokasikan kepada 17,6 juta tersebut mencapai Rp63 triliun.

Program Prakerja Tak Sesuai Rancangan Awal

Terlepas dari capaian baik tersebut, calon wakil presiden nomor urut dua, Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin, justru mengkritik Program Kartu Prakerja yang menurutnya tak sesuai dengan rancangan awal.

Cak Imin mengatakan, Kartu Prakerja yang menjadi program unggulan Jokowi direncanakan untuk memberikan kesempatan magang bagi peserta yang juga merupakan pencari kerja.

Namun, kenyataan di lapangan Program Prakerja berujung menjadi program menonton YouTube. Cak Imin menyindir dengan istilah menonton YouTube, tapi dibayar.

“Tujuan Prakerja itu untuk pemagangan sebetulnya. Lah, kok ini jadi nonton YouTube bayar yang sekarang ini,” kata Cak Imin di Aula Pandansari, Taman Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur pada Kamis (7/12/2023).

Menurut Cak Imin, problematika dunia kerja saat ini adalah terputusnya hubungan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Tugas pemerintah adalah menghubungkan keduanya. Cak Imin berpendapat bahwa pemerintah masih gagal dengan program Prakerja-nya.

“Nah, padahal itu urgensinya apa? Transisi antara dunia pendidikan lulusan SMK, SMA, S1 yang akan ke dunia kerja,” kata Cak Imin.

Dia menambahkan, dibandingkan anggarannya dihabiskan untuk membuat konten YouTube dan membayar penontonnya yang juga sekaligus peserta Prakerja, dia memilih agar peserta Prakerja ditempatkan di sejumlah perusahaan dalam sistem magang.

Diharapkan dengan program magang dalam durasi tiga hingga enam bulan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berguna bagi kebutuhan industri saat ini.

“Pemagangan ini orang tidak bisa belajar hanya dengan melihat, mencatat, tapi orang praktik. Tidak usah lama-lama soal tiga bulan, empat bulan, enam bulan tapi orang langsung bisa terfungsikan di industri,” kata Cak Imin.

Juru Bicara Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Billy David Nerotumilena, menjelaskan keinginan Cak Imin tentu berlandaskan pada program operasionalisasi visi-misi AMIN.

Dalam visi misinya, AMIN menjanjikan kepada masyarakat agar mudah dapat kerja. Dalam hal ini, pasangan nomor urut satu itu akan menciptakan 15 juta lapangan kerja baru, termasuk green jobs.

AMIN juga akan membuat Prakerja Plus dengan bantuan tunai dari Rp600.000 jadi Rp3 juta per tahun untuk pencari kerja, konsultasi gratis untuk perencanaan karier, dan lowongan kerja CASN, BUMN, dan swasta dalam satu kanal.

“Saat ini Program Prakerja diterima oleh penerima manfaat dalam bentuk cash Rp500.000 dan paket training online Rp3 juta," kata Billy kepada Tirto, Jumat (8/12/2023).

Billy menilai program training online yang diterima banyak pihak kurang bermanfaat, tidak sesuai dengan kebutuhan, dan peserta ikut hanya untuk mendapatkan insentif cash Rp500.000.

AMIN ingin agar penerima manfaat menerima cash diberi keleluasaan untuk memanfaatkannya. Bisa untuk training atau hal-hal lain, sesuai prioritas mereka.

“Banyak anak muda yang kena PHK, tidak bisa bergerak karena terhimpit urusan keuangan, apalagi banyak di antara mereka adalah generasi sandwich," kata dia.

Cash, kata Billy, bisa jadi dan diyakini lebih membantu bagi mereka. Jika ingin training online, mereka bisa juga mendaftarkan secara mandiri, memanfaatkan uang yang diterima.

“Intinya, AMIN ingin pilihan ada di kendali penerima manfaat, bukan pemerintah,” kata dia.

Respons Manajemen Prakerja

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, menyampaikan bahwa Prakerja bukan pelatihan nonton Youtube. Dia menjelaskan sebelum masuk ke ekosistem Prakerja, semua pelatihan di-assess terlebih dahulu oleh UI, UGM, Atma Jaya, USU, Unair, UII, UMY, atau Indonesia Mengajar. Setelah masuk ekosistem, pelaksanaannya masih dipantau oleh IPB, UMM, UNUSIA, Unhas, Undip, dan lain sebagainya.

Lebih jauh, Denni menjelaskan bahwa peserta Prakerja harus mengikuti pre-test, post-test, kuis, dan unjuk keterampilan sampai akhirnya mendapatkan sertifikat.

Asesmen, pre-test, post-test, dan sertifikat ini jelas tidak ada di YouTube,” ujar dia dalam keterangannya, Jumat (8/12/2023).

Menurut Denni, pelatihan online juga sudah sangat lumrah di zaman digital seperti sekarang. Dia mengklaim sudah banyak perusahaan teknologi pendidikan atau EdTech menawarkan pelatihan online termasuk universitas.

“Dan kita ini tidak melatih orang nonton YouTube,” ucap dia.

Denni juga menjelaskan bahwa pelatihan online bisa menjadi solusi untuk meningkatkan skills bagi penerima Prakerja dari daerah-daerah terluar Indonesia.

Denni lantas mencontohkan manfaat Program Prakerja diterima masyarakat. Misalnya, Noven, salah satu penerima dari Kabupaten Rote Ndao bercerita bahwa sebelumnya ia bekerja sebagai instruktur di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris ternama di Kupang yang kemudian di-PHK akibat pandemi. Dia kemudian mengambil pelatihan public speaking dalam Bahasa Inggris di Prakerja secara online.

Sekarang Noven menjadi freelancer, yang memberikan kursus Bahasa Inggris secara online kepada para profesional. Sudah lebih dari 1.000 profesional yang menggunakan jasanya. Bahkan ia bisa melakukan ini dari Rote karena internet.

Dasar Kemunculan Prakerja & PR Besar ke Depan

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan kemunculan Program Prakerja ini dasarnya isu ketenagakerjaan, di mana get skill antara angkatan kerja dan juga para pekerja tidak sesuai. Artinya kemampuan atau skill yang dimiliki angkatan kerja itu tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan ataupun keinginan yang di dipersyaratkan oleh pencari kerja.

“Hal ini yang kemudian menurut saya menjadi salah satu dasar munculnya Prakerja,” kata Yusuf kepada Tirto, Jumat (8/12/2023).

Menurut Yusuf, Kartu Prakerja ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan skill angkatan kerja. Kesempatan ini memberi peluang masuk ke lapangan kerja yang tersedia berkat skill yang telah mereka pelajari dari sistem tersebut.

Sayangnya, memang ketika belum lama di-launching, Program Kartu Prakerja ini harus dihadapkan pada COVID-19. Pada akhirnya karena adanya pembatasan aktivitas, maka salah satu bentuk pelatihan dari program ini dilakukan melalui instrumen media YouTube.

“Setelah pandemi berangsur membaik, saya kira Kartu Prakerja sudah juga mulai membuka instrumen pelatihan melalui media lain di luar YouTube," kata dia.

Dia mengakui bahwa tidak semua pelatihan kerja itu bisa dilakukan hanya dengan melalui media YouTube saja. Akhirnya ada beberapa pelatihan yang sifatnya teknis itu, membutuhkan tatap muka langsung yang kemudian masih menjadi pekerjaan rumah untuk ditambah dalam program tersebut.

Selain itu, Kartu Prakerja dinilai Yusuf juga masih punya pekerjaan rumah terkait cakupan penerima. Idealnya ketika Kartu Prakerja ini telah berhasil dalam meningkatkan skill angkatan kerja, maka program ini harusnya dipertimbangkan untuk diperluas dalam hati penerimanya kemudian bertambah.

“Tentu peningkatan peserta Kartu Prakerja ini juga perlu diimbangi dengan ketersediaan dan kebutuhan lapangan kerja saat ini,” tutur dia.

Misalnya, kata Yusuf, kebutuhan angkatan kerja untuk sektor industri saat ini mencapai 100.000 orang untuk diserap di sektor tersebut. Maka idealnya Kartu Prakerja menyediakan pelatihan dengan target sasaran angkatan kerja sebesar 100.000 orang.

“Sehingga ketika mereka kemudian ingin masuk ke lapangan kerja tersedia tersebut, mereka tidak terbengkalai skill-skill yang memang dibutuhkan untuk masuk ke sektor tersebut," ujar dia.

Terakhir, kata dia, yang tidak kalah penting juga adalah kesesuaian ataupun serapan dari lulusan Prakerja. Menurut Yusuf, ini juga perlu dilihat kembali dan dievaluasi. Artinya apakah skill yang mereka dapatkan itu bisa diaplikasikan terhadap pekerjaan yang mereka jalani saat ini atau di masa datang.

“Itu yang kemudian bisa menjadi salah satu acuan bahwa apakah program ini berhasil atau tidak dalam menjalankan perannya,” terang dia.

Baca juga artikel terkait PROGRAM KARTU PRAKERJA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz