Menuju konten utama

Cerita di Balik Capaian Alumni Prakerja & PR yang Perlu Dibenahi

Peneliti INDEF Nailul Huda menilai, pelatihan yang diberikan seharusnya mengarah pada tenaga kerja yang linier dengan kegiatan belajar formal.

Cerita di Balik Capaian Alumni Prakerja & PR yang Perlu Dibenahi
Konferensi internasional Inclusive Lifelong Learning Conference (ILLC) digelar di hotel Grand Hyatt di kawasan wisata Nusa Dua, Bali, Senin, 3 Juli 2023. tirto.id/Taher.

tirto.id - “Saya ditanya, kamu ngapain sih masih belajar? Kan, sudah lulus?"

Begitu cerita Mita (24) saat menceritakan pengalamannya mengikuti pelatihan pada 2021. Perempuan dengan nama lengkap I Gusti Ayu Paramita Candra Dewi ini bercerita bagaimana keluarga heran ia yang lulusan Akuntansi Universitas Udayana ini masih belajar dan ikut Program Prakerja meski sudah lulus kuliah.

Saat ditemui di daerah Jimbaran, Bali pada Selasa malam (4/7/2023), perempuan berkacamata ini menceritakan awal mula menjadi bagian alumni Program Kartu Prakerja. Ia mengatakan, semua berawal ketika temannya mendapat pelatihan gratis di bidang rias.

“Awalnya saya tidak tahu, kalau prakerja itu sekompleks ini. Saya tahunya ada temen saya bikin story, dia lagi pelatihan make up gratis. Saya mikirnya pelatihan gratis, jadi saya minta ajarin dan katanya gampang tinggal buka akun dan join saja,” kata Mita.

Usai mendaftar, cerita Mita, dirinya tidak serta-merta langsung diterima menjadi peserta Program Prakerja. Ia mengaku pertama kali mendaftar pada Januari 2021, tapi langsung ditolak.

“Pertama saya daftar lalu saya dinyatakan tidak lolos, lalu saya daftar lagi tidak lolos terus," kata Mita.

Meski beberapa kali gagal, Meta terus mencoba hingga September 2021. Ia bahkan sempat menanyakan kepada pihak Prakerja alasan dirinya selalu gagal. Belakangan, ia tahu jika dirinya tidak lolos karena masih berstatus mahasiswa sehingga tidak memenuhi kualifikasi.

Perempuan yang tinggal di Denpasar, Bali itu pun sampai meminta pihak kampus segera mengubah statusnya yang masih mahasiswa. “Terus wisuda Maret, terus kaya ada keterangan masih terdaftar di Kemendikbud. Saya telpon pihak kampus, saya tanyakan mengapa nama saya masih kecantol di Kemendikbud. Katanya belum ada penghapusan, katanya sekalian,” kata Mita.

Mita juga bercerita, dirinya tidak langsung bekerja setelah lulus kuliah. Ia lebih memilih fokus CPNS sambil berupaya ikut Program Prakerja. Meski masuk 5 besar di Bali, angka Mita tidak memenuhi kualifikasi lolos CPNS. Ia pun mengaku beruntung bisa ikut Prakerja karena memudahkan mendapatkan pekerjaan.

“Dari Januari lulus sampai dapat kerja di Desember itu jadi benar-benar tidak nyari kerja atau lamar kerja untuk CPNS, karena mikirnya bakal keterima di CPNS jadi mikirnya gak kerja. Nah setelah keterima prakerja, dapat sertifikatnya dan itu yang membuat aku mendapat kerja. Kalau gak ada itu, mungkin aku tidak dapat kerja karena tidak ada sama sekali [pengalaman] kerja," kata Mita.

Mita mengaku, dirinya mendapat saldo Rp1 juta saat pelatihan. Awalnya, ia hanya mengambil pelatihan make up dengan nilai Rp200 ribu. Setelah mengetahui bahwa ada saldo tersisa dan bisa digunakan lagi, Mita mengambil pelatihan marketing dan pelatihan akunting.

Meta akhirnya mendapat sertifikat dari pelatihan akunting. Hal ini menjadi modal Meta untuk melamar pekerjaan. Meta akhirnya menjadi konsultan keuangan di salah satu perusahaan pariwisata Bali.

Di saat yang sama, Mita mengaku kaget mendapat uang Rp600 ribu selama pelatihan. Ia akhirnya mendapat total benefit hingga Rp2,4 juta dari ikut Program Kartu Prakerja. Uang tersebut digunakan untuk pelatihan dan biaya mencari pekerjaan.

Kisah serupa diceritakan Agus Ariawan (29). Pria yang kini tinggal di Denpasar itu mengaku ikut angkatan pertama Program Prakerja. Sebelum menjadi konten kreator di platform Youtube, Agus adalah HRD di hotel. Begitu pandemi COVID-19 merebak pada 2020, hotel tempat dirinya bekerja mulai mengurangi para staf.

“Karena pandemi, hotel kan down banget, itu kan jadi staf-staf yang bisa kerja full 5 hari, 5 kali seminggu cuma 2 kali, 3 kali dan yang sudah habis kontrak kan di-cut. Akhirnya staf semakin sedikit kan? HRD masih dipertahankan. Paling cuma bertiga. 2 di-cut, tinggal saya," kata Agus.

Pihak manajemen hotel lantas meminta Agus untuk ikut program Kartu Prakerja. Mereka ingin agar Agus membagikan pengalaman kepada para pegawai yang diberhentikan dan bisa ikut program yang sama.

Begitu mendaftar, Agus beruntung langsung diterima pada Maret-April 2020. Pria yang sudah memiliki sekitar 200 ribuan subscriber di Youtube itu mengambil 4 pelatihan, yakni menjadi Youtuber Profesional, cara berjualan online di Instagram, editing Photoshop hingga pelatihan AutoCAD.

Kala itu, Agus mengambil kelas Youtuber Gita Savitri. Ia memilih kelas Youtuber karena sudah punya akun Youtube dengan subscriber hanya 300 orang.

Pria yang juga tinggal di Denpasar ini tidak memungkiri pelatihan yang diambil membantu perkembangan akun Youtubenya. Ia mengaku konten mulai bergeser dari konten travel di Bali dan tips and trick menjadi konten yang lebih menarik. Ia mulai fokus pada konten Prakerja sebagai salah konten utama.

Alhasil, pengunjung yang menonton kontennya mencapai 50-100 orang penonton di awal setelah pelatihan sekitar 2 hari dengan waktu pelatihan 3-4 jam. Kemudian, konten yang dibuat mencapai 20-30 sehari.

“Akhirnya saya buat terus, saya lolos, saya bantu kedua, cara beli pelatihan, semakin ramai lagi," kata Agus.

Agus mengatakan, kemampuan mengelola video pun semakin baik setelah ikut konten prakerja. Ia belajar cara memikat penonton, seperti video awal, hingga tahapan membuat video. Ia juga belajar soal script video hingga membalas komentar di channel-nya. Ia tidak memungkiri banyak peserta yang mengeluhkan masalah penerimaan Prakerja.

“Karena banyak yang bertanya, akhirnya saya buatkan grup Telegram, hampir 5000 anggota. Di sana mereka sering share case atau masalah yang ditemui di Prakerja. Dari situ saya cari info hubungi CS," kata Agus.

Agus mengatakan, kenaikan jumlah subscriber dari 300 subscriber menjadi 200 ribuan dalam kurun waktu 2 tahun mengubah hidupnya. Ia pun memutuskan mundur dari hotel pada Desember 2021 karena kesibukan sebagai content creator.

Ia bercerita dapat kontrak dengan beberapa perusahaan sebagai content creator hingga bekerja sama dengan perusahaan affiliate video. Ia mengaku penghasilan naik hingga 5 kali lipat daripada sebagai content creator.

Selain mendapat penghasilan lebih, Agus sudah memiliki usaha laundry yang berjalan selama setahun terakhir. Ia akhirnya bisa membeli rumah di Denpasar. Ia tidak menyangka uang hasil pelatihan Prakerja dan Youtube bisa membuatnya membeli rumah.

Agus juga bercerita dirinya tidak selamanya mendapat nikmat. Ia mengaku pernah dihujat oleh content creator lain dengan bahasa kasar suatu daerah hingga membuatnya enggan membuka akunnya. Beberapa orang yang mendukung konten milik Agus pun sempat menawarkan 'balasan', tetapi ditolaknya. Akan tetapi, ia tidak menyangka bisa dibela di dunia maya.

Agus pun mengaku ada beberapa orang yang juga mengalami kehidupan lebih baik. Salah satu kawan Agus di hotel naik kelas dari security senior menjadi head of security hotel lain. Selain itu, ada juga kawannya yang menjadi content creator dengan subscriber cukup banyak di konten mancing. Kemudian ada juga yang menjadi direktur sales pada salah satu perusahaan di Bali.

Pelatihan Prakerja Diklaim Membawa Manfaat

Direktur Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari mengklaim, program Prakerja bermanfaat bagi masyarakat. Ia menyebut sekitar 17,1 juta orang telah menikmati manfaat program Prakerja dengan komposisi setengah lebih adalah perempuan.

“Hari ini program Kartu Prakerja telah melayani 17,1 juta orang peserta 51% adalah perempuan dan angkatan kerja muda yang kemudian menjadi peserta total 61% mereka berusia 18-35 tahun," kata Denni dalam keterangan usai kegiatan ILLC di Bali, Rabu (5/7/2023).

Denni mengatakan, Prakerja telah meningkatkan potensi diterima kerja hingga 12 persen dan mengubah kebiasaan belajar hingga 90 persen berdasarkan studi CIPG.

Selain itu, ada kenaikan angka post-test (setelah ikut pelatihan Prakerja) dan pre-test (sebelum pelatihan Prakerja) dari 52 ke 69. Selain itu, rating pelatihan berada pada angka 4,9 dari skor 5.

“Artinya para peserta pelatihan program Kartu Prakerja berkualitas," klaim Denni.

Denni mengatakan, pemerintah menerima anggaran hingga Rp4,4 triliun di 2023 untuk 1 juta tenaga Prakerja. Angka tersebut sudah mencapai 0,71 persen dari total anggaran pendidikan mencapai Rp612 triliun.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai, pelatihan berkelanjutan memang diperlukan bagi tenaga kerja Indonesia. Akan tetapi, pelatihan yang diberikan seharusnya mengarah pada tenaga kerja yang linier dengan kegiatan belajar formal.

“Yang paling pas sebenarnya skill yang sudah dipelajari dalam kegiatan belajar sudah cocok diterapkan dalam dunia kerja, jadi tidak ada kegiatan peningkatan skill lagi setelah kegiatan belajar formal. Namun demikian, kualitas pendidikan kita saat ini belum bisa sesuai yang diinginkan makanya skill yang diterima di bangku sekolah atau kuliah tidak sesuai dengan dunia kerja. Makanya saat ini program-program pelatihan ini masih dibutuhkan oleh masyarakat atau pencari kerja," kata Huda.

Huda menambahkan, “Saya rasa akan sangat bagus apabila pelatihan yang diberikan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang diterima sehingga pelatihan yang diberikan tidak baru bagi penerima pelatihan. Jadi tidak dari awal pembelajarannya, lebih efektif juga dalam sistem pelatihan yang dilakukan. Sehingga dampak ke perekonomian akan lebih cepat dan signifikan.”

Huda mengakui pendekatan pelatihan seperti Prakerja memang bisa memberikan efek ekonomi di masa depan. Akan tetapi, Huda belum bisa merinci besaran efek ekonomi dari konsep pelatihan seperti Prakerja.

Ia menambahkan sistem Prakerja memang perlu perbaikan, yakni perubahan sistem pelatihan daring ke luring. Menurut Huda, pelatihan daring tidak memberikan dampak signifikan pada penerima pelatihan maupun ekonomi secara umum sehingga sistem luring tetap lebih baik.

Di sisi lain, sistem luring akan lebih baik karena pelatihan akan berjalan langsung. Anggaran pun bisa lebih spesifik sehingga uang yang diperoleh para peserta tidak untuk biaya hidup. Selain itu, pelatihan model Prakerja akan tidak dipersepsikan sebagai ajang bagi-bagi uang ke platform lembaga digital jika pelatihan luring.

Ia mengakui pasti ada dampak negatif dari sistem pelatihan seperti Prakerja. Salah satunya adalah mengubah pandangan pendidikan menjadi pelatihan.

"Sisi negatifnya pasti ada seperti mereduksi fungsi pendidikan formal karena nanti fungsi pendidikan diganti pelatihan. Tapi seperti yang saya ungkapkan tadi, pelatihan yang didapatkan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan," kata Huda.

Baca juga artikel terkait PROGRAM PRAKERJA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz