Menuju konten utama

Target Jumbo Investasi di Tahun Politik, Memungkinkan Tercapai?

BKPM optimistis tren investasi akan tetap tumbuh meski Indonesia memasuki tahun politik. Hal ini berkaca dari Pemilu 2014 dan 2019.

Target Jumbo Investasi di Tahun Politik, Memungkinkan Tercapai?
Ilustrasi Investasi. FOTO/istockphoto

tirto.id - Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) mematok target realisasi investasi sebesar Rp1.650 triliun di 2024. Investasi jumbo di tengah tahun politik tersebut, meningkat Rp250 triliun dari target realisasi pada tahun ini yang hanya sebesar Rp1.400 triliun.

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengakui memang tidak mudah mengejar capaian target tersebut. Selain dinamika kondisi ekonomi global, faktor pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung di dalam negeri disinyalir memberikan pengaruh terhadap aliran investasi.

“Di negara kita, di domestik itu terjadi pemilu yang juga punya keunikan dan problem spesifik tersendiri,” kata Bahlil dalam paparan realisasi Investasi Kuartal III-2023, di Kantornya, beberapa waktu lalu.

Meski begitu, Bahlil mengaku akan sekuat tenaga berupaya memenuhi target realisasi investasi yang ditetapkan pemerintah pada 2024. Menurut dia, penting saat ini adalah menjaga stabilitas di tahun politik agar ekonomi bisa tetap terjaga.

Ekonom senior Chatib Basri justru mewanti-wanti investor di tahun pemilu akan menahan diri atau wait and see untuk melakukan investasi sampai kabinet pemerintahan baru terbentuk. Karena mereka akan mempertimbangkan siapa yang akan menjadi penerus Jokowi selanjutnya.

“Dugaan saya, saya tidak tahu satu atau dua putaran, tapi sejak Februari sampai Oktober 2024 saya kira itu proses investasi akan wait and see," ujar Chatib dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2024, secara daring dikutip Tirto, Jumat (1/12/2023).

Menteri Keuangan era SBY itu menambahkan, investor menanti sosok menteri dan jajarannya, serta pembentukan nomenklatur baru ataupun kementerian baru. Hal ini tidak dapat terelakkan karena investor menggunakan dua tolak ukur sebelum menanamkan modal.

Pertama, predictability atau prediksi. Kedua, kepastian. Jika dua hal ini tidak dapat dipenuhi, investor akan mundur. Oleh karenanya, dia memperkirakan durasi wait and see investor akan mencapai kurang lebih sembilan bulan lamanya.

Ada Kecenderungan Investasi Langsung Turun

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, melihat ada kecenderungan investasi langsung pada Pemilu 2024 berkurang. Investasi langsung adalah salah satu jenis yang sering kali menjadi pilihan investor untuk memperoleh keuntungan jangka panjang.

Sementara investasi asing langsung merupakan indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam pembangunan ekonomi. Baik itu di negara maju maupun di negara berkembang.

“Jadi ada kecenderungan memang yang disebut investasi langsung itu setiap pemilu mulai dari 2009, 2014, 2019 itu turun dulu. Baru nanti akan mengalami pemulihan pasca pemilu. Jadi 2024 investasi langsung diperkirakan tumbuh, tapi tumbuhnya kecil hanya 3 persen,” kata Bhima kepada Tirto, Jumat (1/12/2023).

Bhima menuturkan, investasi di tahun politik memang memiliki tantangan besar. Hal ini karena investasi langsung tersebut berkaitan dengan masalah perizinan seperti perkebunan, pertambangan, dan migas.

“Itu banyak yang wait and see dulu. Mereka tidak hanya mencermati siapa yang akan menjadi presiden, apakah pemilu satu putaran dua putaran," kata dia.

Tidak hanya itu, kata Bhima, para investor juga akan melihat siapa yang akan mengisi posisi-posisi menteri yang sentral. Seperti halnya siapa yang akan mengisi menteri keuangan, menteri koordinator bidang kemaritiman dan investasi, hingga menteri investasi/BKPM.

“Itu jauh lebih penting bagi investor karena mereka ingin melakukan investasi bisa 10-20 tahun ke depan. Jadi mereka butuh kepastian kebijakan jangka panjang," ujar dia.

Di sisi lain, kata Bhima, investasi yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga seperti makanan dan minuman itu relatif tidak berpengaruh oleh adanya pemilu. Karena investor melihat seberapa kuat konsumsi domestik, masalah SDM, seberapa banyak cadangan nikel, dan aspek ketenagakerjaan.

“Itu yang akan jadi pertimbangan dibandingkan dengan masalah politik pergantian kepemimpinan. Jadi tergantung investasinya juga,” ucap dia.

Oleh karena itu, kata Bhima, yang harus dilakukan sekarang ini jika investasinya sensitif selama pemilu jangan terlalu banyak drama. Pemerintah harus bisa menjaga stabilitas kemanan dan stabilitas politik jelang pemilu serta tidak boleh ada kecurangan.

“Karena kecurangan, korupsi itu juga dipandang sebagai penghambat daya saing ekonomi. Membuat persaingan usaha juga tidak sehat misalnya. Keraguan itu yang harus dipupus kalau mau memang investasi tetap masuk di tahun politik,” kata dia.

Berdampak Terhadap PMTB

Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan pada paruh pertama 2024, tantangan dapat datang dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, tantangan akan muncul dari tekanan inflasi bahan pangan akibat El Nino yang dapat mempengaruhi konsumsi rumah tangga.

Sementara ketidakpastian terkait Pemilu 2024 juga menyebabkan investor melakukan aksi wait and see. Kondisi ini berdampak pada pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dan risiko melemahnya kinerja ekspor akibat masih tingginya suku bunga acuan yang menyebabkan perlambatan ekonomi global.

PMTB adalah merupakan investasi fisik yang menunjukkan penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi. Sedangkan PMTB versi BKPM mencakup investasi secara keseluruhan, termasuk sektor keuangan, hulu migas, usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan sektor riil.

“Investor melakukan aksi wait and see sehingga berdampak pada PMTB," ujar Josua kepada Tirto, Jumat (1/12/2023).

Namun demikian, kata Josua, terdapat juga peluang pertumbuhan di semester pertama, seperti peningkatan belanja pemerintah terkait dengan pemilu, upaya untuk menstabilkan harga dan menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah melalui subsidi dan bantuan sosial, kelanjutan program hilirisasi, dan percepatan implementasi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Selain itu, momentum pertumbuhan juga akan datang dari sebagian besar hari libur nasional dan cuti bersama yang jatuh pada paruh pertama 2024. Hal ini diharapkan mendukung konsumsi rumah tangga.

Di sisi lain, Josua melihat pada paruh kedua 2024, seiring dengan berakhirnya pemilu dan terbukanya ruang penurunan suku bunga kebijakan global, tekanan eksternal diperkirakan berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, kinerja PMTB diprakirakan membaik, terutama karena kembalinya aliran masuk investasi asing langsung (FDI).

“Kinerja ekspor juga diperkirakan akan sedikit membaik, seiring dengan pemulihan permintaan global selama periode penurunan suku bunga kebijakan," kata dia.

Optimistis Realisasi Investasi di Tahun Politik Tercapai

Terlepas dari itu, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi, Yuliot Tanjung, optimistis bahwa tren investasi akan tetap tumbuh meski Indonesia memasuki tahun politik. Sebab, tidak ada korelasi yang positif antara tahun politik dengan realisasi investasi di Indonesia.

“Sesuai pengalaman kita transisi pemerintahan investasi tidak begitu terpengaruh. Pada tahun 2024 kita menghadapkan investasi tetap tumbuh 17,85 persen dengan capaian Rp1.650 triliun," kata Yuliot kepada Tirto, Jumat (1/12/2023).

Berkaca pada 2019 yang juga merupakan tahun politik, data BKPM menunjukkan realisasi investasi di tahun tersebut mencapai Rp809,6 triliun. Realisasi itu juga tercatat lebih tinggi dari sepanjang 2018 yang mencapai Rp721,3 triliun.

Kemudian jika melihat tahun politik di 2014, realisasi investasi mencapai Rp463,1 triliun, meningkat 16,2 persen dibandingkan dengan perolehan periode sebelumnya Rp398,6 triliun.

“Peluang investasi yang diharapkan berlanjut adalah hilirisasi yang memberikan kontribusi 25 persen dari total realisasi. Untuk kemudahan perizinan berusaha lagi dilakukan evaluasi persyaratan dan kewajiban pelaku usaha,” kata dia.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz