Menuju konten utama
Lebaran Idulfitri 2024

Silaturahmi Lebaran Jalan Terus, Jaga Kesehatan Jangan Pupus

Kondisi kesehatan harus tetap diperhatikan karena pola makan yang tidak diatur malah memicu kondisi yang mengundang penyakit.

Silaturahmi Lebaran Jalan Terus, Jaga Kesehatan Jangan Pupus
Ilustrasi silaturahmi saat lebaran sambil makan. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Mempersiapkan datangnya Lebaran, Dewi (28), mulai sibuk mengolah adonan kue menjadi berbagai kudapan khas hari raya. Perempuan asal Kota Depok itu, saban tahun membuat kue Lebaran sendiri ketimbang membeli yang sudah siap saji. Kudapan yang biasanya hadir di meja Dewi untuk menyambut tamu saat Lebaran nanti, semisal kue nastar, putri salju, kue kacang coklat, hingga kastengel keju.

Bukan tanpa alasan Dewi getol membuat sendiri kudapan khas Lebaran. Pasalnya, rumah Dewi kerap menjadi titik kumpul berbagai kerabat dan keluarga yang datang dari luar kota. Wajar saja, Ibu yang memiliki seorang putri itu, memiliki rumah cukup luas untuk menjamu tamu dan dikenal memang jago masak.

“Nanti untuk sambut yang saudara dekat pasti ada makanan beratnya, kayak opor ayam, rendang, sayur lodeh pakai tempe buat makan ketupat,” kata Dewi bercerita kepada Tirto beberapa hari jelang Lebaran, Jumat (5/4/2024).

Berbeda dengan Dewi, persiapan yang dilakukan Nica dalam menyambut Lebaran, memiliki bobot yang sedikit lebih berat. Perempuan berusia 32 tahun itu tidak bisa sembarangan menyajikan menu makanan untuk keluarga dan tetamu yang datang. Pasalnya, sang Ibu yang sudah berusia senja memiliki kondisi hipertensi dan perlu menjaga pola makan.

Nica tak tega jika ibunya absen mencicipi makanan buatannya saat anggota keluarga lain lahap menggasak sajian. Lebih baik, kata dia, membuat makanan yang bisa dinikmati semua orang.

“Misal banyakin menu sayur dan kurangi menu-menu banyak santan. Sekarang juga mulai nyoba bikin salad dan puding untuk tamu Lebaran tahun ini,” ucap Nica kepada reporter Tirto.

Tradisi Lebaran memang diwarnai dengan aneka kuliner yang menggiurkan. Mau tak mau, mata akan selalu akrab dengan berbagai macam makanan di hari raya. Hal ini didukung dengan semakin seringnya aktivitas pertemuan dan mobilitas yang tinggi. Seperti menggelar silaturahmi, arisan keluarga, hingga pergi berwisata.

Namun, yang kerap luput dari kesadaran saat Lebaran adalah menahan diri. Bukan tanpa akibat, jika serampangan dan kalap dalam merayakan hari raya, jangan heran jika tiba-tiba tubuh malah tumbang karena sakit. Padatnya aktivitas bertemu orang dan berlimpahnya makanan serta kudapan menggiurkan, perlu disikapi dengan bijak dengan tetap menjaga tubuh jauh dari berbagai macam penyakit.

Sudah menjadi rahasia umum, menu-menu kudapan dan makanan khas Lebaran banyak mengandung lemak, karbohidrat, dan tinggi gula. Maka tidak jarang kasus diabetes, hipertensi, dan masalah berat badan justru muncul setelah bergembira ria di hari raya.

Associate Professor Public Health dari Monash University Indonesia, Grace Wangge, membenarkan, bahwa penyakit yang sering muncul setelah Lebaran adalah penyakit tidak menular. Biasanya, kata dia, ini disebabkan akibat pola makan dan aktivitas yang berubah selama libur Lebaran.

“Harus bisa menahan diri, sebulan berpuasa adalah latihan buat hari Lebaran,” kata Grace kepada reporter Tirto.

Banyaknya makanan dan kudapan yang disajikan bukan untuk membuat diri kalap. Grace menilai, kondisi kesehatan harus tetap diperhatikan karena pola makan yang tidak diatur malah memicu kondisi yang mengundang penyakit. Selalu terapkan kesadaran sebelum mencicipi makanan yang tersedia selama Lebaran.

“Ambil makanan dalam porsi icip, makan lebih banyak buah dan sayur segar, tapi waspadai yang dicampur santan, keju atau mayonaise. Pilih minum air putih atau teh tawar daripada soda atau teh manis,” ujar dia.

Selain itu, setelah 30 hari berpuasa, jangan lupa untuk kembali memanaskan tubuh lewat olahraga. Grace menyarankan minimal 30 menit per hari selama libur Lebaran. Hal ini bisa dilakukan tanpa kerumitan, misalnya dengan jalan kaki ke tempat kumpul keluarga atau kerabat jika jarak tempuhnya masih dalam jangkauan.

Di sisi lain, penting juga untuk mengimbanginya dengan istirahat dan tidur yang cukup. Biasanya, pola tidur terganggu selama bulan Ramadhan. Maka dari itu, kata Grace, disarankan untuk tidak merokok untuk membantu memperbaiki pola tidur.

“Pastikan sebelum bersilaturahmi kita juga dalam keadaan sehat, jangan memaksakan diri berkunjung kalau badan sakit. Tetap gunakan masker kalau ada anggota keluarga yang rentan tertular penyakit, atau menularkan penyakit,” tutur Grace.

Waspada Penyakit Menular

Aktivitas yang padat dengan mobilitas dan intensitas pertemuan tinggi selama libur Lebaran, juga berpotensi memicu penyebaran penyakit menular. Menjaga diri dan mempersiapkan kondisi tubuh menjadi kunci penting agar terhindar dari serbuan penyakit. Beberapa penyakit pernapasan dan pencernaan tidak jarang mengintai untuk menggoyang kebugaran tubuh, jika tidak berhati-hati saat beraktivitas di hari raya.

Wasekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) sekaligus Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Narila Mutia Nasir, berpendapat bahwa flu, batuk, dan radang tenggorokan adalah penyakit langganan yang muncul saat Lebaran. Ditambah, faktor cuaca yang tidak menentu sehingga meningkatkan kerentanan tubuh terhadap agen penyakit.

“Terus [karena] banyak minum manis. Saat lebaran pun kita bertemu banyak orang sehingga potensi penularan bisa meningkat. Lalu diare, kadang saat lebaran saat mudik, kita suka jajan nah kalau kebetulan jajanan tidak higienis, bisa diare,” kata Narila kepada reporter Tirto.

Narila menjelaskan, biasanya sajian Lebaran didominasi oleh makanan-minuman manis, menu bersantan, dan masakan yang pedas. Jika tidak bijak melahap makanan-minuman tersebut, maka bermacam-macam kondisi penyakit sangat rentan menyerang tubuh.

“Lebaran banyak makan makanan manis, makanan pedas, bersantan, kalau enggak banyak minum air putih, rentan tuh kena radang tenggorokan. Kondisi lain berisiko terhadap penyakit terutama pasca-lebaran adalah peningkatan kadar gula darah dan kolesterol,” ucap Narila.

Narila mengingatkan, jangan sampai melupakan bahwa ibadah puasa merupakan sebuah cara detoksifikasi racun dalam tubuh. Maka, jangan sampai kalap ketika merayakan Lebaran dengan melahap segala macam menu makanan. Perlu disadari, riwayat penyakit dan kemungkinan kondisi yang akan datang jika tidak menjaga tubuh.

“Minum air putih yang cukup, minimal dua gelas sehari supaya bisa membantu menetralisir apa yang kita makan. Dan jangan lupa move your body, sempatkan bergerak walau sebentar untuk menjaga kebugaran,” tutur dia.

Perjalanan Sehat

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengingatkan bahwa penyakit yang menular lewat udara dan makanan akan semakin rentan saat Lebaran. Ditambah, jika tubuh tidak melakukan penguatan imunitas sebelum beraktivitas padat di hari raya. Hal itu akan membuat virus dan bakteri mudah memperburuk kondisi kesehatan tubuh.

“Selama kepadatan manusia, keramaian, mobilitas tinggi, yang paling umum terjadi adalah tertular dari infeksi saluran nafas yang bisa macam-macam. Ada flu, ada juga COVID, ada juga bahkan TBC. Dan termasuk yang sekarang bisa tertular itu adalah juga HFMD [hand, foot, and mouth disease],” jelas Dicky kepada reporter Tirto, Jumat (5/4/2024).

Menurut dia, memakai masker dan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan masih sangat relevan untuk mencegah penyakit. Ditambah, kurangi kebiasaan menggosok mata, hidung, dan mulut setelah menyentuh barang-barang di tempat umum.

Sementara itu, Dicky juga mengingatkan untuk mempersiapkan perjalanan yang matang selama libur Lebaran. Kegiatan mobilisasi seperti mudik, berwisata, hingga berkunjung ke rumah kerabat tetap perlu mempersiapkan aspek kesehatan keluarga. Misalnya, memperhatikan kebutuhan cairan tubuh agar selalu terpenuhi selama perjalanan.

“Termasuk juga perhatikan siklus buang air kecil, buang air besar, ini penting, supaya diperhitungkan supaya ketika kemacetan terjadi tidak sampai menahan kencing, karena menahan kencing juga tidak sehat,” jelas Dicky.

Dia menekankan, kunjungan ke tempat lain perlu juga memperhatikan orang-orang dalam kelompok rentan. Seperti memperhatikan lansia, komorbid, dan anak-anak yang masih rentan. Pastikan jangan sampai kehadiran kita justru membawa petaka sakit bagi orang lain.

“Pastikan kita tidak dalam kondisi sakit. Kalau dianggap perlu memakai masker, nggak masalah itu lebih baik untuk melindungi, bukan hanya yang kita kunjungi tetapi termasuk kita,” ujar Dicky.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - GWS
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz