tirto.id - Penulis kontributor Diajeng, Glenny Levina, berbagi cerita tentang teman-temannya yang menjalani ibadah puasa di luar negeri. Suka-duka apa saja yang dialami mereka saat berpuasa nun jauh dari Tanah Air? Simak keseruan cerita mereka di bawah ini!
Bagi yang sudah lama tinggal di negeri orang, tentu sudah terlatih dan dapat beradaptasi dengan mahir menjalani bulan Ramadan.
Namun, layaknya jalan hidup yang tak mudah diprediksi, setiap Ramadan pasti ada saja muncul kejutan, pengalaman, dan tantangan baru di bulan penuh rahmat ini.
Sambil menunggu waktu berbuka, ayo kita simak cerita seru mereka!
Mari kita awali dari pengalaman Vita (45) yang sudah menetap di Irvine, California selama nyaris seperempat abad.
Sambil bernostalgia, ia bercerita tentang pengalaman pertamanya berpuasa di Amerika, "Wah, sebenarnya sudah nggak terlalu ingat. Ingatnya cuma waktu ke Konsulat Jenderal RI di Los Angeles. Tiap bulan Ramadan atau Lebaran, ada open house.”
Vita melanjutkan, “Setelah salat Ied, ngumpul di Wisma Indonesia, rumah dinasnya Konjen (Konsulat Jenderal). Mereka masak-masak, open house untuk semua warga Indonesia atau masyarakat sekitar kalau mau datang dan suka masakan Indonesia."
Lain lagi ceritanya dengan Acha Septriasa (34). Aktris ini sudah delapan tahun tinggal di Sydney, Australia untuk mengikuti suaminya.
"Pengalaman pertama kali berpuasa di Sydney itu ketika hamil Bridgia (kini berusia 6 tahun). Waktu itu aku nggak puasa, tapi aku tetap menghidangkan masakan-masakan yang bikin kangen sama Indonesia. Jadi aku masak. Waktu itu aku juga baru belajar masak. Soto Betawi adalah masakan favorit suamiku," cerita Acha dengan sumringah.
Sementara bagi Vini Damayanti (40), yang tinggal di Hong Kong, pengalaman pertama kali berpuasa di sana tidak terlalu banyak tantangan.
Sambil tertawa dia bercerita, "Aku sudah 5,5 tahun tinggal di Hong Kong. Pertama kali puasa di Hong Kong di tahun 2019 begitu kuliah sudah selesai dan aku belum bekerja. Jadi nggak ada aktivitas belajar atau bekerja. Hasilnya, nggak terlalu banyak tantangan karena bisa leha-leha di rumah."
Menariknya, tantangan baru muncul ketika dia sudah mulai bekerja.
"Sebenarnya berpuasa di sini nggak terlalu berbeda, hanya saja mungkin orang-orang sekitar, khususnya orang kantor nggak berpuasa. Jadi, nggak ada teman yang mengalami perasaan senasib menahan lapar dan haus," jelas Vini yang bekerja sebagai staf komunikasi dan administrasi di sebuah organisasi internasional.
Bagi Vita di California, tantangan berpuasa tahun ini berkaitan dengan spring break atau masa liburan setelah terima raport untuk anak-anak sekolah.
Kebetulan liburan ini jatuh pada bulan Ramadan. Orang-orang biasanya keluar kota atau jalan-jalan ke daerah lokal sambil kulineran. Misalnya, mencoba restoran atau tempat dessert baru. Nah, aktivitas inilah yang mustahil diikutinya.
Vita mengatasinya dengan mencari kegiatan lain yang kira-kira bisa membuat lupa atau tak terlalu memikirkan makan atau minum. Yang aman-aman saja, entah itu menonton bioskop, atau di rumah saja membaca buku.
Selain itu, puasa sebenarnya bukan sekadar menahan makan dan minum, melainkan juga menjaga diri dari mendengarkan hal-hal yang tidak bermanfaat atau menonton dan melihat sesuatu yang tidak penting.
"Kalau aku di sini jadi berusaha lebih sedikit bijaksana saja. Misalnya, daripada mendengarkan atau menonton acara gosip, mending menonton film dokumentasi yang bermutu, baca Al-Qur'an atau buku. Mendengarkan instrumen atau podcast karena lebih bermanfaat," jelas Vita.
Sedangkan bagi Acha di Sydney, mengurangi kebiasaan olahraga selama bulan Ramadan adalah tantangan lumayan sulit. Sebab, ia dan suaminya sudah mulai rutin olahraga sejak Desember 2023 lalu.
Keduanya sudah memiliki banyak jadwal, misalnya saat pagi suka olahraga bareng. Mereka berusaha harus tetap aktif karena olahraga melengkapi kebugaran saat berpuasa.
"Bulan Ramadan ini, masih ke gym tapi dikurangi. Awalnya aku olahraga empat hari dalam seminggu, ambil kelas pilates, yoga, boxing, dan lifting atau angkat beban. Sekarang hanya ambil kelas yoga dan pilates supaya nggak terlalu berat. Untuk Sabtu, aku tetap lari pagi dari jam 6 pagi sampai 7 atau 7.30 pagi. Lari bersama run community di lingkungan rumah,” jelas Acha.
Durasi puasa yang berbeda dengan saat dulu di Indonesia, ternyata juga menjadi tantangan tersendiri bagi Vita, Acha, dan Vini.
Di Indonesia, kita memiliki durasi puasa sekitar 13 jam.
"Durasi puasa di Sydney itu relatif. Kalau summer atau musim panas seperti sekarang ini, bulan Ramadan jatuh masih di Maret. Jadi daylight-nya lebih panjang daripada night time-nya. Sehingga matahari terbitnya itu tetap jam 5 pagi tapi kalau terbenam, jam 7.30 malam,” terang Acha.
Acha melanjutkan, “Sedangkan kalau winter atau musim dingin itu asyik sekali. Seperti sekitar 2017 saat hamil Bridgia, buka puasanya sekitar jam 4.30 sore, padahal baru mulai puasanya jam 5.30 pagi. Jadi memang lebih sedikit waktu berpuasanya ketika musim dingin."
Untuk menyesuaikan jam puasa yang lebih panjang, Acha berbagi strategi, "Yang pasti aku nggak terlalu mikirin banget. Kalau sudah berniat, saat sahur aku minum air putih yang banyak. Lalu makan makanan yang langsung mengenyangkan seperti pisang, apel, atau alpokat.”
“Kalau dirasa kurang vitamin, maka kami minum vitamin atau minum susu biar seharian nggak terlau lemas. Atau makan quinoa dengan avocado toast atau bikin telur setengah matang pakai tomat atau alpokat."
Sementara bagi Vini, durasi berpuasa di Hong Kong dan Indonesia tak jauh berbeda—tergantung pada bulan dan tahun berapa. Durasi puasa di sana sekitar 13-14 jam. Kalaupun berbeda, hanya sekitar setengah sampai satu jam lebih lama di Hong Kong.
Strategi Vini saat berpuasa adalah minum lebih banyak air putih saat sahur dan berbuka. Terkait menu makanan, Vini konsisten menyiapkan sayur di menu sahur maupun berbuka. Tujuannya tak lain agar ia merasa kenyang lebih lama sekaligus mendapat asupan cukup serat.
Bagi Vita di California, jam puasa baru saja berubah lagi karena daylight saving pada musim semi ini. Durasi puasanya kurang lebih 13,5 jam, tak ber beda jauh dengan yang berpuasa di Jakarta.
"Kalau summer bulan Juni sampai Agustus, waktunya panjang. Bisa sekitar 15 - 16 jam, sampai gelap. Kalau pas jatuhnya winter, lebih enak lagi karena lebih cepat. Nggak jauhlah dengan di Jakarta. Karena sudah lama menyesuaikan dengan waktu di Amerika, nggak masalah," jelas Vita.
Strategi Vita saat puasa meliputi konsumsi vitamin termasuk asupan dari buah atau sayur. Sementara itu susu atau keju adalah menu khusus buat putranya, Mickelo, yang berusia 10 tahun.
"Biasanya kalau sahur, kami nggak terlalu lapar dan makan sedikit saja. Sebisa mungkin ada proteinnya seperti telur rebus, makan kurma, dan minum air putih yang dicampur elektrolit supaya ada energi," terang Vita yang berprofesi sebagai staf di sebuah sekolah dasar ini.
Selain disambut dengan tantangan baru, pengalaman indah tak terlupakan juga dirasakan Vita di bulan Ramadan tahun ini. Ibu satu anak ini sangat bersyukur, Mickelo berhasil puasa penuh selama satu hari.
"Alhamdulillah sudah bisa. Tahun lalu puasanya masih setengah hari. Saya juga nggak maksain, karena masih kecil. Tapi dia mau dan semangat. Terus terang kasihan juga kalau di sekolah. Kebetulan di sekolahnya, anak-anak Muslim-nya cuma sedikit. Saat istirahat keluar main, anak-anak makan lalu bermain lari-larian. Jadi saya nggak mau maksain juga agar dia harus puasa full. Kasihan kalau sampai dehidrasi."
Vita mengajarkan Mickelo berpuasa secara bertahap, "Hari ini kebetulan pulang sekolah ada ekskul klub lari. Saya bilang, kalau nggak puasa nggak apa-apa karena dia harus minum, kasihan takutnya lemas. Tapi dia tetap niat puasa, setengah hari saja. Jadi menyesuaikannya tergantung dengan kegiatannya di sekolah. Kalau perlu physical activity yang berat, dia buka puasanya."
Mickelo punya trik untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman di sekolahnya yang tidak berpuasa: berusaha tidak melihat mereka saat makan. "Tadi dia cerita, temannya nawarin potato chip, tapi dia lupa kalau masih puasa. Dia terima dan dimakan," pungkas Vita sambil tertawa.
Berpuasa bagi umat Muslim memberikan makna dan pengalaman indah yang berarti, baik itu di negeri sendiri maupun di negeri orang.
Semangat berpuasa, ya!
Penulis: Glenny Levina
Editor: Sekar Kinasih