tirto.id - Di media sosial saat ini viral istilah Nepal Nepo Kids. Nepo Kids ini adalah salah satu penyebab demo dan kemarahan para Gen Z. Siapa nepo kids atau nepo baby di Nepal?
Aksi protes besar-besaran oleh generasi muda yang mereka sebut sebagai “Gen Z Protests”, dipicu oleh kebijakan pemerintah yang memblokir akses ke media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube. Para generasi muda itu turun ke jalan dan melakukan demonstrasi sejak Senin (8/9).
Pemerintah kemudian menanggapi dengan membuka pemblokiran akses ke media sosial. Namun hal itu tak lantas membuat publik berhenti berdemo. Mereka justru meneruskan aksi protes dengan tuntutan penghilangan praktek korupsi di negara tersebut.
Kemarahan publik itu juga dipicu oleh penyebaran konten viral tentang gaya hidup "Nepo Kids" yang memperlihatkan kesenjangan sosial antara keluarga pejabat di Nepal dan masyarakat umumnya.
Siapa Nepal Nepo Kids?
Mengutip Al Jazeera, Nepo Kids atau dikenal juga dengan istilah Nepo Babies, berasal dari Nepotisme dan Kids (anak-anak), adalah julukan yang disematkan pada anak-anak pejabat yang mempunyai keuntungan dari posisi orang tuanya sebagai pejabat dan public figure.
Di media sosial Nepal, para Gen Z membuat unggahan yang memperlihatkan gaya hidup anak-anak pejabat Nepal saat ini. Mereka kerap membagikan bagaimana mereka kerap liburan ke luar negeri seperti Eropa, Amerika, dan lainnya.
⚠️🇳🇵This is one of the videos that shows the mindset of the average #NepalGenZProtest protestor.
— Saikiran Kannan | 赛基兰坎南 (@saikirankannan) September 9, 2025
Nepotism.
GenZ protests targeted the elite: This TikTok video shows alleged Nepokids of top politicians flaunting lavish lives, while corruption and misgovernance deepened.#Nepalpic.twitter.com/UhlcHEawuk
Mereka juga menggunakan pakaian dari lini busana ternama dunia. Dan semua itu mereka pertontonkan di media sosial mereka.
Apa yang mereka tampilkan itu berbeda jauh dengan keadaan masyarakat Nepal saat ini yang masih banyak yang hidup penuh kekurangan.
Demonstran memandang fenomena flexing para anak pejabat ini sebagai suatu yang mencurigakan. Mereka menuntut dibentuknya tim untuk menyelidiki sumber kekayaan para pejabat dan keluarganya.
"(Mereka menuntut untuk) menyelidiki secara menyeluruh sumber kekayaan [para politisi] mereka, menyoroti kekhawatiran yang lebih luas tentang korupsi dan kesenjangan ekonomi di negara ini," ujar Yog Raj Lamichhane, asisten profesor di Sekolah Bisnis di Universitas Pokhara Nepal kepada Al Jazeera.
Militer Pegang Kekuasaan Sementara Setelah PM dan Presiden Nepal Mundur
Perdana Menteri Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa, 9 September 2025. Keputusan ini diambilnya setelah demonstrasi meletus di Kathmandu sejak Senin pekan ini memakan korban tewas 19 orang dan melukai 100 orang.
Tak berselang lama sejak pengunduran diri Oli, Presiden Nepal Ram Chandra Poudel juga menyatakan mundur dari jabatannya. Poudel melihat aksi demonstran sudah mulai anarkis dengan pembakaran gedung parlemen dan rumah-rumah pejabat.
Setelah para pemimpin tertinggi negara itu mundur, kini militer Nepal yang memegang kendali sementara pemerintahan. Secara resmi, peran militer Nepal saat ini hanyalah untuk memulihkan ketertiban, dan bukan untuk mengisi kekosongan administratif.
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































