Menuju konten utama

Nepal Bergejolak: Demo Ricuh, Rumah Pejabat Dibakar, PM Mundur

Demo berujung ricuh di Nepal hingga rumah para pejabat dibakar dan Perdana Menteri mengundurkan diri.

Nepal Bergejolak: Demo Ricuh, Rumah Pejabat Dibakar, PM Mundur
Kebakaran melanda Singha Durbar, gedung administrasi utama pemerintah Nepal, di Kathmandu pada 9 September 2025, sehari setelah polisi membubarkan demonstrasi terkait larangan media sosial dan korupsi yang dilakukan pemerintah. Demonstran muda Nepal membakar gedung parlemen pada 9 September ketika perdana menteri veteran itu menuruti perintah massa yang marah untuk mundur, sehari setelah salah satu tindakan keras paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir yang menewaskan sedikitnya 19 orang. (Foto oleh Prabin RANABHAT / AFP)
2025/09/10/kerusuhan-di-nepal--2_ratio-16x9.jpg
Foto udara menunjukkan para demonstran berkumpul di luar Parlemen Nepal dalam sebuah protes di Kathmandu pada 8 September 2025, mengecam larangan media sosial dan korupsi yang dilakukan pemerintah. Polisi Nepal melepaskan tembakan pada 8 September, menewaskan sedikitnya 17 orang saat ribuan demonstran muda turun ke jalan di Kathmandu menuntut pemerintah mencabut larangan media sosial dan memberantas korupsi. (Foto oleh PRABIN RANABHAT / AFP)
2025/09/10/kerusuhan-di-nepal--3_ratio-16x9.jpg
Orang-orang yang mengibarkan bendera nasional Nepal membakar ban dalam demonstrasi mengecam tindakan keras polisi terhadap para pengunjuk rasa di Kathmandu pada 9 September 2025, sehari setelah demonstrasi menentang larangan media sosial dan korupsi yang dilakukan pemerintah. Nepal mencabut larangan media sosialnya pada 9 September, sehari setelah setidaknya 19 orang tewas dalam protes pemuda yang menuntut pemerintah mencabut pembatasan dan memberantas korupsi. Semua aplikasi media sosial utama berfungsi, kata seorang reporter AFP di Kathmandu, sementara pemerintah memerintahkan penyelidikan atas kekerasan yang menyebabkan polisi melancarkan salah satu tindakan keras paling mematikan terhadap para pengunjuk rasa selama bertahun-tahun. (Foto oleh Prabin RANABHAT / AFP)
2025/09/10/kerusuhan-di-nepal--01-1_ratio-16x9.jpg
Personel polisi anti huru hara berlindung di balik kendaraan keamanan saat para demonstran melempari batu dalam protes di luar Gedung Parlemen di Kathmandu pada 8 September 2025, mengecam larangan media sosial dan korupsi yang dilakukan pemerintah. Setidaknya 16 pengunjuk rasa tewas pada 8 September setelah polisi Nepal menembakkan peluru karet, gas air mata, dan meriam air untuk membubarkan para demonstran yang menuntut pemerintah mencabut larangan media sosial dan memberantas korupsi. (Foto oleh Prabin RANABHAT / AFP)
2025/09/10/kerusuhan-di-nepal--01-2_ratio-16x9.jpg
Seorang pria berdiri di dekat mural dinding bergambar bendera nasional Nepal sambil memandangi puing-puing dan kerusakan di kantor polisi yang hangus terbakar di Kathmandu pada 10 September 2025. Para demonstran Nepal membakar gedung parlemen pada 9 September, sementara perdana menteri veteran mengundurkan diri, seiring dengan meluasnya gerakan protes "Gen Z" yang dipicu oleh larangan media sosial di negara Himalaya tersebut. Setidaknya 19 orang tewas dalam demonstrasi sehari sebelumnya, salah satu tindakan keras paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir yang memicu kemarahan publik. (Foto oleh PRABIN RANABHAT / AFP)
2025/09/10/kerusuhan-nepal-afp-2_ratio-16x9.jpg
Para pengunjuk rasa membawa bendera nasional Nepal sambil menaiki truk polisi di luar Istana Presiden di Kathmandu pada 9 September 2025, sehari setelah polisi menindak demonstrasi terkait larangan media sosial dan korupsi yang dilakukan pemerintah. Presiden Nepal menyerukan persatuan nasional pada 9 September, AFP/Prabin RANABHAT / AFP
2025/09/10/kerusuhan-nepal-afp_ratio-16x9.jpg
Asap mengepul dari gedung Mahkamah Agung yang terbakar, yang dibakar oleh para pengunjuk rasa di Kathmandu pada 9 September 2025, AFP/Anup OJHA / AFP

tirto.id - Di bawah langit Nepal, ketegangan memuncak menjadi kerusuhan yang mengguncang stabilitas negara. Kemarahan rakyat meledak, dipicu oleh serangkaian kebijakan kontroversial pemerintah di bawah pimpinan Perdana Menteri KP Sharma Oli.

Semua bermula ketika pemerintah secara tiba-tiba melarang 26 platform media sosial populer seperti Facebook, YouTube, dan X. Alasan resminya adalah karena platform-platform ini tidak mematuhi regulasi lokal. Namun, bagi jutaan warga, ini adalah upaya nyata untuk membungkam kebebasan berpendapat.

Ketika protes pecah, respons pemerintah justru memperburuk keadaan. Polisi menanggapi aksi damai dengan kekerasan, menembaki para demonstran. Insiden ini menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai ratusan lainnya. Tragedi ini menjadi bensin yang menyulut api kemarahan, mengubah protes menjadi kerusuhan yang tak terkendali.

Meskipun Perdana Menteri KP Sharma Oli telah mengundurkan diri, kerusuhan tidak mereda. Massa bahkan membakar kediamannya dan gedung-gedung pemerintah. Tuntutan rakyat kini meluas, mendesak pembubaran pemerintah dan pembersihan total dari korupsi. Keadaan darurat diberlakukan di beberapa kota dan tentara telah dikerahkan untuk memulihkan ketertiban, tetapi ketidakstabilan politik masih sangat terasa.

Nepal kini berada di persimpangan jalan, menunggu apakah tuntutan rakyat akan didengarkan atau kekacauan akan terus berlanjut.

Baca juga artikel terkait DEMO atau tulisan lainnya dari Dadan Gustian

Oleh: Dadan Gustian