tirto.id - Militer Nepal memperpanjang jam malam imbas kericuhan demo di negara tersebut. Militer Nepal menyatakan, mengambil tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan.
Aksi unjuk rasa di Nepal –yang dikenal sebagai Demo Gen Z– telah mengakibatkan sejumlah insiden pembakaran dan perusakan di seluruh negeri, termasuk di ibu kota negara itu, Kathmandu.
Oleh kerusuhan tersebut, militer Nepal memberlakukan jam malam yang saat ini berlaku di seluruh negeri hingga pukul 17.00 waktu setempat pada Rabu (10/9/2025). Kemudian, jam malam berlanjut hingga Kamis (11/9/2025) pagi pukul 06.00 waktu setempat.
Update Nepal Hari Ini: Demo, Penjarahan, Pembakaran, hingga Militer Turun Tangan
Militer Nepal menyatakan, pemberlakukan jam malam dilakukan sebagai upaya menormalkan situasi. Kepada BBC Nepal, juru bicara militer setempat, Rajaram Basnet, menyatakan bahwa situasi terkini telah dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab.
“Kami, terutama, sedang mengendalikan oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk menjarah, membakar, dan menyebabkan berbagai insiden," Rajaram Basnet, dikutip dari BBC Nepal pada Rabu (10/9/2025).
Setelah demo di Nepal pecah pada Senin-Selasa (8-9/9/2025), militer setempat dilaporkan telah mengerahkan pasukan untuk menjaga sejumlah bangunan dari potensi pembakaran, sebagaimana terjadi pada Selasa siang.
“Kami ingin menginformasikan bahwa jika kegiatan tersebut tidak dihentikan, seluruh aparat keamanan, termasuk TNI, akan tetap teguh pada tanggung jawab utama mereka untuk mengendalikan situasi demi keselamatan Nepal dan warga Nepal mulai pukul 22.00 pada hari Selasa,” tulis Kepala Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, dikutip dari BBC Nepal pada Rabu.
Situasi militer yang turun menormalkan situasi, membuat jalanan di Kathmandu dan kota-kota lain tampak sepi sejak Rabu pagi. Patroli telah diintensifkan militer setempat. Sedangkan, layanan seperti ambulans, pemadam kebakaran, tenaga kesehatan, dan pasukan keamanan, dikecualikan dari jam malam dan perintah pembatasan.
Sementara itu, Demo Gen Z dipicu sejumlah isu di sana, seperti terkait pelarangan media sosial, skandal korupsi, hingga gaya hidup anak-anak elite politik.
Imbas demo, sejumlah pejabat mengundurkan diri, di antaranya Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli, Presiden Ram Chandra Poudel, Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak, Menteri Pertanian Ramnath Adhikari, dan Menteri Penyediaan Air Pradeep Yadav.
Demo telah memicu aksi pembakaran oleh massa, termasuk gedung parlemen dan kantor PM Nepal. Istri eks PM Nepal Jhalanath Khanal, Rajyalaxmi Chitrakar, dilaporkan meninggal dunia pada Selasa setelah para pengunjuk rasa membakar rumah Chitrakar. Ia terjebak saat si jago merah melalap rumahnya.
Hingga Selasa malam, 22 orang dikonfirmasi menjadi korban jiwa atas gelombang demo ini. Ratusan orang lain, dilaporkan menjadi korban luka.
Pejabat di Nepal –seperti disebut media asal India, Surya Samachar– mengungapkan bahwa sejauh ini 27 orang telah ditangkap. Lanjutnya, uang tunai senilai Rs 3,37 lakh (ditaksir Rp63 juta), 31 senjata, dan peluru telah disita dalam operasi yang dilakukan di wilayah Chabahil, Boudha, dan Gaushala di Kathmandu.
“Militer menyatakan bahwa situasi keamanan di negara ini sangat sensitif dan keputusan yang diambil saat ini bersifat sementara dan perlu,” tulis Surya Samachar.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa pihaknya memantau situasi terkini di Nepal. Ia menyerukan penyelidikan menyeluruh untuk menghindari eskalasi kekerasan.
"Dan dialog untuk menemukan jalan yang konstruktif ke depan," tulis Antonio Guterres dalam X pada Rabu.
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id

































