tirto.id - Muhammad Rizieq Shihab menghirup udara bebas pada Rabu, 20 Juli 2022. Rizieq menerima bebas bersyarat setelah menjalani vonis pidana sesuai putusan Mahkamah Agung Nomor 4471 K/Pid.Sus/2021 tertanggal 15 November 2021. Dalam kasus ini, Rizieq dinyatakan bersalah dalam tiga kasus.
Koordinator Humas dan Protokol Ditjen PAS Kemenkumham, Rika Aprianti menyebut, Rizieq telah memenuhi syarat administratif dan substantif untuk mendapatkan remisi dan integrasi sesuai dengan Permenkumham Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.
Aziz Yanuar, kuasa hukum Rizieq Shihab pun menyambut baik. Ia berterima kasih kepada semua pihak, mulai dari Kemenkumham, lapas hingga tim advokasi yang membuat proses pembebasan bersyarat berjalan lancar. Ia mengatakan Rizieq akan fokus beristirahat dan mengajar usai keluar penjara.
Bakal Pengaruhi Konstelasi Politik Jelang Pemilu 2024?
Rizieq bebas bersyarat bertepatan dengan situasi politik nasional yang menghangat jelang Pemilu 2024. Saat ini, sejumlah parpol tengah mencari konfigurasi menghadapi pemilu mendatang, bahkan sudah ada yang membentuk koalisi. Lalu, apakah pembebasan bersyarat Rizieq berpotensi membawa pengaruh politik?
Sebagai catatan, Rizieq adalah tokoh yang tidak lepas dari sorotan, apalagi setelah menjadi salah satu 'bidak penting' dalam pengaruh Pilkada DKI 2017. Ia bersama sejumlah aktivis Islam lantang menyuarakan proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang saat itu menjadi kandidat petahana. Ahok akhirnya dihukum dua tahun penjara karena terbukti menistakan agama dengan menyinggung Surat Al Maidah ayat 51.
Di sisi lain, Rizieq disebut pihak yang membantu pemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang akhirnya menjadi kepala daerah periode 2017-2022. Meski tidak mengampanyekan langsung paslon tertentu, Rizieq mengumandangkan soal narasi penista agama bersama kelompoknya hingga ke level masyarakat akar rumput.
Sepak terjang yang berlangsung sejak 2016 hingga 2017 itu juga memunculkan beberapa gerakan. Setidaknya ada dua gerakan yang menjadi monumental saat itu, yakni gerakan 411 dan 212.
Selain itu, beberapa organisasi masyarakat berdiri bersama dengan Rizieq kala itu, antara lain Persaudaraan Alumni 212 (Rizieq sebagai pembina), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (Rizieq sebagai pembina), hingga Front Persaudaraan Islam (Front Persaudaraan Islam sendiri disebut-sebut sebagai bentuk baru dari Front Pembela Islam). Pemerintahan Jokowi pun dilabeli anti-Islam karena disebut kerap menangkap tokoh-tokoh FPI dan ormas yang pro-Rizieq kala itu.
Tidak hanya saat Pilkada 2017, Rizieq pun menjadi magnet politik di Pemilu 2019. Meski berada di Arab Saudi setelah kemenangan Pilkada DKI 2017, Rizieq kerap dikunjungi sejumlah tokoh berkaitan dengan Pemilu 2019. Sebut saja Amien Rais hingga Prabowo Subianto yang mengunjungi eks petinggi FPI itu ke Arab Saudi demi mendapat dukungan politik.
Loyalis Rizieq di FPI pun mendapat posisi dalam pemenangan pasangan Prabowo-Sandiaga pada Pemilu 2019, salah satunya Slamet Maarif yang tercatat sebagai Wakil Ketua Badan Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.
Kini, Rizieq menerima pembebasan bersyarat setelah menjalani hukumannya. Publik pun mulai menyinggung kembali manuver-manuver politik Rizieq. Bagaimana peluangnya?
Peneliti politik Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai, keterlibatan Rizieq bisa menentukan Pemilu 2024 bila dia mau aktif kembali di politik. Sebab, kata Wasisto, Rizieq akan menjadi sinyal potensi Islam politik menguat untuk pemilu mendatang.
“Situasi saat ini memang memperlihatkan adanya konsolidasi kekuasaan oleh koalisi penguasa sehingga tidak memberi ruang cukup bagi ekspresi Islam politik. Eskalasi pengencangan Islam politik bisa jadi kembali mengulangi tagline politik sebelumnya misalnya ‘pilih pemimpin seiman,’” kata Wasisto kepada reporter Tirto, Rabu (20/7/2022).
Wasisto mengingatkan, Rizieq bisa menjadi 'endorser' politik bagi paslon tertentu. Rizieq bisa menjadi sarana untuk membangun narasi, apalagi ia sudah terbukti melakukan hal tersebut di masa lalu.
“Masih bisa mempengaruhi konstelasi pemilu mendatang jika HRS kembali menjadi ‘endorser’ politik bagi kandidat tertentu. Tentunya HRS masih dipandang strategis untuk bisa mengubah opini dan preferensi pemilih bagi para kontestan pemilu mendatang seperti dalam momen Pilgub DKI 2017 silam," kata Wasisto.
Wasisto beralasan, pernyataan Rizieq di publik sudah menjadi 'fatwa' bagi para pendukungnya. Hal itu terlihat dari bagaimana pengalaman politik dan sepak terjang Rizieq di masa lalu. Pernyataan Rizieq yang 'diamini sebagai fatwa' lantas berubah menjadi nama umat dan agama.
“Tentunya berkaca dari hal itu, HRS punya efek elektabilitas,” kata Wasisto.
Wasisto mengakui, kondisi politik Indonesia saat ini berbeda dengan Pemilu 2014, Pilkada DKI 2017 maupun Pemilu 2019 yang hanya dua paslon. Ia tidak memungkiri potensi dampak elektoral akan lebih terasa kepada partai-partai atau pihak sebelumnya sudah membangun hubungan dengan Rizieq ketika masih berada di Arab Saudi. Akan tetapi, partai dan berbagai pihak masih melihat posisi Rizieq terlebih dahulu.
“Semua kontestan tentu masih menunggu wajah/manuver baru dari HRS paska bebas dari penjara. Apakah akan kembali lagi ke panggung politik atau justru pasif dari politik. Namun paling tidak HRS masih menjadi simbol Islam politik terdepan dengan para pengikutnya,” tutur Wasisto.
Karena itu, Wasisto menyarankan pemerintah tidak bersikap reaktif dengan kelompok Rizieq karena ada potensi kapitalisasi isu. Ia menyarankan kelompok tersebut ditangani dengan upaya preventif jika bersinggungan.
“Saya pikir pemerintah jangan terlalu reaktif dengan kelompok HRS karena itu bisa dikapitalisasi isunya sebagai islamophobia. Tetap memonitoring dan mengambil tindakan preventif misalnya kontra narasi yang lebih persuasif,” tutur Wasisto.
Sementara itu, pemerhati politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah menilai, Rizieq akan membawa nilai positif dalam upaya propaganda pemilu. Ia mengakui bahwa Rizieq bisa membawa dampak elektoral, tapi tidak signifikan dalam upaya propaganda. Hal itu terlihat dalam Pemilu 2019.
“Sepanjang HRS aktif kembali dalam gerakan politik, akan ada dampak terutama keriuhan propaganda. Tetapi, dampak itu tidak membesar hingga ke gerakan pemilih, andaipun ada arus pemilih yang bergerak ikuti arah HRS, tetap saja tidak signifikan," kata Dedi kepada Tirto.
Dedi menambahkan, “2019 sebagai kunci, HRS pada puncaknya mempengaruhi gerakan Islam politik, hasilnya hanya 1 persenan mengarah ke Prabowo.”
Dedi pun menilai, kehadiran Rizieq belum tentu memberikan efek kepada paslon maupun partai. Ia hanya bisa memprediksi, PKS masih bisa mendapat efek elektoral karena kesamaan nuansa politik. Dedi juga menduga Rizieq tidak akan lagi melirik Prabowo yang sebelumnya didukung para pengikutnya.
Dedi juga belum melihat tokoh yang berpotensi mendapat efek elektoral di luar Prabowo, misal Anies Baswedan yang kerap dikait-kaitkan dengan Rizieq.
“Anies akan dilihat dengan siapa diusung, jika pasangan Anies terusung adalah kelompok yang dekat dengan HRS, maka bisa mendapat porsi dukungan. Jika tidak, maka HRS sulit diharapkan. Tetapi, tanpa ada HRS di pihak Anies sekalipun bukan ancaman,” kata Dedi.
Akan tetapi, Dedi menduga, pengaruh Rizieq akan mengecil jelang Pemilu 2024. Meski demikian, bukan berarti tidak bisa dikelola untuk pemenangan pemilu.
“Masih ada pengaruh (untuk mempengaruhi suara di 2024), tetapi jika membaca di 2019 yang tidak melebihi 2 persen, maka dipastikan 2024 akan semakin mengecil. Tetapi, tetap saja HRS diperlukan untuk didekati elite, agar semakin mengurangi keriuhan saat masa propaganda,” tutur Dedi.
Respons Rizieq Shihab Usai Keluar Penjara
Dalam konferensi pers yang ditayangkan Islam Brotherhood Television (IBTV) via Youtube, Rabu (20/7/2022), Rizieq menyampaikan ucapan terima kasih atas pembebasan bersyarat serta meminta maaf bila ada kesalahan. Rizieq pun memastikan ia akan terus berjalan dengan para habaib dan tokoh untuk membela kebenaran.
“Insya Allah saya bersama-sama dengan para habaib dan para kiai yang selama ini kita berjuang bersama-sama, akan tetap istiqamah, berjuang di jalan Allah, akan tetap kita menyampaikan yang haq itu haq, yang batil itu batil walaupun seisi dunia mencerca, walaupun kita harus menghadapi risiko seberat apa pun ya ikhwan, karena amar maruf nahi munkar adalah perintah Allah dan tidak boleh kita abaikan dengan alasan apa pun,” kata Rizieq dalam video yang diunggah Rabu.
Rizieq juga memastikan tidak akan meninggalkan umat dan masalah umat. Ia akan berupaya membela hak umat meski saat ini berstatus sebagai tahanan kota.
“Saya dan kawan-kawan semua para habaib, para ulama seperjuangan tidak akan meninggalkan umat, tidak akan mengkhianati umat. Kami Insya Allah akan selalu berjuang bersama umat, akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga dan melindungi umat, akan terus berjuang untuk membela hak-hak umat karena kami adalah umat dan umat adalah kami. Kami tidak akan bergeser dari itu semua," ujar Rizieq.
Rizieq pun kembali menggaungkan narasi revolusi akhlak. Revolusi dilakukan dengan cara berakhlak. Ia mengakui bahwa Indonesia terjadi banyak kemungkaran dan kebohongan. Ia menyebut Indonesia darurat kebohongan.
“Apakah itu darurat kebohongan? Apakah itu darurat korupsi? Apakah itu darurat kezaliman? Apakah itu darurat utang? Apakah itu darurat ekonomi dan lain sebagainya? Maka kuncinya yuk sama-sama kita obati semua itu dengan revolusi akhlak,” kata Rizieq.
Rizieq menambahkan, “Kalau akhlaknya sudah baik, maka yang akan lahir dari dirinya adalah aneka ragam kebaikan dan kalau itu terjadi, maka Insya Allah Indonesia juga akan menjadi baik dan berkah.” Namun dari pernyataan terbaru Rizieq, belum ada yang mengarah ke politik elektoral.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz