tirto.id - PT Transjakarta belakangan ini menjadi sorotan publik lantaran armadanya sering mengalami kecelakaan. Periode Januari hingga Oktober 2021 bahkan terjadi kecelakaan sebanyak 502 kali. Hal ini membuat DPRD DKI, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), hingga Polda Metro Jaya turun tangan.
Ketua Serikat Pekerja Transportasi Jakarta (SPTJ) Jan Oratmangun menilai kecelakaan bus Transjakarta kerap terjadi lantaran kualitas layanan menurun. “Ini dampak dari diberlakukannya berbagai kebijakan yang lebih mengutamakan profit oriented dibandingkan pemberdayaan sumber daya manusianya,” kata Jan dalam keterangan tertulis, Selasa (7/12/2021).
Dari Kebijakan profit oriented ini, kata dia, terjadilah sub kebijakan efisiensi anggaran di tingkat lapangan. SPTJ menilai hal tersebut salah kaprah. Salah satunya adalah tidak ada lagi petugas di dalam bus yang seharusnya menjadi pengingat bagi pramudi demi memastikan keamanan dan kenyamanan pelanggan.
Contoh Kebijakan salah kaprah lainnya, kata dia, adalah fungsi kontrol Transjakarta sebagai regulator tidak berjalan dengan baik. Fungsi kontrol operasional yang tadinya dilakukan oleh petugas pengendalian di setiap koridor atau rute dengan skema tiga orang petugas pengendali, tapi saat ini dikerucutkan hingga hanya satu orang di setiap koridor.
Hal tersebut mengakibatkan pengawasan terhadap perilaku mengemudi pramudi di koridor untuk menerapakan standar pelayanan minimum (SPM) menjadi lemah. SPTJ pun meminta manajemen Transjakarta meningkatkan kualitas layanan sesuai SPM dengan menempatkan lagi petugas PLB di dalam bus agar pelayanan menjadi baik.
“Selain itu, perlu dikuatkan kembali fungsi kontrol dan pengawasan Transjakarta sebagai regulator terhadap operator. Boleh lakukan efesiensi dan menggunakan sistem, tetapi jangan salah kapra dan mengabaikan keselamatan,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Jan, serikat pekerja meminta pertemuan bipartit semua serikat yang ada di Transjakarta dengan manajemen untuk membahas kinerja dan perbaikan di perusahaan.
Sementara itu, Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo mengatakan, dari kecelakaan bus Transjakarta sepekan terakhir, faktor human error menjadi penyebab utama. Oleh karena itu, perbaikan di sejumlah sektor harus segera dibenahi pihak Transjakarta.
“Tentu harus ada perbaikan dari sisi human resource-nya, perbaikan SOP-nya, pengawasan driver, perekrutan, pelatihan nanti akan kami lihat,” kata Sambodo di Jakarta, Selasa (7/12/2021).
Dalam waktu dekat ini, kata dia, Polda Metro Jaya bakal menggelar pertemuan dengan Dirut Transjakarta untuk menyikapi rentetan kecelakaan tersebut.
“Kami konsultasikan, kemudian kami akan lihat sejauh mana pihak manajemen akan memperbaiki SOP mereka sehingga kecelakaan-kecelakaan tersebut bisa dihindari atau setidaknya tidak diulangi,” ucapnya.
Berdasarkan data PT Transjakarta, periode Januari hingga Oktober 2021 terjadi kecelakaan sebanyak 502 kejadian. Paling banyak terjadi pada Januari 2021 yakni 75 kecelakaan. Pada Februari 2021 ada 63 kasus kecelakaan, Maret ada 72 kasus, dan April ada 55 kecelakaan.
Kecelakaan bus transjakarta pada Mei 2021 menurun menjadi 54 kasus, Juni 48 kasus, Juli 44 kasus, Agustus 22 kasus, September 42 kasus, dan Oktober 27 kasus.
Sebanyak 12% kejadian kecelakaan mencatat armada Transjakarta sebagai korban (ditabrak atau diserempet) dan sebanyak 80% Transjakarta sebagai pelaku kecelakaan.
Kecelakaan bus Transjakarta paling banyak melibatkan mobil pribadi sebanyak 29% dan sepeda motor sebanyak 28%. Adapun benda diam seperti separator, median, halte menyumbang 20% dari total Transjakarta.
Kecelakaan bus Transjakarta yang melibatkan sesama bus Transjakarta sebanyak 11%, angkutan barang 6%, angkutan umum 4%, dan pejalan kaki 2%.
DPRD DKI Beri 3 Rekomendasi
Komisi B DPRD DKI selaku mitra BUMD pun telah memanggil Direksi PT Transjakarta dan memberikan tiga rekomendasi. Pertama, Ketua Komisi B DPRD DKI Abdul Aziz memberikan rekomendasi berupa reorganisasi manajemen.
Dia meminta ada direksi khusus untuk memastikan kecelakaan bus Transjakarta tidak terulang kembali. “Harus ada penanggung jawab di bidang keselamatan,” kata Aziz di dalam rapat dengan direksi, Senin (6/12/2021).
Rekomendasi kedua, harus ada audit total atas kecelakaan beruntun yang terjadi belakangan. Dalam hal tersebut, Transjakarta melibatkan KNKT untuk mengetahui persis penyebab terjadinya kecelakaan.
Ketiga, pihak operator harus memenuhi standar pelayanan minimal SPM. Aziz menegaskan, Transjakarta tidak boleh menurunkan SPM. Jika ada operator yang melakukannya, maka PT Transjakarta diminta untuk tegas melakukan tindakan.
“Kita semua berharap agar kejadian [kecelakaan] seperti yang sudah terjadi tidak terjadi lagi ke depan,” kata dia.
Rapa tantara DPRD DKI dan direksi Transjakarta ini sempat diwarnai cekcok lantaran anggota DPRD DKI dari Fraksi Gerindra, Adi Kurnia menyinggung direksi Transjakarta yang menonton belly dance atau striptis di sebuah kafe. Namun, pertemuan tersebut kembali kondusif.
Respons Transjakarta & Saran KNKT
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, M Yana Aditya, meminta maaf atas kecelakaan yang sering terjadi. Setelah pertemuan dengan Komisi B DPRD DKI, Yana pun mengaku mengikuti rekomendasi yang diberikan.
Transjakarta misalnya telah meminta KNKT melakukan audit pada Jumat (3/12/2021). Lalu, pada Selasa (7/12) kemarin Transjakarta ke kantor KNKT untuk melakukan audit peristiwa terbaru.
Yana menyampaikan kecelakaan yang terjadi perlu dilakukan audit secara menyeluruh oleh KNKT yang dinilai kompeten di bidangnya agar nantinya dapat diberikan rekomendasi terkait keselamatan di Transjakarta.
Yana mengatakan, hasil rekomendasi yang disampaikan oleh pihak KNKT akan diimplementasikan di layanan Transjakarta. “Ini upaya Transjakarta meningkatkan keselamatan di transportasi publik terutama di Transjakarta sekaligus untuk meminimalisir kecelakaan ke depannya,” kata Yana.
Sementara itu, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan sejauh ini belum menemukan adanya unsur sabotase dalam rentetan kecelakaan bus Transjakarta. Kecelakaan yang terjadi disebabkan karena diduga sopir bus kelelahan karena rute yang lurus dan dibatasi beton pada sisi kanan dan kiri.
Menurutnya, kondisi tersebut perlu segera dicarikan solusi agar persoalan serupa tidak kembali terjadi. “Unit di Transjakarta berjalan di koridor yang saya cerita itu menyebabkan rasa lelah luar biasa bagi pengemudi. Ini yang harus kita cari solusinya seperti apa,” kata Soerjanto di Kantor KNKT, Selasa (7/12/2021).
Dia membandingkan antara koridor bus Transjakarta dengan di luar negeri. Koridor bus di luar negeri memiliki guide, sehingga pengemudi hanya mengatur rem dan gas. “Kalau ini kan juga harus kanan kirinya diperhatikan supaya tidak nyerempet. Pengemudinya harus fokus. Itu capek,” ucapnya.
Plt Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan mengatakan pihaknya dan Transjakarta sudah sepakat untuk mendiskusikan dan mencari ruang perbaikan dalam empat aspek, yakni terkait organisasi dan manajemen, kesiapan awak, kelaikan kendaraan, dan pemetaan bahaya (route hazard mapping).
“Organisasi dan manajemen tadi barangkali mungkin perlu ditambah, satu direktorat misalkan. Tadi sudah kami sampaikan ke Pak Dirut, kami ingin overview dari dirut sampai supervisor, kira-kira seperti apa jobdesk, dan rencana operasionalnya seperti apa, ini yang harus kami bedah satu-satu," ujar Wildan.
KNKT menjanjikan dalam waktu dua minggu pihaknya akan menginvestigasi dan menyampaikan empat aspek tersebut yang disajikan dalam bentuk rekomendasi kepada Transjakarta. "Nanti perbaikannya seperti apa, jadi jangan melebar dulu. Ada empat area," kata dia.
Namun sampai saat ini, manajemen Transjakarta belum memberikan keterangan terkait dua rekomendasi DPRD DKI lainnya mengenai reorganisasi manajemen dan pihak operator harus memenuhi SPM. Tirto telah menghubungi Transjakarta untuk menanyakan perihal ini, tapi hingga artikel ini ditayangkan, mereka belum merespons.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz