tirto.id - Kuil Preah Vihear terletak di atas tebing Pegunungan Dangrek, Kamboja. Candi Preah Vihear berasal dari abad ke-9, lebih tua dari Angkor Wat maupun candi Hindu lainnya di Kamboja.
Preah Vihear Temple dianggap sebagai mahakarya Kerajaan Khmer kuno yang masuk dalam situs Warisan Dunia UNESCO. Kuil ini dikelilingi hutan lebat dan lingkungan yang tenang.
Kuil terdiri dari empat halaman dan lima gapura berornamen dengan sebuah gerbang masuk ke kuil, sisa-sisa terakhir Kerajaan Khmer yang benar-benar menakjubkan untuk dilihat.
Bagaimana Cara Menuju Preah Vihear?
Wisatawan yang hendak pergi ke Preah Vihear bisa terbang ke Siem Reap dari Phnom Penh, lalu naik taksi atau bus ke Preah Vihear.
Jarak dari Siem Reap ke Preah Vihear sekitar 230 kilometer, dan perjalanan darat memakan waktu sekitar 3-4 jam. Beberapa perusahaan bus menyediakan layanan harian dari Phnom Penh ke Preah Vihear.
Kuil ini dibangun di puncak Poy Tadi, sebuah tebing curam di Pegunungan Dangrek yang merupakan perbatasan alami antara Kamboja dan Thailand.
Situs ini terdaftar oleh Kamboja sebagai situs di Desa Svay Chrum, Kecamatan Kan Tout, di Distrik Choam Khsant, Provinsi Preah Vihear.
Sementara itu, oleh Thailand, kuil didaftarkan terletak di Desa Bhumsrol, Kecamatan Bueng Malu (sekarang bergabung dengan Kecamatan Sao Thong Chai), di Kabupaten Kantharalak, Provinsi Sisaket. Kuil ini berjarak 110 km dari Kecamatan Mueang Sisaket, di pusat Provinsi Sisaket.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa hanya bangunan kuil ini yang menjadi milik Kamboja, sementara akses langsung ke kuil adalah dari Thailand, tetapi pada tahun 2015, satu-satunya akses adalah dari Kamboja.

Profil Candi Preah Vihear
Terletak di tepi dataran tinggi yang mendominasi dataran Kamboja, Kuil Preah Vihear didedikasikan untuk Dewa Siwa. Kuil ini terdiri dari serangkaian tempat suci yang dihubungkan oleh sistem trotoar dan tangga sepanjang 800 meter dan berasal dari paruh pertama abad ke-11 Masehi.
Sejarahnya yang kompleks dapat ditelusuri hingga abad ke-9, ketika pertapaan tersebut didirikan. Situs ini terpelihara dengan sangat baik, terutama karena lokasinya yang terpencil.
UNESCO mendeskripsikan situs ini luar biasa karena kualitas arsitekturnya, yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan fungsi keagamaan kuil, serta kualitas ornamen batu pahatnya yang luar biasa.
Sejarah Konflik Thailand Kamboja di Kuil Preah Vihear
Mengutip artikel Thailand and Cambodia: The Battle for Preah Vihear yang tayang di situs web Stanford,Preah Vihear—yang oleh orang Thailand sebut Phra Viharn—telah ada jauh sebelum negara-negara Asia Tenggara modern.
Sebagian besar bagian candi yang masih ada berasal dari abad ke-11 dan ke-12, pada masa keemasan Kekaisaran Khmer.
Orang-orang Khmer adalah nenek moyang langsung orang Kamboja modern, yang masih menyebut diri mereka sebagai Khmer. Raja-raja mereka membangun kompleks megah di Angkor dan memerintah sebagian besar daratan Asia Tenggara, termasuk sebagian besar Thailand modern (yang saat itu disebut Siam).
Preah Vihear mengandung pengaruh Hinduisme, agama yang dominan di kalangan raja Khmer pada masa itu. Preah Vihear juga mencerminkan unsur-unsur Buddhisme, yang kemudian menjadi dominan di wilayah sekitarnya.
Meskipun berasal dari Khmer, Preah Vihear tidak selalu berada di bawah kendali Kamboja. Wilayah yang didudukinya terkadang diperintah atau diduduki oleh kerajaan-kerajaan Siam dan negara Thailand modern yang menggantikannya.
Tahun 1431
Kekaisaran Khmer mulai mengalami kemunduran yang panjang, pasukan dari Siam menjarah ibu kota Kamboja di Angkor Thom. Kekalahan itu memaksa raja Khmer untuk bergerak ke selatan dan mengkonsolidasikan kekuasaannya lebih dekat ke Phnom Penh.Tahun 1794
Siam secara bertahap menggerogoti wilayah Kamboja. Raja Khmer kemudian menyerahkan kendali kepada Siam atas provinsi-provinsi barat laut di sekitar Sisophon dan Batdambang modern. Akhirnya, Raja Kamboja Norodom meminta status protektorat Prancis pada tahun 1863.Tahun 1880-an
Prancis mulai bergerak maju. Perang singkat Prancis-Siam tahun 1893 membuat Laos berada di bawah kendali Prancis.Tahun 1904
Kedua belah pihak menandatangani perjanjian perbatasan yang menyetujui bahwa perbatasan utara dekat Preah Vihear akan membentang di sepanjang garis daerah aliran sungai Pegunungan Dangrek. Prinsip itu akan menempatkan sebagian besar kuil di tanah Siam, tetapi perjanjian itu tidak menyatakan kesimpulan itu.Tahun 1907
Pejabat Prancis melakukan survei dan menghasilkan peta topografi yang menunjukkan perbatasan yang menyimpang dari garis daerah aliran sungai dan menempatkan seluruh Preah Vihear di sisi Kamboja. Anggota Siam dari komisi gabungan tidak menyetujui peta Prancis, tetapi mereka tidak melakukan survei tandingan atau mengajukan keberatan yang jelas.Tahun 1941
Thailand merebut Preah Vihear dan wilayah lainnya sebagai bagian dari aliansi masa perang dengan Jepang. Setelah mengembalikan wilayah tersebut ke Prancis, Preah Vihear kembali berpindah tangan setelah kekalahan pasukan kolonial Prancis pada tahun 1953.Tahun 1954
Kamboja yang baru merdeka berusaha berdiri sendiri, pasukan Thailand pindah ke Preah Vihear pada tahun 1954 untuk menggantikan tentara Prancis yang pergi. Kamboja memprotes dan mengajukan gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ) lima tahun kemudian. Hubungan diplomatik terputus, dan konflik perbatasan dimulai.Hasil Keputusan Mahkamah Internasional
Thailand menyatakan bahwa survei Prancis tahun 1907 tidak mengikat secara hukum, karena tidak pernah disahkan oleh komisi gabungan. Mereka juga mengutip kendali de facto mereka atas kuil tersebut—yang jauh lebih mudah diakses dari sisi perbatasan Thailand—sebagai bukti bahwa mereka percaya Preah Vihear milik Thailand.
Meskipun demikian, ICJ memutuskan bahwa Thailand telah menyetujui penetapan batas wilayah Prancis selama hampir setengah abad dan mengeluarkan keputusan 9 banding 3 yang menguntungkan Kamboja pada tahun 1962.
Thailand menanggapi keputusan tersebut dengan nada diplomatis dan amarah, tetapi menarik pasukannya.
Pada tahun 2008, sengketa historis mengenai kepemilikan kembali mencuat ketika Kamboja berupaya mendaftarkan Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pemerintah Thailand menolak dengan alasan bahwa permohonan tersebut merujuk pada tanah di sekitar candi yang merupakan milik Thailand.
Situasi memburuk pada awal Juli, ketika UNESCO mempertimbangkan permohonan tersebut hingga akhirnya menyetujui permohonan Kamboja untuk Preah Vihear.
Ratusan tentara Thailand dan Kamboja ditempatkan di daerah tersebut, banyak di antaranya di daerah sengketa yang berbatasan langsung dengan kuil tersebut.
Sejak saat itu, terdapat situasi berbahaya di perbatasan, di mana kedua negara tetap berada di ambang konflik bersenjata. Mereka telah bentrok dan saling tembak lebih dari sekali.
Situasi pun kembali memanas pada Juli 2025 ketika kedua negara saling menyerang di wilayah Kuil Preah Vihear.
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id


































