tirto.id - Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, mengundurkan diri pada 9 September 2025. Salah satu calon penggantinya sebagai PM interim Nepal, yakni Kulman Ghising yang juga diusung oleh pemuda atau Gen Z. Simak profilnya berikut ini.
Protes Generasi Z (Gen Z) dipimpin terutama oleh pemuda Nepal berusia 13—28 tahun yang dimobilisasi melalui saluran media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan Telegram. Mereka menentang apa yang dianggap sebagai korupsi sistemik, nepotisme, pembatasan kebebasan, dan gaya hidup mewah kaum elit atau pejabat di sana.
Demonstrasi pun meningkat disertai kekerasan selama beberapa hari. Ini menyebabkan bentrokan dengan pasukan keamanan, perusakan properti pemerintah termasuk Parlemen, serta hilangnya sekitar 29 nyawa, mengutip Times of India (11/9/2025).
Pengunduran diri Perdana Menteri Oli telah menciptakan kekosongan politik dan memulai pencarian pemerintahan sementara untuk memimpin Nepal hingga pemilihan umum baru. Beberapa nama muncul, seperti Sushila Karki dan Balen Shah sebagai Perdana Menteri sementara (PM interim) Nepal.
Sushila Karki merupakan mantan Ketua Mahkamah Agung. Dia dikenal karena pendiriannya yang tegas dalam anikorupsi. Dirinya semula dipilih oleh gerakan Gen Z untuk memimpin pemerintahan sementara. Namun, perannya sebagai pemimpin menghadapi tantangan dari pesaing dan dinamika politik yang berkembang.
Di satu sisi, nama lain yaitu Wali Kota Kathmandu, Balen Shah, juga disebut-sebut sebagai calon potensial interim PM Nepal. Dia di sini mendukung Karki untuk peran tersebut. Namun, kedua nama itu pun mengundurkan diri.
Nama lain yang didukung Gen Z, yakni Kulman Ghising. Siapakah sosok kandidat Perdana Menteri Sementara Nepal tersebut?
Profil Kulman Ghising
Kulman Ghising lahir pada 25 November 1970 di Desa Bethan, Distrik Ramechhap, Nepal. Dia berasal dari latar belakang perdesaan yang sederhana, membentuk sifatnya yang membumi dan gigih.
Ghising meraih gelar Sarjana Teknik Elektro dari Institut Teknologi Regional di Jamshedpur, India. Gelar selanjutnya, yakni Magister Power System dari Pulchowk Engineering College, Kathmandu, lalu gelar MBA dari Pokhara University. Itu semua membekalinya dengan keahlian teknis dan manajerial yang kuat.
Pada 1994, Ghising bergabung dengan Otoritas Listrik Nepal (NEA) sebagai insinyur listrik dan memegang poisisi teknis dan administratif selama dua dekade, termasuk kepala proyek Hidroelektrik Rahughat dan direktur pelaksana Perusahaan Hidroelektrik Chilime.
Dia kemudian ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana NEA pada September 2016. Saat itu dia mengambil alih tugas saat Nepal mengalami pemadaman listrik hingga 18 jam setiap hari yang memengaruhi perekonomian dan kualitas hidup di seluruh negeri.
Di bawah masa jabatannya, NEA memperoleh keuntungan untuk pertama kali. Selain itu, Nepal juga secara efektif mengakhiri pemadaman listrik di daerah perkotaan pada awal tahun 2017. Ini merupakan pencapaian monumental, memulihkan listrik ke kota-kota besar dan secara signifikan mengurangi pemadaman listrik.
Ghising (54) merupakan salah satu kandidat terkuat untuk Perdana Menteri Nepal. Dia sangat dihormati atas keberhasilannya dalam mengakhiri krisis pemadaman listrik nasional yang sudah berlangsung lama di Nepal. Dengan ini, Ghising mendapat reputasi sebagai pemimpin teknokratis yang bersih dan cakap.
Lain dari politisi tradisional, Ghising dipandang apolitis dan pragmatis. Ini selaras dengan tuntutan para pengunjuk rasa Gen Z akan pemerintahan yang terbebas dari korupsi dan nepotisme politik.
Mengutip Hindustan Times (11/9/2025), Ghising menjadi nama utama untuk Perdana Menteri Sementara Nepal yang dipilih oleh kelompok Gen Z setelah pengunduran KP Sharma Oli.
Di sisi lain, India Today (11/9/2025) melaporkan bahwa bagi anak muda (Gen Z) Nepal yang resah, citra Ghising yang bersih dan rekam jejak pemecahan masalah menjadikannya pilihan yang tepat.
Pembaca yang ingin membaca artikel sejenis terkait demo Nepal dapat mengakses tautan berikut ini:
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Yantina Debora
Masuk tirto.id







































