Menuju konten utama

Profil Francois Bayrou yang Dilengserkan dari PM Prancis

Perdana Menteri Prancis, Francois Bayrou dilengserkan usai pemungutan suara mosi tidak percaya pada Senin (8/9/2025) lalu. Simak profilnya berikut ini.

Profil Francois Bayrou yang Dilengserkan dari PM Prancis
Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou meninggalkan Dewan Perwakilan Rakyat saat jeda sidang parlemen menjelang pemungutan suara mosi tidak percaya atas anggaran penghematan pemerintah, di Majelis Nasional di Paris pada 8 September 2025. AFP/oleh Bertrand GUAY / AFP

tirto.id - Perdana Menteri (PM) Prancis, Francois Bayrou digulingkan lewat mosi tidak percaya Majelis Nasional pada Senin (8/9/2025).

Pada Senin itu, Majelis Nasional Prancis menggelar pemungutan suara mosi tidak percaya terhadap pemerintahan yang dipimpin oleh PM Francois Bayrou. Mosi tidak percaya itu muncul karena kombinasi alasan politik, ekonomi, dan ketidakpuasan publik.

Pasalnya, Bayrou mengusulkan pemangkasan anggaran sekitar 44 miliar euro untuk tahun 2026. Ini termasuk pemotongan pada sektor kesehatan, pendidikan, dan belanja sosial.

Pemangkasan itu mendorong aksi demonstrasi yang diikuti ribuan orang di Prancis. Bahkan muncul pula ancaman mogok nasional. Dengan kondisi ini, mosi tidak percaya pun dilakukan.

Hal tersebut menghasilkan 364 anggota parlemen yang menyatakan mosi tidak percaya pada pemerintah, sementara sebanyak 194 suara lainnya menyatakan percaya. Jumlah suara yang menolak Bayrou jauh di atas ambang batas suara yang dibutuhkan, yakni 280 suara, sehingga cukup untuk menjatuhkan pemerintah.

Bayrou pun dipaksa mundur setelah hanya sembilan bulan menjabat. Tak beda jauh dengan pendahulunya, Michel Barnier, yang juga kalah dalam mosi tidak percaya, Desember 2024 lalu.

Turunnya Francois Bayrou dari posisinya sebagai perdana menteri membuat publik penasaran dengan sosoknya. Simak profil mantan perdana menteri Prancis yang kalah dalam mosi tidak percaya itu.

Profil FrancoisBayrou

Francois Bayrou ditunjuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sebagai Perdana Menteri (PM) pada Desember 2024. Saat itu Bayrou berusia 73 tahun dan sempat menduduki beberapa jabatan.

Mengutip Al Jazeera (13/12/2024), dirinya pernah menjabat sebagai Komisaris Tinggi Perencanaan, badan pemerintah Prancis yang bertanggung jawab untuk memimpin dan mengoordinasikan proyek-proyek terkait isu sosial, lingkungan, dan teknologi.

Tak hanya itu, Francois Bayrou juga pernah menjadi Wali Kota Pau, sebuah kota di Prancis barat daya, serta Presiden Partai Demokrat Eropa dan partai anggotanya di Prancis, MoDem.

Bayrou lahir di keluarga petani kaya di Kota Borderes, Prancis. Sedari muda ia sudah tertarik pada politik. Sebelum memulai karier politik di tahun 1980-an, dirinya sudah bekerja sebagai guru bahasa Latin dan Yunani di Kota Bearn.

Kemudian, tahun 1986, dia terpilih menjadi anggota Majelis Nasional. Dirinya lalu menjadi anggota Parlemen Eropa tahun 1999—2002. Dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan sejak tahun 1993 di pemerintahan Perdana Menteri Republik Edouard Balladur dan Alain Juppe.

Tahun 2006, partai Union for French Democracy (UEF) mencalonkannya sebagai kandidat presiden untuk tahun 2007 melawan Nicolas Sarkozy yang berhaluan kanan dan Segolene Royal yang berhaluan kiri. Dia berada di posisi ketiga pada putaran pertama pemungutan suara sehingga gagal lolos ke putaran kedua.

Tak berhenti di situ, Bayrou kembali mencalonkan diri pada 2012, tapi gagal lagi. Dia diperkirakan akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2017, tapi dia mengundurkan diri saat itu. Bayrou justru menawarkan dukungannya pada Macron.

Pada tahun yang sama, Bayrou menjadi Menteri Kehakiman dalam kabinet Perdana Menteri Edouard Philippe. Sayangnya, masa jabatannya dirusak oleh skandal ketika dia dan partai MoDem dituntut atas tuduhan penyalahgunaan dana Parlemen Eropa, sebuah klaim yang akhirnya dia bantah di pengadilan.

Kemudian, Bayrou mengundurkan diri sebagai Menteri Kehakiman setelah sebulan menjabat karena tuduhan tersebut. Namun, dia dibebaskan dari tuduhan penipuan pada bulan Februari 2024.

Diketahui, Bayrou telah mencalonkan diri sebagai presiden pada 2002, 2007, dan 2012. Dia masih dapat mencoba mencalonkan diri lagi, dikutip dari Guardian. Pada 2012 lalu, dirinya dianggap oleh kampanye sayap kanan Nicola Sarkozy sebagai “pengkhianat” karena mengatakan bahwa dia akan memilih Sosialis Francois Hollande di putaran final.

Pembaca yang ingin membaca artikel sejenis terkait profil tokoh dapat mengakses tautan berikut ini:

Link artikel tentang profil

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Umu Hana Amini

tirto.id - Edusains
Kontributor: Umu Hana Amini
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Yantina Debora