tirto.id - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, melantik Gabriel Attal sebagai perdana menteri pada Selasa, 9 Januari 2024. Dilantik di usia yang ke-34 tahun, Gabriel Attal resmi menjadi perdana menteri termuda Prancis. Profil tokoh ini ternyata beberapa kali menuai kontroversi, apa saja?
Gabriel Attal menggantikan posisi Elisabeth Borne yang mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Prancis pada Senin (8/1/202) waktu setempat, setelah memimpin hampir dua tahun.
Selama berkarier sebagai politikus, Gabriel Attal kerap menjadi sorotan media karena sejumlah kontroversi. Salah satu kontroversi yang sangat melekat dari pemimpin muda itu adalah ketika dia secara terang-terangan mengakui diri memiliki kecenderungan seksual sebagai gay.
Jabatan Perdana Menteri Gabriel Attal diperoleh usai ditunjuk Presiden Emmanuel Macron. Gabriel Attal merupakan politisi muda populer dan menjadi menteri pendidikan sebelum naik kasta sebagai perdana menteri.
"Saya tahu saya dapat mengandalkan energi dan komitmen Anda,” kata Macron dalam postingannya di akun media sosial X, Senin (8/1/2024).
Pengangkatan Gabriel sebagai perdana menteri sesuai dengan konstitusi yang berlaku di Prancis. Sistem politik di negara ini mengatur pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden. Perdana menteri nantinya bertanggung jawab pada parlemen.
Pekerjaan rumah yang akan dihadapi Gabriel tidak bisa dibilang mudah. Ia memikul tanggung jawab dalam penerapan kebijakan dalam negeri, khususnya terkait penerapan langkah-langkah ekonomi, serta mengkoordinasi tim menteri di pemerintahan.
Gabriel juga ditugaskan membentuk pemerintahan baru dan memastikan undang-undang yang mendukung agenda presiden dapat disahkan. Kendati demikian, sebagian besar kekuasan tetap berada di tangan presiden Prancis.
“Sebagai perdana menteri, saya akan mendedikasikan semua upaya yang diperlukan untuk keberhasilannya. Ini akan menjadi salah satu prioritas mutlak saya sebagai kepala pemerintahan,” kata Gabriel seperti dikutip CNN, Selasa (9/1/2024).
Dalam pidatonya, Gabriel mengatakan bahwa beberapa prioritas yang akan dikerjakannya menyangkut pendidikan, inflasi, liberalisasi ekonomi Prancis, dan pengembangan pemuda. Dari semua itu, masalah pendidikan yang menjadi inti dari prioritas yang ditetapkan.
Profil Gabriel Attal Perdana Menteri Baru Prancis
Gabriel Attal lahir pada 16 Maret 1989 di Clamart, Île-de-France. Ia dibesarkan di distrik arondisemen, Paris bersama tiga saudara perempuannya.
Ayahnya, Yves Attal, adalah seorang pengacara dan produser film yang memiliki separuh keturunan Yahudi Tunisia dari pihak ayah dan separuh keturunan Yahudi Alsatia dari pihak ibu.
Ibu Attal, Marie de Couriss, adalah keturunan Prancis dan Yunani-Rusia, dan bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan produksi film. Attal dibesarkan dalam agama ibunya yaitu Kristen Ortodoks.
Attal bersekolah di École alsacienne, sebuah sekolah swasta di arondisemen ke-6. Ia kemudian belajar hukum di Universitas Panthéon-Assas dari tahun 2008 hingga 2011, dan kemudian di Sciences Po pada tahun 2012, di mana ia menerima gelar Magister Hubungan Masyarakat.
Dia juga menghabiskan satu tahun tepatnya pada 2009 hingga 2010 bekerja dengan Éric de Chassey, direktur Akademi Prancis di Roma.
Aktivitas politiknya pertama kali dimulai ketika ia berpartisipasi dalam protes pemuda tahun 2006 di Perancis. Pada tahun 2007, di Sciences Po ia membentuk sebuah komite untuk mendukung Íngrid Betancourt, sandera Perancis-Kolombia yang ditahan oleh FARC.
Gabriel Attal terpilih menjadi anggota Majelis Nasional Prancis pada 18 Juni 2018, mewakili daerah pemilihan ke-10 Hauts-de-Seine. Itu adalah jabatan publik perdananya.
Di ranah politik, Gabriel Attal adalah politisi muda yang bergabung dengan Partai Sosialis sayap kiri sebelum menyatu dalam gerakan politik sentris Emmanuel Macron.
Beberapa tahun belakangan arah politik Gabriel kadang bergeser ke sayap kanan. Kendati demkian, Gabriel tetap mempertahankan identitas politiknya.
Nama Gabriel makin dikenal masyarakat sejak terjadinya pandemi Covid-19 yang mewabah di Prancis dan seluruh dunia pada 2020 lalu. Ia menjadi juru bicara Pemerintah Prancis selama penanganan pandemi. Karier politiknya bertambah moncer selepas itu.
Pada periode kedua masa jabatan Presiden Emmanuel Macron, Gabriel didapuk untuk memimpin Kementerian Pekerjaan Umum dan Urusan Publik dengan berada di bawah komando Perdana Menteri Elisabeth Borne pada Mei 2022.
Satu tahun kemudian ia diangkat menjadi menteri pendidikan nasional dan pemuda saat terjadi perombakan kabinet pada Juli 2023.
Salah satu kebijakannya yang banyak mendapat pertentangan saat menjadi menteri pendidikan yaitu mengumumkan larangan memakai baju abaya atas alasan prinsip sekularisme yang diterapkan di Prancis.
Saat Perdana Menteri Elisabeth Borne mengundurkan diri 8 Januari 2024, Gabriel ditunjuk Presiden Emmanuel Macron untuk menggantikan jabatan tersebut. Satu hari kemudian, atau 9 Januari 2024, Gabriel Attal resmi menjadi Perdana Menteri Prancis.
Daftar Kontroversi Gabriel Attal Perdana Menteri Baru Prancis
Meski Gabriel Attal terbilang muda dan memiliki berbagai pencapaian dalam dunia politik, ia tidak luput dari sisi kontroversial. Berikut beberapa hal kontroversial Gabriel Attal perdana menteri baru Prancis:
1. Menyatakan diri sebagai gay secara terbuka
Gabriel Attal adalah pemimpin negara pertama di dunia yang mengakui dirinya sebagai seorang gay atau penyuka sesama laki-laki di depan publik.
Ia pernah menjalin civil union (ikatan sipil) dengan Stéphane Séjourné, anggota Parlemen Eropa untuk LREM, namun hubungan keduanya putus pada 2024 ini.
Civil union adalah istilah yang menunjukkan hubungan perkawinan sesama jenis dan diakui secara hukum oleh otoritas setempat.
2. Melarang penggunaan abaya di sekolah negeri Prancis
Gabriel Attal pernah membuat kebijakan pelarangan memakai abaya (busana muslim tradisional) di sekolah negeri Prancis saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Pemuda pada Juli 2023.Larangan itu dia terapkan dengan alasan bahwa pakaian yang khas dipakai muslimah tersebut tidak sesuai prinsip sekularisme yang dianut Prancis.
“Saat Anda masuk ke ruang kelas, Anda tidak boleh mengidentifikasi agama siswa hanya dengan melihat mereka,” kata Attal dalam sebuah wawancara TV dikutip Aljazeera.
3. Korban bullying sewaktu sekolah
Gabriel Attal pernah menjadi korban perundungan di sekolah. Dalam sebuah wawancara di televisi, Gabriel mengatakan siswa-siswa di sekolahnya mengintimidasi dirinya karena isu homofobia.Usai pernyataannya itu, mantan teman kelasnya, Juan Branco muncul ke publik melalui akun Twitter (sekarang "X") pada 2018. Juan Branco mengatakan, pengakuan Gabriel Attal tidaklah benar.
Melansir BNN Breaking, Juan Branco mengklaim Gabriel Attal bukanlah korban seperti yang dia ceritakan, melainkan pelaku bully.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Balqis Fallahnda & Iswara N Raditya