tirto.id - Boris Johnson dilaporkan setuju untuk mengundurkan dari jabatan Perdana Menteri Inggris pada hari ini, Kamis, 7 Juli 2022 setelah beberapa anggota kabinet meninggalkan pemerintahan karena berbagai skandal.
Seperti dikutip DW dari laporan penyiar Inggris ITV, Boris Johnson telah berbicara kepada Ratu Elizabeth sebagai rasa hormat menjelang pengumuman rencana untuk mundur.
Mantan perdana menteri Belgia, Guy Verhofstadt dalam twitnya membandingkan Boris Johnson dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Ia berharap, ke depannya hubungan Inggris-Uni Eropa bisa meningkat.
"Pemerintahan Boris Johnson berakhir dengan aib, sama seperti temannya Donald Trump," cuit Verhofstadt. "Akhir dari era populisme transatlantik? Semoga saja begitu. Hubungan UE - Inggris sangat menderita dengan pilihan Brexit Johnson. Segalanya hanya bisa menjadi lebih baik!"
Mengapa Boris Johnson Mundur?
Reutersmelaporkan, pengunduran diri Boris sebagai perdana menteri Inggris itu terjadi setelah dia ditinggalkan oleh para menteri dan anggota parlemen Partai Konservatif. Mereka mengatakan dia tidak layak lagi untuk memerintah.
Menurut sebuah sumber, setelah para menteri mengundurkan diri, termasuk dua sekretaris negara, Boris Johnson tidak berdaya dan dipaksa tuntuk sehingga akhirnya mengundurkan diri dari jabatan.
"Pengunduran dirinya tidak bisa dihindari," kata Justin Tomlinson, wakil ketua Partai Konservatif, di Twitter. "Sebagai sebuah partai kita harus cepat bersatu dan fokus pada apa yang penting. Ini adalah saat-saat yang serius di banyak bidang."
Boris Johnson adalah pemimpin Partai Konservatif. Artinya, sekarang partai itu harus memilih pemimpin baru, sebuah proses yang bisa memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Banyak yang mengatakan, Boris harus segera pergi dan menyerahkan jabatan itu kepada wakilnya, Dominic Raab.
"Selain mengundurkan diri sebagai pemimpin partai, PM harus mengundurkan diri dari jabatannya," kata wakil parlemen Konservatif Nick Gibb. "Setelah kehilangan begitu banyak menteri, dia telah kehilangan kepercayaan dan otoritas yang dibutuhkan untuk melanjutkan."
Editor: Iswara N Raditya