tirto.id - Jumlah korban tewas akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) telah meningkat menjadi 1.700 orang. Jumlah korban luka mencapai 3.400, sementara 300 orang masih hilang.
Krematorium di Mandalay, kota yang paling parah dilanda bencana, berjuang untuk mengatasi peningkatan jumlah korban tewas.
Pemakaman besar, termasuk Kyanikan, Taung-Inn dan Myauk-Inn, kewalahan dengan jenazah yang menumpuk saat keluarga berusaha mengkremasi jenazah kerabat mereka, lapor Myanmar Now pada Minggu (30/3/2025).
"Kemarin (Sabtu), kami mengkremasi lebih dari 300 jenazah. Pagi ini (Minggu), lebih dari 200 telah diproses," kantor berita independen itu mengutip seorang warga yang tidak disebutkan namanya di lokasi kremasi, seperti dikutip dari Antara, Senin (31/1/2025).
Bantuan internasional dan upaya penyelamatan terus ditingkatkan seiring dengan proses pemulihan di Myanmar dan Thailand pascagempa dahsyat yang terjadi, Jumat (28/3/2025) siang. Tim bantuan dari Cina tiba di Myanmar menggunakan pesawat China Eastern Airlines untuk mengirimkan bantuan penting.
“Pada Sabtu pukul 08.35 waktu setempat, penerbangan China Eastern Airlines MU9003 mendarat di Bandara Internasional Yangon, membawa 37 tim penyelamat China serta lima ton pasokan medis, tenda, selimut, dan berbagai perlengkapan bantuan lainnya,” demikian pernyataan yang dikeluarkan, mengutip Antara, Minggu (30/3/2025).
India juga mengirimkan 15 ton bantuan kemanusiaan, termasuk tenda, kantong tidur, selimut, makanan siap saji, alat penyaring air, paket kebersihan, obat-obatan, serta perlengkapan medis.
Kementerian Situasi Darurat Rusia mengirimkan dua pesawat yang membawa 120 tenaga ahli, termasuk dokter anestesi, psikolog, unit pencarian anjing pelacak (K9), serta tim penyelamat untuk membantu upaya pemulihan, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengalokasikan dana darurat sebesar 5 juta dolar AS (sekitar Rp82,5 miliar) untuk bantuan gempa di Myanmar sambil menilai kebutuhan tambahan dan mengoordinasikan respons kemanusiaan, kata seorang juru bicara PBB.