tirto.id - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, Sabtu (29/3/2025) malam menyetujui proposal gencatan senjata baru untuk Jalur Gaza yang diajukan oleh Mesir dan Qatar. Proposal genjatan senjata itu diharapan agar Israel tidak akan menghalangi rencana tersebut.
"Kami menerima proposal dua hari lalu dari saudara-saudara kami di Mesir dan Qatar, yang menjadi mediator dalam perundingan,” kata kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Hayyadalam, dalam pidato yang disiarkan televisi pada perayaan Idulfitri, mengutip Antara, Minggu (30/3/2025).
“Kami menanggapi proposal ini secara positif dan menerimanya, serta kami berharap pendudukan tidak akan menyabotasenya atau merusak upaya para mediator,” tambah dia.
Al-Hayya tidak mengungkapkan rincian proposal tersebut. Namun, media internasional dalam beberapa hari terakhir melaporkan bahwa Mesir dan Qatar telah mengajukan proposal gencatan senjata di Gaza.
Tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel tersebut akan diberlakukan setelah periode tenang.
"Kami sepenuhnya mematuhi komitmen kami dan bekerja dengan para mediator untuk memastikan Israel memenuhi kewajibannya. Namun, Israel mengingkari seluruh perjanjian begitu tahap pertama selesai," tutur dia.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth kemudian melaporkan bahwa Tel Aviv telah mengajukan proposal alternatif untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza, yang meminta Hamas membebaskan 10 tawanan, bukan lima seperti yang diusulkan dalam proposal Mesir.
Surat kabar itu mengutip sumber terpercaya yang mengatakan Israel "berharap mencapai kesepakatan gencatan senjata sebelum perayaan Paskah Yahudi," yang jatuh pada 12 hingga 20 April.
Sebelumnya pada Sabtu, kantor Kepala Otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa Tel Aviv telah menanggapi proposal yang diterima dari para mediator dengan alternatif yang sepenuhnya dikoordinasikan dengan Washington, tanpa mengungkapkan isi dari kedua proposal tersebut.
Tentara Israel meluncurkan serangan udara mendadak di Gaza pada 18 Maret, menewaskan lebih dari 920 orang, melukai lebih dari 2.000 lainnya, serta menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.200 warga Palestina telah tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 114.000 lainnya terluka akibat serangan militer Israel yang brutal di Gaza.
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama