tirto.id - Sejarah mencatat bendera pelangi khas LGBT awalnya dibuat untuk menggantikan logo bikinan NAZI.
Dikutip dari Britannica, bendera ini pertamakali dikibarkan dalam acara Gay Pride pada 25 Juni 1978 di San Fransisco. Gay Prade adalah festival yang digelar setiap tahun. Acara ini juga kerap dijadikan sebagai ajang untuk memperjuangkan pengakuan status, perkawinan sesama jenis, dan lainnya.
Perancang bendera pelangi bernama Gilbert Baker. Seniman, desainer, sekaligus aktivis pejuang hak-hak LGBT kelahiran Kansas ini merancang bendera pelangi atas permintaan Harvey Milk pada 1978. Milk adalah politisi gay Amerika Serikat pertama yang terpilih untuk menempati jabatan publik di California.
Alasan Baker memilih pelangi karena motif ini dirasanya tepat sebagai simbol bagi LGBT. Ia juga terinspirasi oleh bendera Amerika Serikat dengan menggunakan pola garis-garis yang menurutnya memiliki makna yang dalam dan inklusif bagi komunitas LGBT.
Bulan Juni diperingati oleh kalangan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) untuk mengenang peristiwa Stonewall yang terjadi di New York, Amerika Serikat, pada Juni 1969. Selama bulan ini, sering ditemukan bendera pelangi yang kemudian identik sebagai simbol gerakan LGBT di seluruh dunia.
Makna Bendera Pelangi dan Apa Hubungannya dengan Warna LGBT
Sebelum bendera pelangi rancangan Baker digunakan sebagai ikon LGBT, komunitas ini dilambangkan dengan simbol segitiga merah muda. Awalnya, simbol ini digunakan oleh NAZI pimpinan Adolf Hitler yang berpusat di Jerman untuk mengidentifikasi kaum homoseksual selama Perang Dunia Kedua (1939-1945).
Baker rupanya kurang cocok dengan lambang tersebut dan memang berniat menggantinya. Menurut Baker, simbol bikinan NAZI itu mengandung makna yang sangat gelap. Dan baginya, seksualitas sangat lebih berwarna layaknya pelangi.
“Seksualitas kita terdiri dari seluruh jenis warna. Kita semua adalah gender, ras, dan usia,” jelas Baker dilansir National Geographic.
Bendera pelangi pertama yang dibuat Baker berukuran 30x60 kaki dan terdiri dari 8 warna yang masing-masing memiliki arti berbeda. Warna merah muda menyala melambangkan seks, merah adalah simbol untuk kehidupan, oranye berarti penyembuhan, kuning adalah sinar matahari, hijau mewakili alam, warna pirus perlambangan seni, serta warna nila untuk keharmonisan.
Namun, pada akhirnya Baker menghapus warna merah muda dan pirus untuk memudahkan proses produksi bendera ini. Warna bendera pelangi yang saat ini dikenal sebagai bendera khas LGBT menyerupai warna-warna yang menyusun pelangi pada umumnya.
“Bendera yang sesungguhnya bukanlah sesuatu yang bisa kamu rancang,” ucap Baker yang wafat pada 31 Maret 2017 lalu dalam usia 65 tahun.
“Bendera yang sesungguhnya terdapat dalam jiwa orang. Bendera milik semua orang, dan itulah sebabnya mereka bekerja. Bendera pelangi, seperti bendera-bendera lain, juga milik rakyat,” tandasnya.
Bendera ini resmi ditetapkan sebagai simbol kebanggaan kaum LGBT sejak 1994. Pada 2015, Museum of Modern Art (MoMA) menetapkan bendera pelangi karya Baker sebagai simbol yang diakui secara internasional.
Penulis: Rani Rahayu
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani