Menuju konten utama

Kisah Angela Ponce, Transgender Pertama di Sejarah Miss Universe

"[Kehadiran saya di Miss Universe 2018] lebih dari teguran untuk Donald Trump. Ini akan menjadi kemenangan bagi hak asasi manusia."

Kisah Angela Ponce, Transgender Pertama di Sejarah Miss Universe
Miss Spanyol Angela Ponce. AP Photo/Paul White

tirto.id - Angela Ponce menjadi transgender pertama yang berkompetisi dalam kontes kecantikan akan tampil di Miss Universe ke-67 yang diadakan pada 16 Desember 2018 di Bangkok, Thailand.

Seperti banyak kontestan lain, Angela Ponce tumbuh dewasa dengan menonton gemerlap kontes kecantikan di televisi dan bermimpi suatu hari nanti ia bisa hadir di kontestasi yang sama mewakili negaranya, Spanyol.

Keinginan perempuan berumur 27 tahun ini menjadi kenyataan, ia melahirkan sejarah baru di dunia kontes kecantikan Miss Universe dengan menjadi kontestan transgender pertama.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang juga mantan pemilik ajang Miss Universe ini tidak mengizinkan transgender mendaftar sebagai kontestan hingga tahun 2012. Ditambah lagi, sejak ia menjadi presiden, Trump terus mendiskreditkan hak transgender.

Terkait hal ini, kepada Time, Ponce menyebut kehadirannya di ajang Miss Universe 2018 sebagai kemenangan HAM.

"[Kehadiran saya di Miss Universe 2018] lebih dari teguran untuk Donald Trump. Ini akan menjadi kemenangan bagi hak asasi manusia. Perempuan trans telah dianiaya dan terdiskreditkan begitu lama. Jika mereka memberi saya mahkota, paling tidak itu akan menunjukkan, perempuan trans setara dengan perempuan lainnya," tutur Ponce.

Pada Juni 2018, Angela Ponce berhasil mengalahkan 22 ratu kecantikan di Spanyol dan dinobatkan sebagai Miss Spanyol 2018.

Perjalanan Ponce ke tahap ini tidaklah mudah. Sebelumnya, model dan aktivis ini pernah mengikuti ajang Miss World di tahun 2015 yang mana mempunyai aturan perempuan transgender tidak bisa dimenangkan.

"Ini sama sekali tidak mudah. Pada tahun 2015, saya berkompetisi di ajang Miss World, di Spanyol. Tetapi saya diberitahu pada hari kompetisi, peraturan mereka tidak mengizinkan wanita transgender menang. Ini sangat membuat saya patah hati. Saya harus tetap tampil, namun kompetisi sudah terasa mengerikan. Hingga kemudian, saya akhirnya mampu mencapai final Miss Universe. Hal ini juga yang membuat Miss World mengubah aturan mereka juga. Saya mengubah aturan mereka," tandasnya kepada Time.

Ponce pertama menjadi model pada usia 18 tahun. Ponce mengaku dia telah mengalami diskriminasi sebagai model, ditolak untuk acara-acara fesyen atau pemotretan begitu para perancang atau penyelenggara menemukan dia telah menjalani prosedur pergantian jenis kelamin.

“Industri mode sering berbicara bahwa mereka suka ide kebebasan dan kreativitas, tetapi [kenyataannya] tidak begitu juga. Sering kali saya pergi casting dan mereka telah memberi saya pekerjaan, namun kemudian agen saya menelepon dan mengatakan mereka telah mengubah pikiran mereka, karena mereka telah tahu saya transgender," kata Ponce.

Kepada AP, Ponce mengatakan motto hidupnya “To be the best is not an option, is a must” terus memberinya kekuatan.

"Jika saya melewati semua ini dan memberikan kontribusi agar dunia terus terbuka dan maju ke depan, maka ini sudah menjadi mahkota kemenangan pribadi yang akan selalu menemani saya," kata Ponce dilansir AP.

Ponce juga menegaskan, kehadirannya di panggung fesyen dan kompetisi dunia bukanlah untuk mengubah kultur masyarakat. Hal ini ia jelaskan ketika ditanyai Time, apakah Ponce merasa gugup bersaing di depan penonton dari negara-negara yang memiliki sedikit gagasan progresif tentang komunitas trans.

"Tidak, karena saya tidak mencoba memaksakan apa pun pada siapa pun. Saya tidak akan pernah mencoba mengubah budaya atau cara hidup orang lain. Tetapi dengan bersaing saya akan membuat orang trans 'lebih terlihat' bagi semua orang. Saya tidak gugup. Saya senang," kata Ponce.

Baca juga artikel terkait MISS UNIVERSE 2018 atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Humaniora
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani