tirto.id - Ali bin Rabban at-Tabari atau yang lebih dikenal sebagai Abu al-Hasan Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari, merupakan ilmuwan muslim terkenal dari Persia yang hidup pada abad ke-9 M. Ia mengabdikan dirinya sebagai dokter, fisikawan, dan psikolog yang berpengaruh pada masanya. Lewat karya-karyanya, ia memberikan kontribusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan dan kesehatan.
Karya Ali bin Rabban at Tabari yang paling monumental adalah Firdaus al-Hikmah yang terdiri dari tujuh jilid. Dalam buku tersebut, al-Tabari mengungkapkan gagasannya mengenai kesehatan serta merangkum berbagai informasi medis dari tradisi Syria dan Yunani. Ia juga menyampaikan pandangan-pandangan medis dari masa lampau, menjadikan karyanya layaknya ensiklopedia kuno.
Penemuan Ali bin Rabban at-Tabari tak hanya berhenti pada tulisannya, tetapi juga pada pendidikannya terhadap murid-murid cerdas seperti Abu Bakr Muhammad bin Zakariya al-Razi. Murid ini bahkan berhasil meraih ketenaran yang sebanding dengan gurunya. Al-Tabari tercatat sebagai orang pertama yang menyatakan bahwa tuberkulosis paru bersifat menular.
Profil Singkat Ali Ibn Rabban al-Tabari
Ali ibn Sahl Rabban al-Tabari berasal dari Tabaristan, wilayah kuno di selatan Laut Kaspia yang kini menjadi bagian beberapa provinsi Iran. Karena itu, julukan al-Tabari disematkan pada namanya.
Biografi Ali bin Rabban at Tabari menunjukkan bahwa ia adalah seorang polymath dan ilmuwan penting pada zamannya, yang berkontribusi besar dalam bidang kedokteran, filsafat, dan ilmu pengetahuan Islam.
Ayahnya, Sahl bin Bish adalah seorang pejabat negara yang disegani dan dihormati. Sahl bin Bish piawai dalam bidang seni kaligrafi, ahli astronomi, matematika, filsafat, sastra, dan ilmu medis.
Sang putra, Ali ibn Rabban al-Tabari mewarisi ilmu-ilmu tersebut. Dikatakan pula bahwa sang ayah adalah guru pertama baginya.
Husein Nar dalam Richard Nelson Frye, The Cambridge History of Iran: The period from the Arab Invasion to the Saljuqs (1975) mengklaim bahwa al-Tabari bukan seorang muslim tulen. Dulu, ia merupakan Zoroastrian yang beralih menjadi mualaf. Namun berdasarkan riwayat lain, ia mulanya seorang penganut Kristen sebelum memeluk Islam.
Rabban al-Tabari tercatat pernah menulis dua karya untuk mengkritik agama sebelumnya. Pertama adalah Al-Radd 'ala I-Nasara (Sangkalan Orang Kristen) dan Al-Din wa I-Dawla (Kitab Agama dan Kekuasaan). Kedua karya tersebut disalin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman oleh penerbit Brill pada 2016 melalui buku berjudul The Polemical Works of 'Ali al-Tabari.
Saat Ali ibn Rabban al-Tabari berada di puncak popularitas, Khalifah al-Mu'Tasim (833-842) pernah mengangkatnya sebagai seorang penasihat istana Dinasti Abbasiyah. Sampai pada masa khalifah selanjutnya, al-Mutawakkil (847-861), ia tetap dipercaya sebagai orang penting di istana.
Ali ibn Rabban al-Tabari tidak hanya menguasai pelbagai bidang keilmuan. Ia juga fasih berbahasa Suriah dan Yunani. Melukis kaligrafi pun termasuk dalam daftar kemahirannya.
Ali Al-Tabari mengembuskan napas terakhir di Samarra (kini kota di Iraq). Tidak ada keterangan pasti tentang tahun kematiannya. Namun bisa dipastikan, ia meninggal pada dua atau tiga dekade terakhir abad ke-9 di masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Karya-Karya Ali ibn Rabban al-Tabari
Tidak semua karya Ali ibn Rabban al-Tabari berhasil terselamatkan. Sebagian besar 'menghilang.' Mayoritas karyanya memuat informasi tentang ilmu kedokteran.
Sejumlah karya Ali ibn Rabban al-Tabari tersebut antara lain:
- Firdaus al-Hikmah (Kebijaksanaan Surga)
- Tuhfat al-Muluk (Hadiah Raja)
- Hafzh al-Sihhah (Perawatan Kesehatan yang Tepat)
- Al-Ruqa (Buku Sihir/Jimat)
- Fi al-Hijamah (Risalah tentang Bekam)
- Fi Tartib al-'Ardhiyah (Risalah tentang Persiapan Makanan).
Penulis: Abi Mu'ammar Dzikri
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono
Masuk tirto.id







































